Ungkap Rahasia Kecepatan Lembaga Survei Pemilu

Agus Machfud Fauzi (tengah), Prof. Ramlan Surbakti, MA. Ph.D dan anggota penguji lainnya berfoto bersama setelah menyerahkan surat kelulusan Doktor.

Agus Machfud Fauzi Raih Gelar Doktor FISIP Unair
Surabaya, Bhirawa
Agus Machfud Fauzi, sukses memberikan jawaban atas rasa penasarannya terhadap lembaga survey yang kerap mendominasi dalam pemilihan. Anggota KPU Ponorogo dua periode itu mengupasnya dalam disertasi program doktoral di Fisip Universitas Airlangga (Unair). Agus mempertangungjawabkan disertasinya dalam ujian terbuka program doktoral itu kemarin, Kamis (5/1) di Kampus B.
Agus mengaku, saat dia menjadi penyelenggara pemilu dia selalu kalah cepat dalam merilis hasil pemenang pemilu yang dilakukan oleh lembaga survey. Pihaknya merasa, jika dominasi yang dilakukan lembaga survey, seolah membuat KPU tidak mempunyai arti dalam penentuan kemenangan pesta demokrasi.
Dia membutuhkan waktu selama enam tahun setengah untuk mendapatkan simpulan dari strategi yang digunakan oleh lembaga survey. Penelitian tersebut berfokus pada pembahasan political behaviour (perilaku politik) dan marketing politic (komunikasi pemasaran politik). Dalam disertasinya, dia menganalisa berbagai yang dia beri judul “Faktor-Faktor Kemenangan Dan Kekealahan Petahana (Study Tentang Pilkada Empat Provinsi Di Indonesia, 2012-2013)”.
Dia mengulas sejumlah faktor kekuatan petahana dalam mendominasi poros perpolitikkan di Indonesia. Di antara faktor-faktor tersebut yaitu petahana yang berhasil dalam menjalankan program kerja, Petahana yang mempunyai marketing politik (memasarkan dirinya), dan petahana yang bisa berkomunikasi dengan parpol pengusung ataupun lawan.
Untuk memperkuat data penelitiannya, Agus menggunakan metode perbandingan dari empat provinsi. Dia memanfaatkan informasi dari masing-masing daerah yang jadi tujuannya. Penelitiannya tidak cukup mendapatkan pendapat dari satu partai politik. Karena itu, dia menggali data dari PDIP, Demokrat, PKB dan PAN. Ke empatnya merupakan lawan masing-masing. “Dan hal itulah yang saya teliti. Jadi ada keseimbangan dalam menyimpulkan strategi” terang mantan anggota KPU Jatim 2010/2014 ini.
Selama penelitian, Agus mengalami sejumlah kendala yang membuatnya sempat kewalahan. Diantaranya pertemuan dengan informan kunci di empat provinsi. Empat provinsi tersebut adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta dan Kalimantan Barat. Dia mengungkapkan, perlu ekstra tenaga dan berulang untuk membuat janjian bertemu dengan informan. Informan sendiri merupakan orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang perpolitikkan. Salah satunya, mempunyai pengaruh yang besar baik dalam tokoh perpolitikkan maupun dari partai pengusungnya. Banyak dari informan mempunyai alasan yang beraneka ragam, mulai dari sebagian informan yang takut tercuri strateginya dan sebagian lagi takut jika dipermasalahkan oleh partainya.
Disinggung mengenai perkembangan perpolitikkan di Indonesia, agus menambahkan semua orang tak terkecuali, praktisi, peneliti, calon yang akan diusung dan partai politik fokus pada pilkada 2018 demi persiapan 2019. Selain itu, dia berpendapat untuk mengambil hati masyarakat poada pemilu yang akan datang, Dosen Unesa bidang ilmu sosiologi ini menegaskan bahwa masyarakat harus merasa memiliki sebagaian dari mereka (pemerintahan atau partai politik). Selain itu,kunci untuk mendapatkan hati masyarakat adalah pemerintah harus mempunyai sifat hegaliter. Namun tentu saja, Figur sang calon lebih penting dalam hal ini. [ina]

Tags: