UM Surabaya Salurkan APE Anak Eks Gafatar

Relawan MPS PD Muhammadiyah Surabaya mendapat dukungan APE dari mahasiswa UM Surabaya. [ adit hananta utama/bhirawa]

Relawan MPS PD Muhammadiyah Surabaya mendapat dukungan APE dari mahasiswa UM Surabaya. [ adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Anak-anak di asrama pengungsian eks Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) tentu menyimpan kenangan kelam dalam memorinya. Terlebih setelah melewati proses panjang, mulai dari pengusiran, pemulangan sampai di penampungan Gedung Transito Margorejo, Surabaya. Kondisi ini pun menarik simpati para mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya untuk ikut berbagi.
Rasa simpatik itu mereka tunjukkan dengan membuat aneka Alat Permainan Edukatif (APE) yang akan disumbangkan untuk anak-anak eks Gafatar. Seperti diungkapkan Dewi Untari Nuraini, ada 100 jenis APE yang akan dikirimkan untuk anak-anak eks Gafatar di penampungan. Sebagian besar merupakan buatan sendiri dengan mengandalkan barang bekas.
“Kami berharap ini bisa digunakan untuk bermain sekaligus belajar. Sebagian besar kami buat sendiri sebagian juga ada yang kita beli,” tutur mahasiswa semester 7 PG Paud UM Surabaya, Selasa (26/1).
APE tersebut, sejak kemarin telah diserahkan melalui Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PD Muhammadiyah Surabaya yang telah mengirimkan relawan ke lokasi. Ketua MPS PD Muhammadiyah Surabaya Fery Yudi Antonis Saputra menjelaskan, sebelum memberikan permainan edukasi ini, pihaknya telah melakukan survey selama 2 hari di lokasi karantina.
Dia melihat ada perkembangan positif pada diri anak selama di penampungan. Dengan adanya dukungan APE dari para mahasiswa ini, dia berharap bisa mengurangi rasa trauma pada anak.
“Mereka cukup aktif, namun hiburan mereka hanya dari fasilitas baca dan dongeng dari perpustakaan. Makanya kami sudah berkomitmen akan mendampingi sampai mereka kembali ke daerahnya,” tegasnya.
Fery mengaku prihatin dengan kondisi anak-anak tersebut yang tidak mengenyam pendidikan formal. Istilah home schooling yang mereka sebut, hanyalah aktifitas belajar di rumah. Tanpa kurikulum sebagaimana mestinya home schooling pada pendidikan non formal.
“Kami sempat berbincang dengan eks anggota Gafatar. Memang, selama ini anak-anak mereka tidak diikutkan pendidikan formal maupun non formal sebagaimana yang diselenggerakan pemerintah,” terangnya.
Fakta terkait anak-anak eks Gafatar ini tidak hanya memantik rasa simpati mahasiswa. Isu ini pun akan menjadi pokok pembahasan dalam rapat kerja nasional (Rakernas) Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Rektor UM Surabaya Dr Sukadiono menjelaskan, sebanyak 240 orang akan hadir dalam rakernas itu.
Pokok permasalahan yang akan dibahas juga berkaitan dengan perlindungan anak, sehingga anak bisa tumbuh dengan baik. “Ini langkah kami untuk menyiapkan generasi emas, dengan konsep perlindungan anak yang tidak bertentangan dengan fiqih, Al Quran dan sunnah,” tuturnya.
Implementasi dari rakernas ini akan dimulai dengan model perubahan dalam panti asuhan yang dinaungi Muhammadiyah. Selain itu, pengurangan trauma dan pendampingan mulai dari karantina hingga kerumah untuk anak-anak eks Gafatar. [tam]

Tags: