UMKM Sulit Berkembang karena Manajemen Keuangan Tak Bagus

Indra Uno saat melihat kualitas produk kerajinan warga Kludan Tanggulangin. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Kondisi pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini sulit berkembang dengan baik, karena model pengelolaan keuangannya dinilai tidak bagus. Sebab masih bercampur menjadi satu dengan keuangan rumah tangga.
Hal ini diungkapkan Prof Indra C Uno ketika memberikan motivasi kepada para pelaku UMKM di Desa Kludan Tanggulangin Sidoarjo, Jumat (12/4) sore. Ia menilai sejumlah UMKM tak bisa berkembang dengan baik, lantaran laporan keuangannya masih amburadul. ”’Jadi keuangan UMKM itu tak boleh bercampur dengan keuangan rumah tangga atau usaha lainnya,” katanya.
Dalam kunjungannya itu, profesor muda ini tidak hanya berdialog dengan puluhan pemilik UMKM, akan tetapi juga melihat produk dan kemasan. Selain itu juga menampung sejumlah keluhan UMKM mulai makanan dan minuman hingga UMKM produsen tas, dompet, jaket, sabuk dan sepatu kulit. Kakak Sandiaga Uno ini juga memberikan tips sukses memasarkan produk UMKM agar usahanya bisa berjalan dengan sukses.
”Rata-rata masalahnya UMKM tak bisa berkembang karena laporan keuanganya masih amburadul. Keuanganya seringkali dijadikan satu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Makanya, UMKM harus menjadi prioritas utama perhatian pemerintah, agar perekonomian berkembang pesat. Selama ini, UMKM belum menjadi prioritas utama perhatian pemerintah. kondisi inilah yang menjadi salah kaprah lantaran UMKM belum mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Padahal, lanjutnya, setiap UMKM harus menciptakan lapangan pekerjaan. Baik membuka lapangan pekerjaan langsung maupun tak langsung. Sehingga harus mendapat perhatian dan pendampingan serius dari pemerintah. ”Konsepsinya UMKM yang berhasil bukan besar omzet, tapi makin besar aset dan menambah tenaga kerjanya,” harapnya.
Bagi Indra wajar jika Indonesia peringkat 1 se Asia Tenggara jumlah penganggurannya. Karena jumlahnya mencapai 7 juta orang atau sekitar 5% dari jumlah penduduk usia produktif antara 18 hingga 55 tahun tidak bekerja. Sedangkan peringkat duanya usia produktifnya 15 hingga 24 tahun. ”Karena itu ini harus dihentikan. Caranya orang usia produktif bukan lagi mencari lapangan pekerjaan tetapi harus membuka lapangan pekerjaan,” tegasnya.
Konsepnya melalui komunitas-komunitas wirausaha. Tujuannya untuk membuka lapangan kerja sebanyak – banyaknya melalui komunitas wirausaha yang didorong melalui pelatihan dan pendampingan. ”Konsep kami 7 P itu. Mulai Pendaftaran, Pelatihan, Pendampingan, Perizinan, Pemasaran, Pelaporan keuangan dan terakhir akses terhadap Permodalan. Dengan pendampingan, diharapkan menstabilkan pemasukan dan meningkatkan usaha UMKM agar bisa berkembang dan volumenya meningkat,” harapnya. [ach]

Tags: