Uji Profile, ITS Serahkan Alat Skrining i-nose c-19 ke Rumah Sakit

Ketua Yayasan RS Islam Surabaya (Yarsis), Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA mencoba alat i-nose c-19 melalui keringat ketiak yang diserahkan ITS untuk uji profile di Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya, Senin (22/2). [trie diana]

Surabaya, Bhirawa
Inovasi i-nose c-19 rancangan guru besar Institute Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno memasuki tahapan baru, uji profile. ITS bekerjasama dengan RSI Jemursari untuk menggunakan sebagai alat skrining yang aman, murah dan efisien. Sebelumnya, i-nose c-19 juga telah melakukan uji klinis tahap satu.
Menurut Ketua Yayasan RS Islam Surabaya (Yarsis), Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA, alat yang dikembangkan Prof Riyanarto Sarno ini alat untuk skrining awal deteksi Covid-19. Maka harus memenuhi tiga persyaratan.
“Pertama biaya terjangkau tidak sampe Rp10 ribu, kecepatan skrining hingga 3 menit untuk menyimpulkan hasil positif atau negatif. Dan yang tidak kalah penting alat ini aman. Dalam artian, keringat ketiak aman tidak akan menular. Karena penularan Covid 19 lewat mata hidung dan mulut,” ujarnya usai serah terima alat i-nose c-19, Senin (22/2).
Apalagi, imbuh Prof Nuh, cara kerja i-nose c-19 yang mudah sangat bermanfaat bagi RS dalam memberikan pelayanan khususnya pada pasien Covid 19. Sebab, selama ini tes PCR pasien Covid 19 sebelum dinyatakan negatif membutuhkan waktu dan biaya relatif mahal. Namun dengan i-nose bisa lebih mudah aman dan efisien.
Sementara itu, Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno mengakui i-nose merupakan alat skrining awal berbasis artificial intelligent yang tidak bisa menggantikan PCR sebagai golden standart.
“Efektifitas alat yang diuji dari keringat di ketiak pasien ini mencapai 91%. Sehingga memang i-nose bisa membantu tenaga medis untuk melakukan skrining tanpa harus menunggu lama. Apalagi biaya yang dikeluarkan juga tak sampai Rp10 ribu,” jelasnya.
Prof Riyan sapaan akrabnya menyebut saat ini i-nose belum mendapat izin edar dari Kemenkes. Pasalnya masih dilakukan uji profile dan uji diagnostik yang membutuhkan 2 ribu sampel yang ditargetkan selesai dalam waktu tiga bulan ini.
“Jika hasil uji diagnostik menunjukkan keberhasilan minimal 93% maka i-nose bisa diproduksi secara massal,” tandasnya.
Nantinya, empat i-nose c-19 ini akan diletakkan di ruang rawat inap dua unit dan di ruang rawat jalan dua unit. Karena ini untuk mendukung penelitian dari i-nose c-19. Sementara untuk pengaplikasiannya nanti, orang-orang yang akan dites harus sudah di-swab PCR terlebih dulu. Hal ini berlaku untuk pasien dari luar maupun dari RSI sendiri. [ina]

Tags: