Ungkap Sejarah Hoofdbureau van Politie

3-poto kakiPolrestabes Surabaya, Bhirawa
Sebagian besar warga Kota Surabaya yang hidup di zaman Belanda mengetahui gedung yang bernama Hoofdbureau van Politie te Surabaia. Sayangnya, di era sekarang istilah Hoofdbureau terdengar asing di telinga masyarakat.
Untuk menghidupkan kembali sejarah Hoofdbureau, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah menyulap Mapolrestabes Surabaya menjadi Museum Hidup Polrestabes Surabaya.
Selain menempati gedung cagar budaya peninggalan Belanda, museum yang baru saja diresmikan itu juga menyimpan bermacam benda bersejarah yang digunakan polisi pada zaman Belanda. Diantaranya adalah koleksi senjata yang tertera buatan 1895 yaitu pistol jenis Lee Enfield buatan Inggris. Kemudian ada juga pistol Leger Parabellum yang dibuat pada 1898, Shotgun Colt Doble Hammer buatan Amerika pada 1875.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah mengakui, pendirian museum ini tidak lepas dari sejarah gedung Mapolrestabes yang menempati gedung cagar budaya. Selain itu, gedung ini menyimpan sejarah panjang tentang perjalanan bangsa dan kepolisian khususnya di wilayah Surabaya. Bagi warga yang ingin tahu sejarah Hoofdbureau, Yan Fitri mempersilahkan untuk mereka berkunjung di Museum Hidup Polrestabes Surabaya.
“Gedung atau kantor ini mengandung peristiwa besar menurut sejarah Polisi. Dari sinilah kemudian muncul ide untuk mendirikan museum yang mampu menceritakan tentang perjalanan sejarah Polisi. Museum ini dibuka untuk umum, siapapun boleh berkunjung,” ungkap Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Yan Fitri Halimansyah.
Yan menceritakan secara singkat, Hoofdbureau van Politie te Surabaia bermakna sebagai Biro Besar Polisi Surabaya. Istilah Hoofdbureau sendiri baru dikenal secara umum pada kisaran tahun 1928. Dan gedung ini menjadi gedung pertama yang dimiliki oleh Polisi Surabaya. Bahkan, berdasarkan catatn sejarah, gedung ini dibangun pada 1809 dan dibangun untuk kantor bisnis VOC.
Tak hanya kaya akan sejarah, berbagai koleksi seperti kamera jaman belanda bisa dinikmati di museum tersebut. Yan menerangkan, koleksi kamera itu digunakan untuk proses identifikasi. Kamera yang disimpan dalam lemari model kuno ini cukup beragam usianya.
“Kami menemukan kamera ini di gudang Polrestabes, bahkan ada juga yang ditemukan di atas atap (langit-langit) gedung. Tidak tahu, kenapa kok disimpan disana,” terangnya.
Jadi, Yan mengaku pada Museum Hidup Polrestabes Surabaya ini terdapat tiga unsur sejarah. Tiga unsur itu adalah ilmu pengetahuan, generasi, dan budaya. Ketiga unsur ini bertujuan untuk tetap menjaga sejarah yang ada di Kota Surabaya. Tak hanya itu, bagi masyarakat yang hobi dunia fotografi, bisa saja mengeksplor kemampuannya dengan memfoto benda bersejarah yang ada di museum ini.
“Selain tiga unsur itu, Museum Hidup Polrestabes Surabaya juga didedikasikan untuk dunia pendidikan terutama sejarah yang ada di Kota Surabaya,” imbuhnya.
Yan mengungkapkan, pendirian dan pengumpulan barang-barang sejarah di museum ini bukanlah hal yang muda. Ia mengaku membutuhkan waktu sekitar empat bulan hingga mendapatkan semua benda bersejarah tersebut. Selain sumbangan dari masyarakat yang masih berhubungan dengan sejarah Hoofdbureau. Sebagian juga didapati dari Polsek jajaran, seperti Polsek Bubutan, Polsek Simokerto, dan Polsek Tegalsari.
“Ketiga Polsek itu menempati gedung cagar budaya yang pada masa Belanda juga berfungsi sebagai kantor Polisi. Jadi, semua benda-benda sejarah yang disumbangkan masih berhubungan dengan sejarah Hoofdbureau,” pungkasnya. [bed ]

Tags: