Unair Seleksi Ketat Bidik Misi SBMPTN

Calon mahasiswa baru Bidik Misi jalur SBMPTN mengikuti verifikasi di Gedung Student Centre, Kampus C Unair, Kamis (30/7).

Calon mahasiswa baru Bidik Misi jalur SBMPTN mengikuti verifikasi di Gedung Student Centre, Kampus C Unair, Kamis (30/7).

Surabaya, Bhirawa
Kuota Bidik Misi yang tidak dibatasi membuat sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) semakin selektif melakukan verifikasi. Serangkaian tes pun dilakukan untuk menyaring calon mahasiswa Bidik Misi yang jumlahnya cukup tinggi. Salah satunya yang dilakukan Universitas Airlangga (Unair). Sebanyak 258 camaba Bidik Misi jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang diverifikasi, Kamis (30/7).
Kasub Kesejahteraan Kemahasiswaan Unair Trias Sarwendyah mengatakan, verifikasi ini merupakan syarat utama untuk memastikan calon mahasiswa Bidik Misi itu lolos atau tidak. “Patokannya, salah satu orangtuanya sudah meninggal dunia. Lalu yang kedua penghasilan orangtua di bawah satu juta atau minimal 750 ribu rupiah,” terangnya saat ditemui Gedung Student Centre Kampus C Unair.
Calon mahasiswa ini juga harus membawa berkas seperti foto keluarga dan foto tempat tinggal. “Kami juga harus selektif ketika berhadapan dengan mereka yang akan diinterview,” tambahnya. Trias mengakui, ketika interview calon mahasiswa harus bisa menahan emosi dan empati. Ini agar verifikator yang mewawancarai tidak ikut hanyut dalam cerita mereka. “Karena ada yang baru duduk, cerita terus nangis-nangis. Kan kita jadi harus menenangkan dia,” ungkapnya.
Para mahasiswa ini sebelumnya juga mengikuti ujian tulis SBMPTN bersamaan dengan pendaftar non Bidik Misi. Perlu diketahui, tahun ini Unair tidak membatasi jumlah Bidik Misi yang mendaftar. Jumlah pendaftar yang masuk mencapai 830 calon mahasiswa. Sebanyak 258 di antaranya mengikuti jalur SBMPTN dan 572 lainnya mengikuti jalur SNMPTN.
Wakil Rektor II Unair Prof Syahrani menambahkan, mahasiswa Bidik Misi ini selain diverifikasi kondisi ekonomi, mereka juga akan mengikuti tes ketunaan. “Mahasiswa Bidik Misi ini akan dibiayai Dikti dengan anggaran setara Uang Kuliah Tunggal (UKT) golongan tiga,” tutur Syahrani.
Salah satu peserta yang mengikuti verifikasi tersebut ialah Ragil Setia asal Kota Pahlawan. Alumnus SMKN 5 Surabaya ini hanya butuh waktu 10 menit untuk menjalani interview dari tim verifikator. Ragil mengaku, telah ditinggal ibunya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Selama ini dia sendiri yang membiayai kehidupannya dan bapaknya yang sedang sakit di rumah. Ia mengaku sejak sekolah ia juga bekerja. “Waktu sekolah saya nyambi kerja di tempat saya magang, pabrik minyak goreng,” ungkap anak terakhir ini.
Calon mahasiswa yang ambil jurusan Teknik Industri Hasil Pangan ini mengaku juga bekerja sebagai pelatih Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) di SMP Ipiems Surabaya. “Kalau lolos Bidik Misi ini ya saya tetep kerja. Walaupun uang kuliah gratis, tapi kan buat biaya hidup juga butuh uang. Bagaimana kalau nggak kerja,” pungkasnya. [tam]

Rate this article!
Tags: