Ujian Batu sebagai Kota Layak Anak

Korban Bayu bersama korban Khozin mengalami trauma akibat kekerasan tengah didampingi dua orang tua Bayu, Adam Malik dan istrinya, yang merupakan penyandang tuna netra.

Korban Bayu bersama korban Khozin mengalami trauma akibat kekerasan tengah didampingi dua orang tua Bayu, Adam Malik dan istrinya, yang merupakan penyandang tuna netra.

(Kasus Kekerasan)
Kota Batu, Bhirawa
Kota Batu yang tengah memplokamirkan sebagai Kota Layak Anak tengah mendapatkan ujian. Minggu kemarin terjadi dua kasus kekerasan pada anak di bawah umur. Setelah peristiwa kekerasan dan pencabulan terjadi di pusat pertokoan BTC, kekerasan juga dialami oleh 3 siswa SMP Raden Patah, Sidomulyo, Kecamatan Batu.
Peristiwa pengeroyokan yang dilakukan oleh 7 pemabuk di Jl Mawar Merah, Desa Sidomulyo ini dilakukan terhadap korban Bayu Fitrah Kurniawan, M Khozin dan M Aidul Andika yang semuanya masih duduk di kelas 2 SMP. Selain menyebabkan ketiga siswa ini trauma dan ketakutan, pengeroyokan ini juga mengakibatkan luka fisik pada beberapa bagian tubuh dan kepala.
“Kita sudah melaporkan ke Polisi, sudah diantar sama Pak Polisi untuk melakukan visum di RS Bhayangkara, belum sempat dilakukan pemeriksaan oleh Pak Polisi, karena anak saya konsen mengikuti acara Batu Islamic International Tourism (BIIT) di Stadion Gelora Brantas,” ujar ayak dari korban Batu, Adam Malik, yang juga penderita tuna netra ayah, Jumat (2/12).
Menurut Adam, pengeroyokan ini terjadi sepulang dari latihan tari sarung yang dipersiapkan untuk upacara pembukaan BIIT pada hari Kamis (1/12) malam sekitar pukul 11.45. Waktu itu mereka diantar naik mobil oleh gurunya, namun hanya sampai di sekolah. Selanjutnya anak-anak yang masih duduk di kelas 2 SMP ini pulang ke rumah masing-masing sendirian.
“Ada adik kelas namanya Wildan, karena tidak berani minta diantarkan pulang, akhirnya saya, Khozin dan Andika mengantarkannya dengan berjalan kaki,”jelas Bayu.
Sesampai di gang mereka berpisah dan ada salah satu dengan diantara mereka yang berteriak ‘Ati-Ati Wil’. Namun teriakan ini direspon lain oleh sekelompok pemuda mabuk yang kebetulan berada di salah satu rumah yang dilewati korban. Mendadak muncul beberapa orang pemuda, salah satu diantara mereka berteriak dengan wajah marah. “Saya pikir guyon, ternyata saya dikejar terus digebuki beramai-ramai,” ujar Bayu.
Bayu mengalami luka dibagian kepala dan wajah, sementara Khozin terluka di kepal. Dan Andika yang mengalami luka paling parah sehingga pukulan sampai membekas di wajahnya. Dari aroma nafas para pemuda yang tidak dikenal oleh Bayu ini tercium bau minuman keras.
Selama digebuki beramai-ramai itu, ada korban yang menangis ada yang berteriak minta tolong. Baru ketika warga setempat muncul, para pengeroyok yang identitasnya sudah diketahui polisi ini kabur.
Tidak terima dengan perbuatan ini, Adam melaporkan kejadian ini ke Polsek Bumiaji, namun karena tempat kejadian perkara di wilayah Kecamatan Batu, korban diarahkan melapor ke Polsek Batu. Begitu laporan ke Polsek Batu, oleh petugas korban langsung diantarkan untuk ke PPA Polres Batu dan melakukan visum. Kini kasus ini dalam penanganan PPA Polres Batu.
“Saya harap kasus ini diusut tuntas. Kami ingin mendapatkan keadilan dan rasa aman, apalagi Kota Batu merupakan Kota Layak Anak,”harap Adam.
Kasubag Humas Polres Batu, AKP Waluyo membenarkan kejadian tersebut. “Korban sudah di visum, tapi belum bisa dimintai keterangan karena ada giat ujian sekolah dan jam 15.00 yang bersangkutan menjadi salah satu pengisi acara BIIT,” ujar Waluyo. Rencananya pemeriksaan korban akan dilakukan hari ini. [nas]

Rate this article!
Tags: