Unej Jadikan Bondowoso Sentra Sapi Potong

Dannis Poppi Ahli Nutrisi Sapi dari Universitas Queensland Australia saat menjadi pemateri dalam sarasehan Peningkatan Produktivitas Ternak Yang Berkelanjutan Dalam Rangka Mendukung Ketersediaan Protein Hewani dan Kedaulatan Ternak yang diselenggarakan Universitas Jember di Bondowoso, Sabtu (28/7/2018).

Jember, Bhirawa
Universitas Jember kembangkan sapi potong di Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan data, populasi sapi potong di kota tape ini mencapai 200 ribu ekor.
“Ini jumlah yang signifikan, makanya untuk mendukung program ini, Universitas Jember membuka kampus di Bondowoso dengan program studi peternakan. Ini startegi lembaga kami, agar pengembangan sapi potong di Bondowoso dalam mendukung program swasembada daging berkelanjutan,” ujar Ketua LP3M Universitas Jember Ahmad Subagyo saat membuka sarasehan Peningkatan Produktivitas Ternak Yang Berkelanjutan Dalam Rangka Mendukung Ketersediaan Protein Hewani dan Kedaulatan Ternak di Kampus Universitas Jember di Bondowoso, Sabtu (28/7).
Menurut Ahmad Subagyo, kedepan pengembangan sapi potong di Bondowoso bukan hanya aspek hilirnya saja yang digarap, tapi aspek hulunya juga menjadi perhatian lembaganya. ” Mulai dari populasi, penggemukan hingga rumah pemotongan hewan. Kami ( Universitas Jember) akan mendorong untuk rumah pemotongan hewan (RPH) agar didirikan di Bondowoso,” ungkap Subagyo kemarin.
Kepala Bakorwil Jember R.Tjahjo Widodo merespon positif upaya Universitas Jember dalam pengembangan sapi potong di Bondowoso.” Lembaga perguruan tinggi harus terlibat dalam program itu,” ujar Tjahjo kemarin.
Menurut Tjahjo, hampir seluruh Kabupaten diwilayah kerjanya (Probolinggo, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, Situbondo dan Lumajang), memiliki potensi besar untuk pengembangan sapi. Karena daerah-daerah itu daerah subur dan banyak ketersediaan pakan. Di Probolinggo misalnya, di Kabupaten tersebut saat ini dikembangkan sapi perah.
“Saat ini sapi perah di Probolinggo sudah berkembang cukup signifikan. Bahkan di Probolinggo akan dikembangkan pengolahan susu sapi ini menjadi keju. Ini yang harus kita dorong, agar pabrik keju di Probolinggo segera berdiri,” kata Tjahjo mencontohkan.
Tjahjo mengaku telah mendiskusikan upaya pengembangan sapi potong di wilayah tapal ini degan Dennis Poppi ahli nutrisi untuk ternak dari University Queensland Australia yang hadir dalam sarasehan ini. Menurut, Dennis, peternak di Australia selalu memberikan tambahan nutrisi sebagai makanan tambahan disaat musim kering. Sehingga sapi di negara kanguru ini, perkembangannya cukup pesat. Dalam kurun waktu 3 tahun, bobot sapi mencapai 300 kg.
“Namun pertanyaannya, apakah peternak kita mampu untuk membeli nutrisi yang mahal sebagai makanan tambahan untuk sapi mereka. Ini yang menjadi persoalan,” ujar Tjahjo.
Oleh karena itu, Tjahjo mengaku masih mencari formulasi yang tepat, bagaimana caranya di musim kemarau persediaan pakan sapi tidak kekurangan.
“Wilayah Bakorwil ini wilayahnya luas. Bagaimana caranya, dengan wilayah yang luas ini ketersediaan rumput tercukupi disaat musim kering (kemarau),” ungkapnya pula. Selain sarasehan, Universitas Jember di Bondowoso juga menggelar Kontes Sapi Potong, yang diikuti oleh berbagai kabupaten/kota diwilayah Bakorwil Jember. [efi]

Tags: