Kota Probolinggo, Bhirawa
Sebagai bentuk keprihatinan dan simpati, ribuan santri di Kota Probolinggo menggelar aksi solidaritas dengan doa bersama untuk Umat Muslim etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar. Krisis kemanusiaan dan konflik Rohingya di Myanmar, mengundang keprihatinanumat Islam di Tanah Air. Tak terkecuali santri Pondok Pesantren (Ponpes) Riyadlus Sholihin, Kel Ketapang, Kec Kademangan, Kota Probolinggo, Minggu (3/9) lalu.
Selepas salat zuhur, ribuan santri melaksanakan salat gaib di masjid yang berada di lingkungan Ponpes. Usai salat gaib dilanjutkan dengan tahlilan dan doa bersama. ”Setiap ada kejadian yang berkenaan umat Islam, kami senantiasa melaksanakan salat gaib dan doa bersama. Ya, sebagai santri kita harus peka dengan kejadian yang terjadi saat ini,” tutur Ahmad,salah satu santri.
Bagi para santri, krisis kemanusiaan dan konflik Rohingya di Myanmar, sangat biadab. Mereka pun mengutuk keras perbuatan keji terhadap ribuan etnis Rohingyaitu. ”Kami berduka dengan peristiwa yang terjadi pada perayaan Hari Raya Idul Adha itu. Pemerintah harus bertindak tegas untuk membantu mereka dengan cara mengusir Duta Besar Myanmar dan memanggil Duta Besar Indonesia dari Myanmar,” kataRahmat Maula, salah satu staf pengajar.
Sementara itu Habib Hadi Zainal Abidin, Pengasuh Ponpes Riyadlus Sholihin menegaskan, Keluarga Besar Ponpes yang dipimpinnya mengecam keras tindakan yang diambil Pemerintah Myanmar. Pembunuhan dan penindasan terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar, telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Karena itu, sudah sepantasnya Pemerintah Indonesia bersikap keras, salah satunya dengan memutuskan hubungan diplomatik.
”Kami akan mengirimkan petisi agar pemerintah segera mengambil keputusan tegas untuk menolong warga Rohingya,” ujar anggota Komisi VII DPR RI ini.
Lebih lanjut dikatakannya, Indonesia di kawasan Asia merupakan negara paling besar. Apalagi kalau bicara dalam konteks harmoni ASEAN, kita selama ini selalu yang paling depan mendorong. Selain itu, ikut menciptakan perdamaian dunia adalah salah satu tujuan bernegara Indonesia. Untuk menjalankan salah satu tujuan bernegara itu, sehingga Indonesia memiliki tanggung jawab untuk turun tangan mengatasi aksi kekerasan di Rohingya.
Pemerintah Indonesia dapat mengambil langkah tegas dengan memutus hubungan diplomatik kedua negara, tegasnya. ”Ini bukan soal warga Rakhine atau orang Rohingya adalah warga Muslim, tapi ini sudah persoalan kemanusiaan, itu tujuan kita bernegara, mencapai perdamaian dunia dan menciptakan kesejahteraan,” tandasnya. Kekerasan mematikan semakin memburuk di negara bagian Rakhine, Myanmar,d alam beberapa hari terakhir, dengan hampir 100 orang tewas.
Korban tewas meningkat karena bentrokan bersenjata antara tentara dan militan Rohingya terus berlanjut. Kekerasanjuga membuat ribuan Muslim Rohingya khawatir dan melarikan diri ke perbatasanBangladesh. [wap]