Ulama Siap Rehabilitasi Korban Narkoba

OLYMPUS DIGITAL CAMERABatu, Bhirawa
Para ulama Kota Batu menyatakan siap membantu Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Pemerintah Kota (Pemkot) Batu dalam merehabilitasi para korban/pecandu nakotika. Mereka siap menampung para korban tersebut di pondok pesantren milik mereka hingga para korban ini bisa kembali ke masyarakat.
“Merehabilitasi para pecandu narkoba ini memang sangat sulit. Perlu kesabaran dan ketelatenan, dan kita siap memberikan perhatian kepada para pecandu narkotika yang memang memerlukan perhatian yang besar,” ujar KH.Abdullah Wahid atau yang biasa dikenal dengan panggilan Gus Wahid.
Semangat para ulama untuk memerangi narkoba ini dideklarasikan bersama dalam sebuah acara Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di pendopo kantor Balaikota Batu, Rabu malam (26/2). Pria yang pernah menjadi rehabilisator korban narkoba di Malaysia ini menyatakan bahwa kedekatan antara ulama’ dengan masyarakat akan menjadi kunci keberhasilan program rehabilisasi korban narkoba ini. Namun hal ini akan menjadi lamban dan bahkan bisa jalan di tempat jika tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Menanggapi hal itu Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko, menyatakan bahwa pihaknya siap dalam mendukung terlaksananya program rehabilitasi korban narkoba. Bahkan pemkot telah menganggarkan dana Rp20 miliar untuk kegiatan yang bersifat sosial, dan rehabilitasi korban narkoba ini termasuk di dalamnya.
Keseriusan wali kota ini tentu ada alasannya. Ia menjelaskan bahwa pada tahun ini status Kota Batu tidak lagi menjadi kota tujuan wisata berskala nasional. Melainkan Kota Batu sudah mulai merangkak menjadi kota tujuan wisata internasional. “Dengan demikian akan terjadi banyak lalu-lintas atau perjalanan wisata berskala internasional. Dimana dari sana juga akan memunculkan potensi transaski narkoba berskala internasional pula,”ujar Eddy.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala BNN Provinsi Jawa Timur, Brigjend  Iwan Ahmad Ibrahim. Apalagi, tambahnya, Indonesia juga termasuk Negara produsen narkoba terutama sabu-sabu. “Bahkan untuk memperdagangkan narkoba ini, di Indonesia sudah ada yang menjual narkoba dengan memanfaatkan anak cacat sebagai kurir. Dan ekploitasi anak cacat ini jelas sangat merugikan keberadaan anak cacat itu sendiri,” tambah Iwan.
Dalam catatan BNP Jatim, peredaran narkoba ini telah mengancam ribuan orang warga Jatim. Setiap harinya, ada sekitar 4000 orang yang dibunuh secara berlahan lewat narkoba. Dan dalam sehari pula sudah ada sekitar 1 Kg narkoba yang dijualbelikan di Jawa Timur.
Saat ini, jelas Iwan, dua tempat rehabilitasi yang dimiliki BNN, yakni di Lido dan Badoka, telah penuh dengan korban narkoba yang direhabilitasi. “Dan dengan keikutsertaan pondok pesantren dalam merehabilitasi ini, tentu akan semakin mempercepat dan mempermudah upaya pemberantasan peredaran gelap narkoba,” pungkas Iwan. [nas]

Tags: