Ujian Kejar Paket C Semrawut

Peserta ujian kejar paket C di SMPN 26 Surabaya, Senin (13/4). Ada 25 siswa dari sekolah internasional yang ikut ujian paket di sekolah ini untuk mendapatkan ijazah kesetaraan.

Peserta ujian kejar paket C di SMPN 26 Surabaya, Senin (13/4). Ada 25 siswa dari sekolah internasional yang ikut ujian paket di sekolah ini untuk mendapatkan ijazah kesetaraan.

Surabaya, Bhirawa
Pelaksanaan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) paket C benar-benar semrawut. Betapa tidak, puluhan siswa yang seharusnya tiba di tempat ujian pukul 13.30 ternyata molor. Hal ini pun sontak membuat gugup panitia  ujian ketika mendapati rombongan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim yang melakukan inspeksi mendadak.
Peristiwa ini terjadi di salah satu lokasi ujian kejar paket C, yaitu SMPN 26 Surabaya. Melihat rombongan sidak, para siswa pun segera dimasukkan panitia ke ruang ujian agar segera menyusul waktu ujian. Alasan mereka beragam, dari yang rumahnya jauh, bekerja sampai ada yang kesasar.
“Ini rombongan dari Wiyung pak. Mereka telat bersama karena berangkatnya juga bersama-sama,” tutur salah satu pemilik PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar) Interaktif Tutik Hidajati saat ditemui di sekolah yang terletak di Jl Banjarsugihan, Tandes, Senin (13/4).
Tutik mengungkapkan, dalam satu sekolah peserta ujian paket bisa berasal dari sejumlah PKBM. Karena itu, ada peserta dari PKBM yang lokasinya jauh. Sehingga mereka kesulitan untuk hadir tepat waktu. Apalagi sebagian besar mereka adalah karyawan. “Semua yang menata lokasi dari dinas. PKBM hanya mengikuti saja,” kata Tutik.
Dari PKBM yang dia pimpin, Tutik membawa sebanyak 25 siswa dari sekolah internasional yang juga ikut ujian paket. Kehadiran mereka cukup menyita perhatian. Sebab, penampilannya tidak seperti pada umumnya peserta ujian paket yang berasal dari PKBM murni. “Sebagian besar keturunan Tionghoa, ada pula yang berasal dari Korea, Singapura dan India,” kata Tutik.
Tutik mengatakan, beberapa siswa yang murni warga negara asing membutuhkan ijazah ujian kejar paket ini untuk dapat mendaftar kuliah di Indonesia. Sebab, ijazah sekolah dari negara asal tidak berlaku di sini. “Mereka sebenarnya sudah lulus tingkat SMA, tapi harus ikut ujian lagi untuk dapat ijazah negara,” tutur dia.
Peserta ujian dari negara asing ini, lanjut Tutik, umumnya merupakan anak dari tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia. Mereka lantas mengikuti orangtuanya sekaligus kuliah di Indonesia. Sebagai prasyarat mengikuti ujian, para siswa ini harus memiliki paspor belajar sekaligus izin dari kedutaan besar masing-masing untuk belajar.
Sementara itu, Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman yang saat itu memimpin sidak cukup kaget dengan para siswa yang terlambat. Dia mengaku, seharusnya ada informasi yang jelas terkait lokasi ujian agar tidak ada peserta yang kesasar atau alasan terlalu jauh. “Risikonya mereka harus kehilangan banyak waktu untuk mengerjakan soal,” kata dia.
Terkait kepesertaan siswa internasional, Saiful merespon positif minat mereka. Hal ini membuktikan, ujian kejar paket juga memiliki gengsi yang tinggi dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Tidak hanya siswa asing yang ingin kuliah ke Indonesia, siswa dari internasional juga membutuhkan ijazah ini jika ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri. “Kalau tidak menggunakan ijazah negara, di luar negeri sulit dapat kampus negeri yang berkualitas,” tutur dia.

Risma Kunjungi Sekolah
Sementara itu Pemkot Surabaya berkomitmen untuk menjamin kelancaran pelaksanaan UN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan sidak pelaksanaan UN hari pertama di SMKN 8 Jl Kamboja, SMA/SMK Barunawati Jl Perak, dan SMAN 8 Jl Danakarya.
Dalam kunjungan pelaksanaan UN kali ini, hadir Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jatim Irjen Pol Anas Yusuf, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta, dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Dr Ikhsan SPsi, MM.
Kunjungan pertama dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 (SMKN 8) Surabaya dan Sekolah Menengah Atas 5 (SMAN 5) Surabaya. Rombongan mengunjungi kelas-kelas untuk melihat persiapan yang tengah dilakukan pihak sekolah maupun siswa.
Di SMKN 8 Surabaya, Wali Kota Risma menyemangati salah satu peserta UN yang sedang dalam kondisi tidak fit. Di ruang kelas yang lain, Dewi Citra, siswa Akomodasi Perhotelan kelas XII mengaku lebih semangat karena ada kunjungan Wali Kota Risma. Kedatangan Risma beserta rombongan memotivasinya dalam mengerjakan UN kali ini.
Wali Kota Tri Rismaharini mengatakan UN di Surabaya lancar dan aman karena persiapan telah dilakukan dengan berkoordinasi dengan PLN dan Telkom. Untuk mencegah listrik padam, dia telah berkoordinasi dengan pihak sekolah agar mempersiapkan genset.
Wali Kota Risma menambahkan, menurut hasil analisa Surabaya lebih siap menjalankan UN. Terkait ketenangan peserta ujian, pihaknya telah berkoordinasi dengan pengawas dan para kepala sekolah untuk memastikan kenyamanan para peserta dalam melaksanakan ujian. Menurut Risma, tahun ini peserta UN lebih siap dari tahun lalu, mengingat begitu masuk kelas tiga SMA peserta dilatih melalui latihan secara online.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf mengatakan, kunjungan dilakukan untuk memastikan UN berjalan dengan baik. Pihaknya telah memastikan distribusi dokumen berjalan dengan baik. Menurutnya Jawa Timur siap untuk pelaksanaan UN. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan seluruh Kapolres yang ada di Jawa Timur.

Ikut UN di Rutan
Tercatat ada dua siswa di Kabupaten Sumenep terpaksa mengikuti Ujian Nasional (UN) 2015 di dalam Rumah Tahanan (Rutan) setempat, lantaran kedua siswa itu terlibat kasus Curanmor dan perkosaan.
Kabid Dikmen Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep Nurul Hamzah  menjelaskan kedua siswa itu masing-masing berinisial AW (18) siswa SMA Miftahul Ulum, Kecamatan Ambunten yang terjerat kasus Curanmor dan NA (19) siswa SMA Muhammadiyah Gayam lantaran terlibat kasus perkosaan.
“Meskipun mengikuti UN di luar sekolah, namun kami tetap mengirim pengawas ujian ke Rutan. Pengawasnya juga datang dari petugas Rutan serta guru asal sekolah kedua siswa tersebut,” papar Nurul Hamzah di Sumenep,  Senin (13/4).
Di sisi lain, Nurul Hamzah menjelaskan, peserta UN 2015 di Kabupaten Sumenep tercatat 12.424 siswa. Rinciannya, SMA swasta dan negeri sebanyak 4.199 siswa, SMK 1.162 siswa, MA 5.588 siswa, SMA LB 4 siswa, paket C sebanyak 1.471 siswa. “Mereka tersebar di 130 lembaga sekolah penyelenggara, di 696 ruang dan hari ini (kemarin) dilaksanakan ujian dengan bidang studi Bahasa Indonesia dan Geografi untuk siswa jurusan IPS serta Kimia untuk siswa jurusan IPA,” katanya merinci.
Secara keseluruhan, Hamzah menilai pelaksanaan UN 2015 di wilayah kerjanya terlaksana dengan baik dan kondusif. “Pada ujian nasional tahun ini, para siswa terlihat lebih tenang dan tidak stres lantaran nilai UN tidak mempengaruhi kelulusan siswa,” pungkasnya.
Sementara itu Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Jawa Timur tengah melakukan pengawasan pelaksanaan UN. Upaya itu dalam rangka mewujudkan pelaksanaan UN tingkat SMA/SMK yang tidak diskriminatif, jujur dan berkeadilan.
Kepala ORI Perwakilan Jatim Agus Widyarta mengatakan Ombudsman membuka Pos Pengaduan UN selama 1 bulan. “Bagi masyarakat yang dirugikan dan tidak mendapat keadilan dalam penyelenggaraan UN pada 2015 dapat melakukan pengaduan ke Kantor Ombudsman RI Perwakilan Jawa Timur,” katanya, Senin (13/4).
Selain penerimaan pengaduan, Ombudsman RI Perwakilan Jatim juga membentuk tim khusus guna melakukan sidak ke SMA/SMK yang menyelenggarakan UN. Agus menjelaskan, pada hari pertama UN kemarin Tim Ombudsman RI Perwakilan Jatim telah melakukan sidak pelaksanaan UN di empat SMA yang ada dii Surabaya, yaitu SMAM 16, SMAN 10, dan SMAN 4 Surabaya.
Di empat  SMAN yang disidak pada hari pertama kemarin tampak sudah siap dan peserta juga kelihatan tidak terlalu tegang.  Hal ini dikarenakan persiapan yang telah dilakukan jauh-jauh hari dan peserta juga telah berulang melakukan try out.
Tim hanya menemukan sekolah yang  tidak menempel tata tertib tetapi hanya membacakan saja ke peserta. “Saat itu, tim memberikan saran agar tata tertib tersebut juga ditempel sehingga peserta bisa suatu saat membaca tata tertib tersebut,” tandasnya.
ORI Perwakilan Jatim berharap pelaksanaan UN pada tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. “Diharapkan dengan menandatangani pakta integritas penyelenggara UN benar-benar  melaksanakan UN dengan sebaik-baiknya,” katanya. [tam,dre,sul,rac]

Rate this article!
Tags: