Udang Siap Panen, Ikut Lenyap Terbawa Banjir Sidoarjo

5-Tambak UdangSidoarjo, Bhirawa
Banjir dua hari menggenangi  di beberapa wilayah Sidoarjo barat dan utara (Sukodono, Taman, Gedangan, Waru dan Sedati). Di Sawo Tratap, bahkan sampai sepinggang orang dewasa. Area permukiman warga dan persawahan dan pertambakan Desa Prasung, Buduran, bahkan tidak terlihat petak batas wilayah lagi. Karena seperti lautan bebas.
Hamir, pemilik tambak di Desa Prasung, hanya bisa tertegun melihat air tambaknya meluber. ”Rabu ini mestinya mau panen udang vanami,” tandasnya.
Tambaknya yang bersebelahan dengan tambak milik Bupati Saiful Ilah, sudah bercampur dengan udang tambak lain. ”Mudah-mudahan masih ada yang bisa saya panen,” ucapnya sedih.
Bukan hanya petambak, petani yang sudah menabur benih untuk tanaman padi ludes akibat tergerus air yang tingginya mencapai 30 cm hingga 50 cm. Di persawahan wilayah Desa Wilayut, Plumbungan, keduanya  Kec Sukodono, Trosobo, Kec Taman, Gedangan dan Sedati terlihat seperti laut. Galengan yang sudah di tata untuk persiapan tanaman lanjutan tak terlihat sama sekali. Petani hanya termenung melihat kondisi yang ada karena tak biasanya air melimpah.
Banjir yang berlangsung selama  dua hari ini akibat hujan yang mengguyur intensitasnya cukup tinggi dan hujan berlangsung pada malam hari. Di hari pertama, hujan berlangsung Senin (16/6) malam mulai pukul 21.00 WIB hingga 05.00 WIB dan hari kedua, Selasa (17/6) malam pukul 21.30 WIB hingga pukul 02.00 WIB. Di wilayah Sukodono tak biasanya air sampai meluap ke Jl Raya Sukodono tepatnya di dekat lapangan Desa Sukodono dan Jl Raya Dungus.
Di wilayah Trosobo dan Beringin Bendo, Kec Taman air masih tampak menggenangi permukiman warga, persawahan dan perusahaan. Di wilayah Trosobo dan Beringin Bendo adalah langganan banjir karena tak ada saluran pembuangan langsung menuju Kali Buntung. Namun pembuangan yang ada hanya mengandalkan pompa air yang ada di dekat flyover Beringin Bendo. Tak pelak, dampaknya memacetkan arus Jl Raya Surabaya – Mojokerto.
Banjir yang berlangsung di beberapa wilayah membuat petani gigit jari, karena padi yang sudah disemaikan tak bisa dipanen lagi sehingga petani harus menyemai lagi. Untuk menyemai lagi harus menunggu air surut . ”Ya kami harus menunggu untuk menggarap lahan sawah. Uang untuk benih saja sudah berapa. Mungkin ada bantuan dari pemerintah agar beban kami sedikit terkurangi,” tutur Saiful, petani asal Sukodono, Rabu (18/6).
Anggota Komisi B DPRD Sidaorjo, Tarkit Erdianto mengungkapkan, banjir yang terjadi setidaknya pemerintah harus ikut turut campur. Mengingat benih yang sudah disemai petani tak bisa hidup karena terbawa arus air. Kalau bisa Pemkab Sidoarjo dalam hal ini Dinas Pertanian memberi bantuan benih kepada petani.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Sidaorjo, Anik Pudji astutik, mengakui jika banjir yang merendam area persawahan sudah dilakukan pendataan dan banjir itu sudah dilaporkan ke bupati. ”Kami masih menunggu laporan dari anak buah untuk mengetahui berapa ha area persawahan yang terendam air,” tuturnya.
Bupati Sidoarjo, H Saiful Ilah menjelaskan, banjir yang terjadi akibat kiriman air dari pintu Dam Lengkong dan Mlirip Mojokerto. ”Sidoarjo tanpa hujan deras saja bisa banjir. Ya karena ada kiriman air dari atas (barat),” tutur bupati.
Bupati mengungkapkan, akibat kiriman dari dua pintu air, wilayah yang terendam banjir hanya kawasan utara Sidoarjo saja. Sedangkan kawasan kota tak terkena. Justru yang paling awal kena adalah kota jika sampai terjadi hujan deras. Bupati menegaskan, pihaknya akan memantau dan bertindak cepat, agar air menggenangi rumah warga dan area persawahan segera surut. [hds]

Tags: