UMM Jalin Kebersamaan dengan Pesantren NU

Para Santri menikmati film yang diputar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). [m taufiq]

Malang, Bhirawa
Kepedulian dan kebersamaan tak pernah mengenal batasan. Semboyan ini dipegang teguh oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mengendarai mobil Bioskop Keliling (Bioling), mereka berangkat menuju Pondok Pesantren Nur Ilahi, Tajinan Malang dalam rangka melaksanakan Program UMM Berbagi untuk Negeri pada akhir pekan kemarin.
Selain bersilaturahmi, agenda itu juga bertujuan untuk memberikan inspirasi dan hiburan lewat film yang ditayangkan. Turut hadir Rektor UMM, Dr Fauzan MPd, Ketua Umum dan Ketua Forum Komunikasi Warga Tionghoa Malang Raya (FKWTMR), Linggarjanto Budi Oetomo serta Soetjipto Gunawan.
Sesampainya di sana, terlihat para santri dan warga pondok pesantren antusias menyambut mobil Bioling yang datang. Beberapa bersiap diri dan duduk dengan tenang menunggu agenda dimulai. Pada agenda itu pula, mereka disuguhkan film berjudul Jejak Langkah Dua Ulama. Mengisahkan perjuangan hidup pendiri Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam menyebarkan Islam di nusantara.
Dalam film ini disampaikan pesan bahwa selama ini kedua organisasi itu memiliki ikatan sejarah, persaudaraan dan kekeluargaan yang erat. Dalam kesempatan yang sama, KH M Tamyis Alfaruq, Pengasuh Ponpes Nur Ilahi menyambut dengan suka cita Program Berbagi untuk Negeri. Kiai Tamyis mengapresiasi program dan fasilitas yang disediakan UMM. Apalagi memberikan hiburan dan motivasi lewat bioskop keliling yang dilaksanakan.
“Semoga adik – adik santri dapat mengambil hikmah serta mendapat wawasan dan ilmu lewat kegiatan ini,” jelasnya.
Sementara itu, Rektor UMM, Dr Fauzan MPd juga menyempatkan diri untuk menyapa melalui media virtual. Ia mengungkapkan, Program Berbagi untuk Negeri sebenarnya sudah dilaksanakan sejak 2018 lalu. Bedanya, tahun ini sasarannya meluas tidak hanya untuk institusi pendidikan saja, tapi juga masyarakat secara umum.
Fauzan juga memotivasi para santri untuk terus berusaha menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Tidak hanya fokus pada hubungan dengan Tuhan tapi juga dengan sesama makhluknya. ”Santri harus mempunyai cita – cita besar. Berdoa sekuat tenaga dibarengi ikhtiar yang kuat, In Sya Allah akan berhasil dunia dan akhirat,” harapnya.
Senada dengan Fauzan, Ketua Umum FKWTMR, Linggar menyampaikan, program ini merupakan ide yang luar biasa. Menebar kebaikan tanpa melihat latar belakang. ”Agenda ini juga menjadi bukti manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Maka sikap toleransi dan saling menerima perbedaan sangatlah diperlukan,” tandasnya. [mut]

Tags: