Unair Incar Juara Pimnas Letsleep Mask

Letsleep-Mask-inovasi-karya-mahasiswa-Unair-bekerjasama-dengan-ITD-ini-memungkinkan-penggunanya-dapat-tidur-lebih-rileks.

Letsleep-Mask-inovasi-karya-mahasiswa-Unair-bekerjasama-dengan-ITD-ini-memungkinkan-penggunanya-dapat-tidur-lebih-rileks.

Surabaya, Bhirawa
Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) kembali akan digelar tahun ini. Rencananya, ajang tahunan ini akan digelar Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, 24-28 Agustus 2015 mendatang. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ajang ini selalu disambut riang para mahasiswa dengan aneka inovasinya.
Universitas Airlangga (Unair) bahkan sudah mengancang-ancang target juara dalam Pimnas 2015 ini. Tak tanggung-tanggung, 277 inovasi mahasiswa yang dibiayai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) akan diusung untuk diadu dengan karya ilmiah berikut inovasi mahasiswa dari perguruan tinggi lain di Tanah Air.
Dari ratusan inovasi tersebut, satu di antaranya hasil kerja sama dengan Institute of Tropical Disease (ITD) atau Pusat Penelitian Penyakit Tropis. Sebuah inovasi yang diciptakan ialah masker tidur berbasis stimulasi sinyal otak sebagai solusi gangguan tidur dan prevensi gejala depresi.
Karya ilmiah berjudul Led and Binaural Beat Sleeping Mask (Letsleep Mask). Ada lima mahasiswa yang terlibat dalam pembuatan karya ini. Mereka ialah, Novia Dwi Asmaningtias, Azisya Amalia Karimasari, Amalia Sofiah, Priyanka Kusuma Wardhani, dan Andi Achmad Dzulfiqar.
“Latar belakang pembuatan masker ini adalah kesibukan mahasiswa yang membuat singkatnya waktu tidur,” tutur Novita Dwi Asmaningtias menyampaikan alasan inovasinya bersama teman-temannya. Menurutnya, kalau pun mahasiswa bisa tidur, kualitasnya masih kurang.
Orang yang terganggu tidurnya, bukan saja mahasiswa, akan mengalami gejala depresi. Dengan masker tidur ini, pemakainya akan bisa tidur lebih berkualitas meski waktunya tidak lama.Menariknya, masker ini bisa diprogram penggunaannya menggunakan alarm pada handphone. Waktu bangun penggunanya bisa diatur. Kelebihan lain masker tidur ini adalah penggunaa Light Emitting Diode (LED) atau diode cahaya yang mampu men-stimulasi gelombang otak manusia. Kelebihan lain, adanya suara-suara binaural semacam dentingan yang berbeda antara earphone di telingan kiri dan kanan yang membuat pemakainya rileks jelang tidurnya.
Seperti handphone, alat ini menggunakan baterai yang bisa di-charger. Alat dilengkapi tombol on-off. Didampingi rekan-rekannya satu tim, Novia Dwi menjabarkan hasil survei yang juga menjadi landasan inovasi kelompoknya. Yakni, keberadaan sekitar 20-50% orang dewasa mengalami gangguan tidur setiap tahunnya, dan 17% diantaranya mengalami gangguan tidur serius.
Bahkan pravalensi gangguan tidur pada lansia mancapai 67%. Pada dasarnya gangguan tidur merupakan salah satu gejala depresi dalam DSM-IV, yang penderitanya telah mencapai angka 17-27% di Indonesia. Sedangkan di dunia diperkirakan mencapai 5-10%.
“Dalam studi ini, stimulasi gelombang otak diprediksi mampu mengatur waktu dan kualitas tidur seseorang. Instrumen yang digunakan pada masker tidur adalah terdiri dari LED dan earphone dengan suara binaural beats,” timpal Azisya Amalia Karimasari.
Integrasi LED dengan warna biru dan binaural beats bertipe delta akan mampu menstimulasi munculnya gelombang otak delta yang mengakibatkan terjadinya tidur dalam. Sedangkan, integrasi LED warna kuning dan binaural beats bertipe gamma akan mampu menstimulasi munculnya gelombang otak gamma yang mengakibatkan seseorang akan terbangun.
Metode yang digunakan, yaitu metode kuantitatif  kausal dengan pengambilan data primer eksperimental. “Pada akhir studi ini, diperoleh bahwa alat yang kemudian diberikan nama Letsleep Mask ini mampu memberikan kualitas tidur yang lebih baik dan pengaturan waktu bangun yang lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan alarm pada umumnya,” tukas Novia, lagi.
“Inovasi mahasiswa ini sudah diujicobakan. Cuma akan disempurnakan tampilan dan warnanya, supaya tidak hitam polos begini. Yang dituju dari penggunaan alat ini adalah tidur berkualitas supaya lebih fresh. Sehingga setelah terbangun, si pemakai bisa lebih konsentrasi dan mencegah terjadinya depresi,” kata . Prihartini Widiyanti selaku dosen pembimbing. [tam]

Tags: