Ubah Imej Bullying dengan Kampanye Menanam Toga

Mahasiswa baru Stikosa-AWS menanam Toga di lingkungan kampus setempat, Sabtu (5/9).

Mahasiswa baru Stikosa-AWS menanam Toga di lingkungan kampus setempat, Sabtu (5/9).

Ospek  Stikosa-AWS
Kota Surabaya, Bhirawa
Isu bullying dan kerasnya perpeloncoan mendapat perhatian serius oleh semua kalangan di perguruan tinggi se-Indonesia. Mulai dari pimpinan universitas, pimpinan fakultas, dan tentunya mahasiswa. Sebenarnya banyak cara dalam proses pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru dengan atmosfer positif, seperti yang dilakukan Stikosa-AWS.
Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) di Stikosa-AWS dalam penerimaan mahasiswa baru tahun ini memilih bercocok tanaman obat keluarga (Toga) dibandingkan dengan menggelar perpeloncoan keras. Meski luas kampus komunikasi tertua di Indonesia Timur terbilang sempit, tak menjadi halangan untuk melakukan gerakan penghijauan.
“Penerimaan mahasiswa baru Stikosa-AWS tidak ada yang namanya perpeloncoan. Dan itu terjadi pada semua jurusan yakni jurnalistik, broadcasting, dan PR (Public Relation),” kata Galoh Murizky selaku staf Humas dan Promosi Stikosa-AWS saat ditemui Bhirawa, Sabtu (5/9) lalu.
Galoh menambahkan, proses Ospek kali ini pihak akademik membentuk tim panitia inti yang bertujuan untuk mengawasi selama kegiatan Ospek berlangsung. Menurutnya, proses penerimaan mahasiswa baru serta pengenalan kampus dikawal secara ketat oleh pimpinan perguruan tinggi beserta pihak yang telah ditugaskan supaya terhindar dari tindakan bullying dan perpeloncoan. “Panitia inti ini memang untuk mengawasi terus agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,” tambahnya.
Manfaat tanaman digunakan untuk obat-obatan selanjutnya banyak dilakukan penelitian dan publikasi baik dalam penerbitan buku maupun media massa. Berawal dari itulah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai pelaksana Ospek memilih kegiatan yang nyeleneh dari kegiatan sehari-hari mahasiswa Stikosa-AWS yakni ‘Kampanye Menanam Toga’.
Ketua III Bidang Kemahasiswaan Dra Hernani Sirikit menjelaskan kegiatan ini selain positif juga mempunyai nilai tambah bagi kampus. Mahasiswa mampu memanfaatkan lahan yang sempit di Stikosa-AWS untuk mengenalkan tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat keluarga.
“Tanaman yang sederhana saja, seperti kunyit yang bisa digunakan sebagai obat diare, jahe untuk menghangatkan tubuh atau kencur yang biasa digunakan sebagai obat batuk, dan anak-anak muda (mahasiswa belum banyak yang mengetahui itu. Lewat kampanye ini kami ingin mengenalkan Toga pada generasi muda,” katanya.
Dijelaskan Sirikit, lahan Stikosa-AWS yang sempit diakuinya tidak memungkinkan untuk ditanami tanaman langka atau tanaman keras. “Jadi yang paling memungkinkan adalah Toga yang cukup bermanfaat,” tambahnya.
Sementara itu Ketua Pelaksana Ospek, Berliana Murphi mengatakan, kampanye menanam Toga bisa dibilang penghijauan buat kampus. “Tidak masalah jika area kampus yang sempit, kita manfaatkan lahan yang sekiranya bisa ditanami. Toh Toga juga tidak memakan banyak tempat, namun memiliki manfaat luar biasa,” terang mahasiswa jurusan Broadcasting  semester V ini.
Setelah dilakukan penanaman Toga secara massal di sekitar kampus, tambah Murphi, mahasiswa baru diharapkan tumbuh jiwa memilikinya.   “Rasa memiliki itu pasti akan tumbuh. Ini kan usahanya mahasiswa baru, jadi ya harus dijaga agar Toganya tumbuh dan bisa dimanfaatkan,” imbuhnya. [Gegeh Bagus Setiadi]

Tags: