UMM-Singapore Polytechnic Kembangkan Pembelajaran “DT”

Malang, Bhirawa
Program Learning Express (LEx) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkolaborasi dengan mahasiswa Singapore Polytechnic (SP) mengembangkan pembelajaran Design Thingking (DT) sebagai metode yang memfokuskan pada penyelesaian masalah. Menurut Co-Facilitator LEx UMM Ambika Putri di Malang, Jawa Timur, Selasa, pembelajaran DT dalam penyelesaian masalah ini digali melalui observasi lapangan dan berorientasi pada terciptanya produk atau program.
“LEx angkatan 2018, mahasiswa UMM dan SP tersebar di beberapa unit usaha masyarakat yang ada di Desa Temas Kota Batu. Angkatan pertama tahun ini diikuti 56 peserta, yakni 28 dari UMM dan 28 dari SP. Mereka dibagi menjadi empat kelompok,” katanya.
Jumlah tersebut, katanya, bertambah dari angkatan sebelumnya dengan harapan agar program yang diciptakan lebih banyak, fokus serta dapat segera diaplikasikan di desa tempat observasi. Selain itu, hasil kerja kolaborasi mahasiswa ini lebih maksimal sehingga dapat menyelesaikan banyak problem dan segera diaplikasikan di desa.
Program LEx tersebut dirangkai dalam kegiatan yang dibagi menjadi enam tahapan sekaligus merupakan tahapan dari metode DT, yakni Sense and Sensibility, Define, Ideation, Prototyping, Co-Creation, dan Gallery Walk. Seluruh kegiatan tersebut diikuti peserta mulai 11 Maret hingga 22 Maret 2018 Ia menerangkan pada tahapan Sense and Sensibility dan Define, mahasiswa turun ke lapangan, selanjutnya bersama masyarakat melakukan rembuk (dialog) untuk membuat outline dari problem yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Mahasiswa asing bersama masyarakat juga turun ke lapangan, seperti pergi ke pasar tradisional, bahkan ikut menjajakan dagangan.
Tan Zhi Yuan (Luke) salah satu mahasiswa SP menyatakan pengalaman istimewa ini dapat mengenalkannya lebih dengan kehidupan masyarakat setempat. “Kegiatan ini unik dan seru soalnya mahasiswa asing bisa ikut jualan dan lebih dekat dengan masyarakat yang jadi tempat observasi, selain itu kami juga mengetahui budaya masyarakat di daerah ini,” kata Luke, mahasiswa Akuntasi SP tersebut.
Selanjutnya, pada tahapan Ideation dan Prototyping mahasiswa akan kembali ke kampus dan merancang ide serta menciptakan alat yang dapat menuntaskan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pada proses ini mahasiswa mulai berdiskusi secara intensif bersama kelompok masing-masing. Salah satu kelompok, Tim Bakso, menciptakan alat bernama Express Bakso Machine. Alat ini diciptakan untuk menjawab keresahan para pedagang bakso yang mengaku tidak dapat memproduksi bakso dengan jumlah banyak dalam waktu singkat, sedangkan permintaan konsumen sangat tinggi.
Hesti Mirandah, mahasiswa UMM yang juga salah satu anggota Tim Bakso mengemukakan alat yang dibuat bersama mahasiswa SP ini sudah disetujui dan sesuai dengan kebutuhan pemilik usaha Bakso di Desa Temas. “Alat yang kita presentasikan ini sudah dilihat dan disetujui oleh pemilik usaha, bahkan mereka sangat senang melihat alat yang kami buat ini,” ujarnya.
Selanjutnya adalah melaksanakan Gallery Walk, namun sebelumnya mahasiswa akan melaksanakan Co-Creation, yaitu kegiatan mempresentasikan ide atau alat yang sudah diciptakan ke masyarakat di desa observasi.
Program Lex diadakan sekali dalam setiap semester. Pada tahun-tahun sebelumnya, kolaborasi mahasiswa UMM dengan mahasiswa SP sudah menghasilkan berbagai inovasi yang diterapkan oleh UMKM di Kota Batu. [mut]

Tags: