Ungkap Rasa Syukur dan Harapkan Keselamatan Desa

Untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending, yang diawali Gending Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah.

Untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending, yang diawali Gending Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah.

Banyuwangi Gelar Seblang Olehsari
Banyuwangi, Bhirawa
Setelah ritual Barong Ider Bumi yang digelar 2 Syawal lalu, suku Using Banyuwangi menggelar ritual Seblang Olehsari di bulan Syawal juga. Sebuah tradisi ungkapan rasa syukur atas keselamatan desa kepada leluhur.
Prosesi ritual adat ini digelar di Desa Olehsari Kecamatan Glagah, Jumat (24/7). Ritual adat tahunan ini merupakan agenda Banyuwangi Festival 2015.
Seblang ini akan digelar selama 7 hari berturut turut, hingga 30 Juli 2015 yang setiap harinya akan dimulai pukul 14.00 dan berakhir menjelang Maghrib.
Plt Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda menjelaskan ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan itu berlangsung sakral dan magis. Diawali seorang pawang membawa penari ke panggung pertunjukan untuk memasang mahkota berupa omprok yang dihiasi janur kuning dan beberapa macam bunga segar di atasnya. Setelah itu para pawang membacakan mantra untuk memasukkan roh Sang Hyang ke dalam tubuh sang penari.
Pada tahun ini, penari Seblang jatuh kepada gadis muda, Fidyah Yuliaty. Fidyah yang memiliki garis keturunan Seblang ini adalah pelajar kelas 3 SDN 1 Glagah. Penari Seblang bukanlah penari biasa, yang bisa membawakan tarian ini hanyalah gadis muda yang memiliki ‘darah’ Seblang dari penari-penari sebelumnya.
“Di Banyuwangi tradisi Seblang ada dua, Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Tradisi Seblang Olehsari digelar di bulan Syawal dan dibawakan oleh gadis muda. Sementara Bakungan digelar di setiap bulan Dzulhijah setelah Idul Adha, penarinya adalah Seblang tua yang sudah menopause,” kata Bramuda.
Untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending, yang diawali Gending Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah atau sebuah kekuatan halus untuk datang ke ritual Seblang.
Untuk membuktikan roh sudah masuk dalam tubuh penari, pawang cukup menggoyangkan tubuh penari ke kanan dan ke kiri, apabila nyiru kosong yang sejak tadi di pegang penari jatuh dan badan penarinya terjungkal ke belakang menandakan bahwa penari sudah kerasukan.
Selanjutnya, pertunjukan diteruskan dengan lantunan gending-gending Using lainnya seperti gending Liliro Kantun, Cengkir Gadhing, Padha Nonton, Pupuse, Padha Nonton Pundak Sempal, Kembang Menur, Kembang Gadung, Kembang Pepe, dan Kembang Dermo. Pada saat gending Kembang Dermo ini dibawakan, penari Seblang membawa tampah yang berisi bunga yang bernama Bunga Dermo.
Pada hari ke-7 nanti, Seblang akan diarak keliling desa yang disebut ider bumi. Dia akan berjalan beriringan bersama pawang, sinden, dan seluruh perangkat menuju empat penjuru. Penjuru tersebut adalah Situs Mbah Ketut yang dianggap awal berdirinya Desa Olehsari, lahan Petahunan, Sumber Tengah dan berakhir di Balai Desa. Prosesi itu mengakhiri ritual Seblang Olehsari.
Meski digelar setiap tahun, daya pikat ritual Seblang Olehsari ini cukup tinggi. Ribuan masyarakat tampak hadir menyaksikan salah satu tradisi adat suku Using ini. Meski sinar matahari terik, masyarakat dan wisatawan berbaur asyik menikmati tarian magis ini. “Setiap Seblang Olehsari digelar, saya pasti datang melihat. Karena terkesan dengan unsur magis tariannya tersebut. Beda dengan tarian pada umumnya, meski gerakan Seblang ini sederhana namun bagi saya menari dalam kondisi tak sadar itu sangat menakjubkan,” ujar Yahya Muzakki dari Genteng Banyuwangi. [Diananta Putra]

Tags: