UN Gunakan 20 Persen Soal HOT

UNDindik Jatim, Bhirawa
Para siswa calon peserta Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2015/2016 harus semakin banyak berlatih soal-soal untuk persiapan. Karena tahun ini, pemerintah mempersiapkan lebih banyak soal dengan klasifikasi Higher Order Thinking (HOT) atau kemampuan analisa tingkat tinggi.
Soal yang diklaim membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi ini jumlahnya bisa mencapai 20 persen per mata ujian. Persentase ini meningkat di banding tahun lalu yang hanya 10 – 15 persen per mata ujian.
“Kita sudah mengupayakan agar soal dengan klasifikasi HOT semakin banyak. Namun, itu juga tergantung mata pelajarannya. Karena tidak semua Mapel bisa menggunakan soal semacam ini,” tutur Kabid Analisis dan Sistem Penelitian Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Suprananto saat dikonfirmasi Selasa (23/2).
Suprananto menjelaskan, tidak semua mapel bisa menggunakan soal dengan klasifikasi ini. Beberapa yang memungkinkan adalah matematika, Bahasa Indonesia dan IPA. Soal dengan pemikiran tingkat tinggi ini bukan berarti soal itu sulit atau mudah. Karena soal mudah dan sulit itu sangat subyektif menurut ukuran siapa. Belum tentu soal yang mudah menurut guru, mudah juga meniru siswa.
“Kalau mau melihat soal itu mudah menurut siswa harus melalui riset. Misalnya 1000 siswa mengerjakan 10 soal yang sama. Ternyata diantara itu hampir semua hanya benar tiga. Berarti soal itu sulit untuk siswa,” kata dia.
Soal HOT, lanjut dia, sebenarnya lebih cocok disebut soal penalaran. Sehingga soal jenis ini lebih cocok untuk jawaban uraian atau penugasan. Namun dalam UN, soal-soal tersebut tetap dimodifikasi menjadi pilihan ganda. Misalnya soal matematikan 1/4 ditambah 3/7 sama dengan berapa? “Itu bukan soal HOT. Tapi ketika soal itu diceritakan dengan menggunakan contoh kehidupan sehari-hari baru itu dinamakan HOT,” tutur Suprananto.
Selain klasifikasi soal HOT, UN 2016 juga akan berbeda dengan tahun lalu. Karena tahun ini, soal-soal akan menggunakan irisan dari dua kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013.
Yang dinamakan irisan adalah materi yang diajarkan di dua model kurikulum itu. “Mana diantara materi-materi pelajaran itu yang diajarkan di KTSP juga di K-13. Yang sama itulah yang akan diujikan,” kata dia.
Terkait dengan perubahan model soal UN ini, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Saiful Rachman mengimbau seluruh siswa tidak main-main. “Meski bukan penentu kelulusan. UN jangan diremehkan lagi seperti tahun lalu,” jelas Saiful. Sebab UN, lanjut dia, masih sangat menentukan masa depan lulusan. Baik yang melanjutkan ke perguruan tinggi maupun bekerja.
Misalnya saja, siswa yang nilainya di bawah SKL (syarat kompetensi kelulusan) yakni 5,5 akan sulit mencari pekerjaan. Sebab, beberapa perusahaan menjadikan hasil UN untuk syarat diterimanya lulusan SMA/SMK.
“Tidak ada kata lainnya, selain harus siap dan memperjuangnyakan nasibnya sendiri,” tegas pria asli Surabaya tersebut. Karena itu, UN 2016 ini menjadi sangat penting untuk mengurangi image buruk bahwa UN hanya kegiatan yang sia-sia. Sebab, dengan soal yang cukup sulit ini, mau tidak mau siswa harus belajar sungguh-sungguh. “UN ini untuk pemetaan, hasil UN ini nanti buat melihat kemampuan siswa dan nantinya dipetakan untuk langsung dibina,” pungkasnya. [tam]

Rate this article!
Tags: