Ubah Lumpur Aktif Jadi Biodiesel, Sukses Raih IPK 3,93

Farrel sukses menciptakan biodiesel dari lumpur aktif yang dia peroleh dari limbah industri. [trie diana/bhirawa industri

Farrel sukses menciptakan biodiesel dari lumpur aktif yang dia peroleh dari limbah industri. [trie diana/bhirawa industri

[Peraih Outstanding Graduate Award UKWMS]
Surabaya, Bhirawa
Kebutuhan akan bahan bakar alternatif menjadi sebuah keniscayaan mengingat stok Bahan Bakar Minyak (BBM) kian menipis. Karena itu, diperlukan banyak inovasi untuk mewujudkanya. Seperti yang sudah dilakukan Farrel Gunawan. Mahasiswa Teknik Kimia, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya (UKWMS) ini sukses menyulap lumpur aktif limbah industri menjadi biodiesel.
Untuk membuat biodiesel ini, Farrel menggunakan lumpur aktif alias lumpur yang masih mengandung mikro organisme. Dalam kondisi basah, lumpur itu kemudian dicampur dengan metanol dan dimasukkan dalam satu reaktor dengan perbandingan 1:5. Proses pencampuran dilakukan dalam suhu tinggi 175 hingga 215 derajat celcius selama delapan jam. “Dari proses ini akan menghasilkan minyak dan lumpur aktif,” tutur Farrel.
Setelah itu dilakukan pemisahan antara padatan (lumpur) dengan cairannya. Namun saat itu cairannya masih terdiri dari bermacam-macam senyawa yang kemudian diekstraksi menjadi biodiesel dengan menggunakan pelarut heksana. “Dari pelarutan ini biodiesel akan memisah dengan sendirinya. Sementara  heksana diembunkan untuk dipakai pada proses berikutnya,” terang Farrel.
Larutan biodiesel inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Dari 1 Kg lumpur kering aktif bisa didapat sekitar 200 Ml biodiesel yang memiliki kandungan metil ester. 2.000 Ml biodiesel dihasilkan dalam proses yang hanya berlangsung selama delapan jam.
Hal ini beralasan karena tidak memerlukan proses pengeringan lumpur. Sebab, dalam proses pembuatan biodiesel proses pengeringan memakan waktu paling lama. Seperti biodiesel dari buah jarak yang membutuhkan waktu tiga hingga empat hari untuk proses pengeringan bahan bakunya. “Jadi ini lebih efektif dibandingkan biodiesel dari pohon jarak,”aku peraih IPK 3,93.
Inovasi biodiesel sukses mengantar Farrel sebagai peraih Outstanding Graduate Award UKWMS.  Ide mengolah lumpur limbah pabrik menjadi biodiesel muncul ketika Farrel melihat pemberitaan tentang kelangkaan BBM. “Setelah saya pikirkan, ternyata limbah bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar,”sebut pria kelahiran Surabaya ini.
Farrel pun mencari pabrik yang bisa diambil limbahnya. Tujuan utamanya adalah unit pengolahan limbah industri pabrik minyak goreng di daerah Rungkut dan Karangpilang. Lumpur sisa pengolahan limbah minyak goreng dipilih karena kandungan mikroorganismenya cukup tinggi. “Setelah saya coba di dua tempat itu, ternyata yang memungkinkan pabrik minyak goreng di Karangpilang,” tutur mahasiswa yang juga peraih medali emas dalam International Enginering Invention Inovation Exhibition pada 2013 lalu.
Beragam prestasi memang telah banyak diraih oleh Farrel. Bahkan diakhir-akhir menjelang masa kuliahnya berakhir, dia sempat dilarang lulus oleh salah seorang dosen pembimbingnya. “sebenarnya saya disuruh jadi mahasiswa aja biar bisa ikut wisuda terus,” pungkasnya. [tam]

Tags: