Umar Hadi, Pemilik Sablon di Tengah Gencarnya Digitalisasi

Umar Hadi, saat berada di lokasi usaha sablon miliknya di Dusun Nangkaan, Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, Situbondo. [sawawi]

Omzet Mencapai Rp1,5 Juta Sehari, Orderan Mengalir karena Miliki Pangsa Pasar Sendiri
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Diera serba digital saat ini semua orang sudah terbiasa melakukan kegiatan pemesanan yang serba cepat dan canggih. Termasuk dalam urusan kantor dan pernak pernik kebutuhan hidup sehari-hari. Namun tidak demikian dimata Umar Hadi, pria jebolan PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Situbondo tahun 1992 itu, tetap enjoy dengan usaha serba manual seperti usaha sablon yang sudah 17 tahun digelutinya. Bersama isterinya Sa’diya dan 4 anaknya, Umar Hadi tetap semangat menjalankan usaha kecilnya di Dusun Nangkaan, Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, Situbondo.
Setiap pagi, sebelum mengantarkan anak-anaknya ke sekolah, Umar Hadi rutin mendatangi sebuah tempat berukuran 2 meter x 7 meter yang berada satu lokasi dengan rumahnya. Ditempat itulah, hari-hari Umar Hadi banyak dihabiskan untuk menyablon kaos, plastik, kertas, nomor plat kendaraan dan bahan lainnya.
Karena keterbatasan modal usaha, Umar Hadi selama 17 tahun hanya seorang diri menahkodai usaha sablonnya. “Ya, sebenarnya ingin punya karyawan. Tapi karena modal usaha yang masih minim, terpaksa kerjanya sendirian,” aku Umar Hadi.
Usaha sablon ini dijalankan Umar Hadi semenjak lulus PGAN Situbondo, karena kala itu tidak bisa melanjutkan ke jenjang kuliah seperti temen teman seangkatannya. Saat itu Umar Hadi tidak langsung mendirikan usaha sablon, tetapi sempat mengajar di sebuah lembaga pendidikan swasta bersama teman PGAN-, bernama Rudiyanto.
Namun darah mengajar Umar Hadi sepertinya tidak seirama dengan almamaternya, PGAN Situbondo. Umar Hadi lalu mengalihkan profesinya sebagai pengajar menjadi seorang wiraswasta dibidang sablon. “Sejak saat itu hingga sekarang saya konsisten menekuni usaha ini (sablon),” aku Umar Hadi.
Seiring dengan perjalanan waktu, prospek usaha sablon Umar Hadi sempat kembang kempis. Baik itu dari sisi keuntungan, pelanggan, orderan maupun prospeknya. Apalagi, aku Umar Hadi, saat ini sudah gencar dengan era digital-dimana semua orang sangat mudah melakukan pemesanan barang. Bisa melalui jasa online, internet dan jasa smart phone, barang bisa datang cepat sampai di lokasi.
Bagi Umar Hadi, perkembangan digital tidak membuatnya luluh dalam menjalankan usaha sablonnya. Malahan sebaliknya, Umar Hadi semakin semangat dalam mengembangkan usahanya. “Saya punya pelanggan sendiri. Baik itu untuk keperluan kaos, kertas, plastik maupun bahan lainnya. Sudah ada pangsa pasaranya sendiri,” terang pria dengan 4 anak itu.
Umar Hadi mengakui, dalam beberapa tahun yang lalu usahanya nyaris tutup karena sempat aktif dalam sebuah organisasi kepemudaan desa. Dari aktivis organisasi itu, kenang Umar Hadi, ia sampai berhasil terpilih menjadi Ketua RT setempat. Nah, katanya, sejak aktif di pengurus RT ini usaha sablonnya sempat vakum.
Umar lalu sadar, usaha sablon yang notabene merupakan cikal bakal pekerjaan pertamanya, harus kembali ia hidupkan. Umar lalu memutuskan untuk mundur sebagai Ketua RT dan kembali memilih menekuni usaha sablon hingga sekarang ini. “Alhamdulillah, kini orderan sablon saya mengalir hingga mampu menghimpun dana Rp 1,5 juta per harinya,” tutur Umar Hadi.
Umar menyimpulkan, meski usaha sablonnya tidak menggunakan tehnologi canggih seperti tehnologi banner, ia tetap yakin usahanya kian maju. Terbukti, kata Umar, berbagai instansi dan perkumpulan wanita banyak memesan sablon ditempatnya. Bahkan, sambung Umar Hadi, kini ada salah satu pelanggan tetap dari luar Kecamatan Panarukan rutin memakai jasa sablon Umar yang sudah kesohor di Dusun Nangkaan. “Pekerjaan ini saya tekuni, alhamdulillah bisa menyekolahkan dua anak saya hingga ke Perguruan tinggi dan jenjang SMP. Kami patut bersyukur,” pungkasnya.
Sa’diya, istri Umar Hadi, memiliki sikap yang senada perihal usaha sablon yang sudah belasan tahun ditekuni suaminya. Dimata Sa’diya, usaha sablon ini sudah mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam maghligai rumah tangganya.
Meski usahanya sempat naik turun, Sa’diya rela dan ikhlas serta selalu setia mendukung usaha suaminya hingga saat ini. “Saya sebagai isteri (Umar Hadi), selalu memberikan dukungan penuh apa yang terbaik buat keluarga. Termasuk pilihan membesarkan usaha sablon ini,” papar Sa’diya.
Ke depan Sa’diya hanya ingin suaminya bisa memiliki usaha sablon dengan penunjang perangkat dan sarana yang maju dan canggih seperti usaha di tempat lainnya. Namun keinginan itu sepertinya bertepuk sebelah tangan, karena harga peralatan sablon yang canggih bisa menguras isi kantong keluarga.
“Kami sadar untuk menuju sukses memerlukan kesabaran dan ketelitian dalam menekuni setiap usaha. Kami bersama suami selalu optimis, bisa melanjutkan usaha sablon ini. Selain usaha ini penuh kenangan juga merupakan salah satu penunjang kebutuhan hidup keluarga,” aku Sa’diya.
Yono, salah satu pelanggan asal Kelurahan Patokan Situbondo mengatakan, hasil karya usaha sablon milik Umar Hadi cukup baik jika dibandingkan dengan tempat usaha lainnya di Kota Bumi Salawat Nariyah. Selain memiliki desain yang lentur juga tdak terlalu kasar dalam menggarap sablon kaos maupun kertas.
Sehingga tak heran, sambung Yono, sudah lebih 5 tahun ia menjadi pelanggan tetap usaha sablon milik Umar Hadi di Dusun Nangkaan Desa Paowan Situbondo. “Saya sejak pertama pesan sablon disini, sudah senang karena hasilnya lumayan bagus. Banyak teman dan kolega saya juga memesan sablon ke sini,” katanya. [sawawi]

Tags: