Ungkap Kandungan Boraks dengan Ekstrak Kunyit

Dua mahasiswa analis kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya mendemonstrasikan pulpen pendeteksi zat kimia ke bahan makanan yang dibeli dari pasar. [adit hananta utama]

Dua mahasiswa analis kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya mendemonstrasikan pulpen pendeteksi zat kimia ke bahan makanan yang dibeli dari pasar. [adit hananta utama]

Pulpen Pendeteksi Zat Kimia Berbahaya dalam Makanan
Kota Surabaya, Bhirawa
Jajanan atau bahan makanan yang disajikan dengan warna mencolok memang menarik. Namun jangan salah, bisa jadi jenis makanan yang seperti itu justru tidak sehat. Sebab, pengolahannya menggunakan bahan pewarna tekstil yang berbahaya bagi tubuh. Lantas, bagaimana cara mengetahui makanan itu berbahaya atau tidak?
Bulan Ramadan identik dengan menu makanan yang beragam untuk keperluan berbuka puasa. Hal ini pun menjadi kesempatan emas bagi para pedagang makanan maupun jajanan. Sayang, tidak semua bahan makanan yang dijual baik di pasar maupun pedagang kaki lima diolah dengan bahan-bahan yang sehat.
Fakta ini kerap kali diungkap Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui berbagai kegiatan inspeksi mendadak. Namun, praktik menggunakan bahan kimia berbahaya sebagai campuran makanan tak kunjung surut. Hingga dua mahasiswa asal Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya terinspirasi menciptakan alat yang praktis untuk mengetahui zat kimia berbahaya yang terkandung dalam makanan.
Keduanya adalah Risma Kartika dan Rofiah Faradillah. Mereka menciptakan tiga jenis pulpen yang mampu mendeteksi tiga zat kimia dalam makanan. Di antaranya boraks, pewarna tekstil dan iodium. Satu pulpen berisi satu larutan yang berfungsi mengurai zat yang terkandung dalam makanan. “Tempatnya dibuat dari pulpen biasa. Tapi tempat tinta kita ganti dengan larutan khusus,” tutur Risma Kartika ditemui di kampusnya kemarin.
Risma merinci, pulpen untuk melihat kandungan boraks diisi dengan larutan kunyit yang sudah diekstraksi. Dia menggunakan dua jenis pentol sebagai contoh. Satu pentol yang sudah ditetesi larutan warnanya tetap, satu lagi berubah kecokelatan. “Yang warnanya kecokelatan itu berarti ada boraksnya,” tutur mahasiswi semester dua prodi analis kesehatan.
Risma menjelaskan kunyit merupakan kurkumin yang mengandung senyawa aldehit. Karena itu, jika senyawa ini bertemu dengan basa yang kuat, maka akan terjadi reaksi perubahan warna.
Sementara untuk melihat zat pewarna tekstil, Risma menggunakan natrium bicarbonate atau biasa dikenal soda kue. Dia pun menguji pada dua tahu kuning yang didapatnya dari pasaran. Setelah ditetesi larutan, ada tahu yang warnanya tetap mentereng dan ada yang berubah warna menjadi lebih cokelat. “Kalau pakai pewarna tekstil, dikasih larutan ini dia tidak akan berubah warna. Tetap mencolok seperti semula,” kata dia.
Terakhir, pulpen yang dia buat untuk menguji kadar iodium dalam garam. Larutan itu dibuatnya dari campuran kalium iodide, asam fosfat dan amilum (tepung kanji). Konsentrasi yang digunakan adalah satu untuk kalium dan asam fosfat banding sepuluh amilum. “Garam yang sehat adalah garam yang mengandung iodium. Untuk mengetahuinya, dengan ditetesi larutan ini garam akan berubah warna menjadi ungu,” kata dia.
Rofiah Faradillah menambahkan, alat yang dinamakan Aditif Quick Check Set Pen (Aqice Pen) ini sangat praktis. Selain bentuknya yang simpel, mudah dibawa kemana-mana, cara kerjanya pun sangat cepat. Orang tidak perlu menunggu waktu lama untuk mengetahui hasilnya. “Kita cukup ambil sebagian dari makanan kemudian kita tetesi dua sampai tiga tetes saja,” tutur dia. Hasilnya, Lanjut mahasiswa yang akrab disapa Fifi ini, akan terlihat dalam waktu dua sampai tiga detik.
Mahasiswa semester empat ini mengatakan, sampel yang dibuat untuk penelitian ini merupakan bahan-bahan makanan yang didapat dari sepuluh pasar di Surabaya. Hasilnya, dari 10 pasar itu tujuh bahan makanan dari tujuh pasar berbeda mengandung pewarna tekstil. Sedangkan yang mengandung boraks, ditemukan pada delapan bahan makanan dari delapan pasar berbeda. “Mudah-mudahan ini bisa membantu masyarakat menemukan bahan makanan yang benar-benar sehat tanpa zat kimia berbahaya,” pungkas dia. [Adit Hananta Utama]

Tags: