Unair PTN-BH Terbaik Terapkan Merdeka Belajar

Rektor Unair Prof Moh Nasih dan Direktur SDM PT Pelindo III Edy Priyanto SKM saat melakukan MoU optimalkan Kampus Merdeka.

Perkuat Implementasi Matkul, KKN dan TA, Berhasil Kantongi Insentif hingga Rp24 Miliar
Kota Surabaya, Bhirawa
Kerja keras civitas akademika Universitas Airlangga (Unair) membuahkan hasil. Peluh yang keluar diganjar dengan prestasi yang sangat mentereng. Yakni menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) nomor wahid dengan implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus menggebrak dengan sejumlah inovasi, untuk memajukan perguruan tinggi di Indonesia. Salah satunya lewat MBKM. Melalui program ini, ada delapan bentuk kegiatan pembelajaran yang bisa diikuti mahasiswa. Diantaranya, pertukaran pelajar, magang, asisten mengajar di satuan pendidikan, penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, proyek independent hingga membangun desa (KKN tematik).
Seiring berjalannya waktu, program ini pun terus diperkuat implementasinya lewat berbagai terobosan yang dilakukan perguruan tinggi. Contohnya seperti yang dilakukan Unair. Bahkan dalam pengoptimalan MBKM, poin Unair mencapai 74 dengan poin pertumbuhan 673, dengan posisi tinggi 10 persen. Atas capaian ini, Unair berhasil menempati posisi pertama Indikator Kinerja Utama Kampus PTN-BH dan berhak mendapatkan insentif Rp24 miliar dari Kemendikbudristek.
Perolehan penghargaan ini pun langsung disambut gembira jajaran kampus yang berdiri pada 10 November 1954 silam ini. Meski begitu, Rektor Unair Prof Moh Nasih tak mau berpuas diri. Ia berencana akan terus memperkuat implementasi MBKM. Saat ini, pihaknya tengah memformulasikan dan merestrukturasi beberapa mata kuliah (matkul) dan aktifitas kampus dengan lebih terintegrasi. Salah satunya dengan menggabungkan matkul pilihan KKN dan pengerjaan tugas akhir (TA).
“Sehingga nanti saat masuk di semester tujuh dan delapan, bisa mengikuti KKN (kuliah kerja nyata) diberbagai tempat. Tidak hanya di desa, tapi juga dunia industri ataupun di daerah rumahnya untuk mengembangkan kewirausahan,” papar Prof Nasih.
Dengan adanya skema ini, Prof Nasih ingin mahasiswa mendapatkan satu dosen pengampu, yang akan mengampu beberapa matkul pilihan, sekaligus KKN dan tugas akhirnya. Dengan begitu implementasi MBKM bisa lebih bergema.
Sejauh ini, dikatakan Prof Nasih, implementasi MBKM sebenarnya sudah sangat banyak. Mencapai ribuan mahasiswa yang terlibat. Sebarannya pun berbagai macam. Ada yang memilih professional pegawai, akademisi, peneliti dan wirausaha. “Ini semua kita tampung. Kita petakan dan kita beri ruang sebanyak-banyaknya,” ungkapnya.
Jadi membedakan format atau polanya ini merupakan pengembangan yang sudah dilakukan selama ini. Seperti menjuarai kompetisi di berbagai bidang yang diikuti mahasiswa dikonversikan dalam SKS. Kemudian, mahasiswa yang mengikuti konferensi atau student exchange tidak perlu lagi KKN. Begitupun dengan magang dan praktik industri. Unair sangat mendorong dalam hal ini.
“Kami sudah memberangkatkan ratusan mahasiswa untuk melakukan magang industri. Kami sudah komunikasi dengan menteri BUMN untuk ke depan, bisa mendukung program-program magang industri lebih masif lagi,” katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Prof Nasih, mahasiswa yang mengikuti riset dengan dosen dan mahasiswa yang wirausaha dimasukkan dalam SKS tertentu. Mereka yang sudah menjalankan start up dengan baik, akan diberikan penghargaan pada saat wisuda pula.
Wakil Rektor Bidang Akademik Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Bambang Sektiari Lukiswanto menambahkan, program MBKM yang tengah digalakkan Kemendikbudristek, sejatinya sudah diaplikasikan Unair sejak lama. Ia mencontohkan seperti penelitian terkait NAPZA, HIV-AIDS yang diikuti berbagai prodi kesehatan Unair.
“Kami kembangkan itu di community based di program KKN. Ini lebih mudah karena KKN multidisiplin. Sekarang sudah 15 modul terkait dengan KKN,” jelasnya.
Hingga saat ini, kata Prof Bambang, berdasarkan data yang dihimpun, setidaknya 15.591 mahasiswa mengikuti program magang, kewirausahaan, pertukaran lintas studi, magang bersertifikat dan beberapa kegiatan sosial lainnya. Jumlah ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding 2019.
“Ke depan kami meningkatkan peluang-peluang dan fasilitas mahasiswa. Termasuk KKN MBKM atau berbasis riset. KKN ini akan dikembangkan agar bisa juga dikonversikan menjadi TA, proyek independen, dan mendapatkan kredit terhitung 20 SKS,” tandasnya.
Sementara itu, salah seorang mahasiswa yang kini menginjak semester tiga Program Studi Kejepangan, Fakultas Ilmu Budaya Unair, Nur Kumala Hapsari mengungkapkan, program MBKM memberikan manfaatkan bagi mahasiswa. Diantaranya untuk bentuk kegiatan magang industri.
Menurut perempuan yang akrab disapa Mala ini, magang industri memberikan kesiapan bagi mahasiswa saat terjun di dunia industri pada lulus nantinya. Meski begitu, ia mengaku masih belum bisa mengikuti MBKM. Sebab, persyaratan minimal agar bisa mengikuti program ini adalah mahasiswa semester lima.
“Jika diminta memilih, saya akan magang industri dan pertukaran pelajar. Kalau magang industri ini lebih siap. Karena kita mengerti bagaimana gambaran industri nanti. Karena kita sudah melaksanakan program magang industri. Tapi kalau pertukaran pelajar, bisa mendapatkan pengalaman sekaligus ilmu baru di luar program studi maupun kampus,” pungkasnya.
[Diana Rahmatus S]

Tags: