Ular Masuk Pemukiman

Foto Ilustrasi

Anak ular kobra nampak berkeliaran di pemukiman sampai masuk ke dalam rumah, dan tempat ibadah. Meresahkan, karena ular kobra tergolong berbisa kuat meracuni pembuluh darah. Serta melumpuhkan sistem syaraf pernafasan dan jantung. Bisa menyebabkan kematian. Tetapi sebenarnya, seluruh ular takut bertemu manusia. Sehingga lazimnya ular menghindar, dan menjauh dari pemukiman manusia.
Anak ular kobra ditemukan di berbagai daerah. Antara lain i Citayam di Bogor, di Depok, Jakarta, di perumahan Serpong, Tangerang (Banten), di Bekasi (Jawa Barat), dan di Wonosari, Gunung Kidul (DI Yogya). Serta di Sukoharjo (Jawa Tengah), dan di Jember (Jawa Timur). Namun sebenarnya, awal musim hujan (bulan Desember) merupakan periode tetas telur ular. Biasanya, induk ular bertelur pada bulan Oktober, menetas setelah sekitar 50 hari.
Setiap betina melepas telur sebanyak 10 hingga 40 butir, bergantung usia dan ukuran badan. Tetapi, mengapa ular bertelur di lubang-lubang dekat permukiman? Diduga berkait dengan suplai makanan di hutan yang semakin menyusut. Mula-mula mencari makanan di sawah, menyasar tikus, burung, dan mamalia. Pada periode bertelur “di-titip-kan” di lubang-lubang pekarangan bangunan permukiman manusia.
Maka penemuan anak ular kobra di pemukiman, patut dikhawatirkan makin menyusutnya habitat asli ular. Secara umum menandakan rusaknya lingkungan. Terutama hutan, kebun dan persawahan sebagai kawasan “penyedia” makanan ular. Sebagai makhluk karnivora (pemakan daging), ular memangsa tikus, katak, sampai unggas dan mamalia kecil. Hubungannya dengan manusia, sesungguhnya ular lebih banyak dieksploitasi.
Tak jarang pertunjukan seni menggunakan ular sebagai “properti” menarik. Termasuk artis penari ular tidak tanggung mencumbu ular berbisa dengan ukuran besar. “Seni” yang lain juga meng-eksploitasi ular, dengan cara mengambil kulitnya sebagai (satu-satunya) bahan tas, sepatu, dan rompi. Ribuan ton kulit ular sedunia diperdagangkan dengan nilai ratusan milyar rupiah. Di Tiongkok, daging ular, sampai darahnya, diperdagangkan sebagai ramuan obat-obatan.
Terbukti, ular selalu menjadi korban. Walau berbisa kuat, ular tidak cukup daya membunuh manusia. Karena pergerakannya lamban, serta habitat yang terpisah, dan berbeda. Berdasar catatan accident hewan liar, sangat sedikit korban jiwa manusia disebabkan ular. Bahkan korban gigitan ular jauh lebih sedikit dibanding gigitan nyamuk. Misalnya, oleh nyamuk anopheles betina, yang menyebabkan malaria. Serta nyamuk aedes aegypti yang menyebarkan demam berdarah.
Tetapi ular terlanjur menjadi “simbol keburukan.” Berbagai kitab suci agama-agama menempatkan ular sebagai musuh manusia. Diantaranya kitab Yudaisme (Yahudi), dan dalam Perjanjian Lama (Kristen), menceritakan iblis menjelma sebagai ular. Begitu pula agama Budha, dalam kisah Mahabharata, Kresna kecil (sebagai penjelmaaan) dewa Wisnu mengalahkan ular jahat ber-kepala lima.
Tak terkecuali dalam kitab suci Al-Quran, juga terdapat simbolisasi buruk ular sihir (dalam Al-Quran surat At-Thaha ayat ke-66 hingga 69). Tercantum dalam kisah Nabi Musa a.a., melawan tim sihir Fir’aun. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW, terdapat anjuran membunuh ular hitam (berekor pendek, dan ular dengan dua garis di punggug) yang masuk rumah. Selain dua jenis ular tersebut, disarankan pengusiran sampai 3 kali. Jika ular tidak keluar, boleh dibunuh.
Iklim hujan tropis (di Indonesia) merupakan jaminan tumbuh kembang ular. Semestinya penampakan menjadi kebiasaan, walau seyogianya dihindari. Pertemuan dengan ular tidak harus dengan membunuh, melainkan diusir menggunakan tongkat. Dijinakkan oleh warga yang memiliki ketrampilan.
Pemerintah Daerah melalui kinerja urusan Pemadam Kebakaran dan Linmas, seyogianya meningkatkan operasi hewan liar berbahaya. Termasuk membersihkan lingkungan kotor dan lembab.
——— 000 ———

Rate this article!
Ular Masuk Pemukiman,5 / 5 ( 1votes )
Tags: