Uji Coba Hewan untuk Vaksin Merah Putih Dilakukan Bulan Desember

Unair teken kerjasama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia dalam pengembangan vaksin Merah Putih.

Tim Riset Unair Akan Uji Ke Tikus dan Kera
Surabaya, Bhirawa
Uji klinis vaksin Merah Putih yang dilakukan tim riset Universitas Airlangga (Unair) masuk tahap validasi dan uji tantang. Uji coba ke hewan dan pembiakan vaksin ini bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, industri farmasi yang ditunjuk oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek). Rencananya, uji klinis ini akan dilakukan pada Desember mendatang.
Rektor Unair Prof Moh Nasih menuturkan dalam uji klinis ini pihaknya membutuhkan teknologi canggih dalam prosesnya pembiakan. Pasalnya, pihak Unair akan melakukan animal tri (uji coba ke hewan) dalam waktu beberapa bulan kedepan. Uji klinis pada animal trial akan diujikan pada tikus dan kera. Dari penelitian tersebut, jika tidak ada dampak yang signifikan dan efektif akan kita lanjutkan ke manusia.
“Prosesnya masih agak panjang. Dan ini perlu waktu ditahap 1,2, dan 3. Tapi yang penting para akademisi Unair terus bergerak untuk berkontribusi bagi negara. Soal ini dipakai atau tidak, soal industri, bisnis akan kami serahkan ke pihak-pihak yang relevan dan yanh punya kewanangan disana,” ungkap Prof Nasih usai Dies Natalis Unair ke 66, Senin (9/9).
Pada tahap validasi berbasis viral vektor ini, Prof Nasih mengatakan jika tahapan tersebut sudah berhasil rekombinalnya ke viral vektor. “Kita masukkan ke spike, baik ke spike while type (jenis virus sama dengan Wuhan) dan kedua strength tipe mutan (jenis virus corona yang ditemukan di pasien Indonesia),” imbuh dia.
Tak hanya itu, pengembangan penelitian Covid-19 juga dilakukan pada penyediaan bahan senyawa Unair 3. Untuk pengadaan proses lanjutannya akan Unair akan bekrjasama dengan Kimia Farma. Di samping itu, pihaknya juga menjalin kerjasama kerahasiaan bahan dan penyediaan bahan uji klinis.
“Dengan Kimia Farma kami juga proses untuk memangkas reagen untuk PCR. Minimal ada 3 tahapan pertama pengambilan serat, mencampur proses persiapan dan terakhir masuk mesin PCR. Dengan reagen maka proses persiapan di tahap 2 bisa dipotong sehingga tinggal punya 2 tahap dan bisa langsung masuk mesin,” jelasnya.
Dengan reagen diakui Prof Nasih akan berdampak pada proses PCR lebih cepat serta lebih murah. Dari satuan waktu reagen lebih produktif. “Reagen untuk PCR ini kita juga kerjasama dengan TNI untuk bisa digunakan oleh mereka. Tentu juga jika prosesnya lancar, bisa dimanfaatkan ke tempat-tempat yang lain,” jabar nya.
Direktur Utama PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, FX Sudirman mengatakan, rencana uji coba terhadap hewan ini akan berlangsung Desember mendatang.
“Terkait perkembangan Covid-19 kita rencanakan Desember atau akhir tahun untuk melakukan uji di hewan. Karena kebutuhan vaksin sangat mendesak. Kami siap melakukan upskilling. Karena kita tahu penelitian dan pengembangan Covid-19 saling berkejaran,” ujar dia.
Bahkan, kata dia, semua institusi, BPOM dan pemerintah bahu membahu membuat capacity building untuk membuat vaksin aman dan efektifitas tinggi. “Kami menanti ada saat vaksin siap diproduksi secara industri kami siap memproduksi vaksi merah putih,” katanya.

Bentuk Konsorsium Riset
Upaya penanganan Covid-19, terus dilakukan pemerintah. Melalui Kementerian Riset dan Teknologi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pihaknya membentuk konsorsium riset dan inovasi guna mengembangkan riset dan inovasi yang berhubungan dengan penanganan Covid-19.
“Konsorsium riset dan inovasi Covid-19 ini meliputi lima area terutama pencegahan termasuk vaksin (Vaksin Merah Putih). Untuk itu kami mendorong perguruan tinggi dan lembaga lainnya seperti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Unair, Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada (UGM),” kata Staf Ahli Bidang Infrastruktur Menristek/BRIN Prof Ali Ghufron Mukti di Unair, Senin (9/9).
Di samping itu, lanjut dia, konsorsium riset juga fokus pada screening dan diagnosis dengan PCR yang dikembangkan dari reagen. Sebab, reagen saat ini menjadi persoalan global. “Maka jika Unair bisa menghasilkan reagen sendiri, hal itu yang akan sangat kita apresiasi,” lanjut dia.
Lebih lanjut, Prof Ali Ghufron mengatakan selain fokus pada treatmen (obat) dan terapi (stem cell dan plasma convalescent), pihaknya juga bergerak dibidang alat kesehatan ventilator, robot dan drone dan lainnya. “Kita berharap hasil akhirnya kemandirian bangsa yang kesemunya bisa kita riset produksi dan implementasi dari triple helix. Jadi kerja sama antara universitas (lembaga riset), industri dan pemerintah,” ujarnya.
Kemenristek/BRIN juga sedang dalam tahap pembicaraan dengan Kemendikbud untuk mengakomodir kepentingan industri dan perguruan tinggi. “Dengan Kemendikbud masalah kecepatan, efektifitas dan keamanan serta kemandirian riset terkait Covid-19 ini yang kita bahas,” pungkasnya. [ina]

Tags: