UMM Perkuat UKM Obat Ramuan Tradisional

Tim UMM Malang saat meninjau peralatan jamu tradisional akhir pekan kemarin.

Malang, Bhirawa
Pengobatan tradisional adalah bagian dari sistem budaya masyarakat yang memiliki potensi besar bagi kehidupan masyarakat maupun identitas bangsa. Dan tentunya memiliki manfaat besar dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap permasalahan tersebut, tim dosen dari Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa program Penerapan Teknologi Tepat Guna Kepada Masyarakat (PPTTG).
Kegiatan PPTTG yang diketuai oleh Dr. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si dan anggota Drs. Nurwidodo, M.Kes, ini mendapatkan dukungan dana dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Tahun Anggaran 2019.
Menurut Abdulkadir Rahardjanto, pihak-pihak yang menjadi mitra dalam PPTTG ini adalah. dua kelompok masyarakat produsen ramuan tradisional khas Madura yang berdomisili di Kabupaten Sumenep.
Kedua mitra berdomisili di Kecamatan Gapura. Mereka merupakan produsen ramuan dengan omset relatif kecil, melakukan produksi dalam skala kecil (bahkan masih dalam skala rumah tangga), dan dengan jangkauan pemasaran yang masih terbatas.
Pemasaran masih terbatas hanya di kawasan Sumenep saja, dengan informasi dari mulut ke mulut. Kedua kelompok masyarakat yang dipilih menjadi mitra dalam program ini belum menggunakan standar produksi jamu yang baik, juga belum memiliki teknologi tepat guna yang akan membantu memaksimalkan produksi. “Mereka masih menggunakan peralatan dapur sederhana dan menggunakan dapur rumahnya untuk mengolah bahan-bahan jamu menjadi minuman jamu yang kemudian dimasukkan ke dalam botol air mineral,” ujar Abdulkadir Rahardjanto.
Pria yang juga Kaprodi S2 Pendidikan Biologi Pascasarjana UMM ini juga menuturkan bahwa peralatan yang digunakan oleh kedua produsen ramuan masih sederhana dan manual. Beberapa peralatan dan kondisi dapur memiliki kecenderungan untuk menurunkan tingkat higienitas ramuan yang sedang diproduksi. Ketidakhigienisan produk dapat menyebabkan produk ramuan yang dihasilkan terkontaminasi oleh berbagai mikroba, tidak tahan lama. Atau jika dalam bentuk serbuk, maka kebersihan dan keamanannya tidak terjamin. Proses produksi jamu secara garis besar adalah melalui penggilingan dan pemanasan yang tidak terkontrol. Pemanasan tersebut dapat menyebabkan kandungan gizi dari bahan ramuan mengalami kerusakan.
“Kami bersyukur mendapatkan pendampingan dan bantuan dari tim dosen UMM. Kami mendapatkan bantuan berupa paket mesin pembuat jamu sistem evaporator. Ada mesin penggiling empon-empon dan alat peras, bejana penguapan hingga jadi serbuk, dan continuous sealer. Kami juga mendapat pelatihan bagaimana menggunakan alat tersebut. Bahkan kami juga didampingi bagaimana pembukuan, pengelolaan keuangan, pemasaran, dan perawatan alat. Alhamdulillah, omset semakin meningkat, menambah kesejahteraan,” ungkap Abdus Samad, mitra kegiatan yang mengkoordinir Gilang Emas Grup.
Sementara itu, mitra lain yaitu Abdul Rahem mengungkapkan bahwa mereka juga mendapatkan pendampingan pengurusan ijin Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT). Mereka telah dihubungkan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, sampai akhirnya produk memperoleh ijin P-IRT. Dinas Kesehatan juga berjanji untuk ikut terlibat memberikan pembinaan dan perhatian lebih, agar usaha ramuan ini menjadi unggulan Kabupaten Sumenep.
“Kami berharap, tim UMM berkenan untuk terus memberikan pendampingan. Ke depan yang menyangkut aspek pengemasan yang lebih menarik, dan pemasaran menggunakan media sosial. Banyak kegiatan pameran yang mengundang Dinas Kesehatan Sumenep. Kita akan bersama-sama dengan Tim UMM melibatkan para mitra ini untuk mengikuti kegiatan pameran, sehingga produk-produknya akan semakin terkenal,” tambah Syaiful, perwakilan Dinas Kesehatan. [mut]

Tags: