Unitomo Beri Nilai A Kakak Pendamping CSR

Rektor Unitomo Bahrul Amiq memberikan santunan kepada 39 anak jalanan binaan CSR Unitomo. [adit hananta utama/ bhirawa]

Rektor Unitomo Bahrul Amiq memberikan santunan kepada 39 anak jalanan binaan CSR Unitomo. [adit hananta utama/ bhirawa]

Surabaya,Bhirawa
Persoalan akses pendidikan di Surabaya belum benar-benar bisa terselesaikan. Setiap tahun, muncul nama-nama baru anak yang sudah putus sekolah maupun yang masuk kategori rentan.  Perguruan tinggi di Surabaya pun dituntut untuk terlibat aktif melakukan pendampingan.
Sudah dua tahun ini, Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya intens melakukan pendampingan itu denga program berlabel Campus Social Responcibility (CSR). Dari 15 anak jalanan yang didampingi tahun lalu, kini bertambah menjadi 39 anak jalanan yang menjadi tanggung jawab binaannya.
“Kita siapkan juga tahun ini 39 mahasiswa untuk melakukan pendampingan anak-anak jalanan ini,” tutur Rektor Unitomo Bahrul Amiq saat buka bersama dengan 39 anak binaan CSR Unitomo, Rabu (8/7). Amiq mengapresiasi seluruh usaha mahasiswanya yang terlibat aktif dalam program ini. Dia melihat ada tanggung jawab besar yang mereka pikul. Karena itulah, Amiq memberikan hadiah bagi para mahasiswa tersebut bebas dari kewajiban Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Kalian tidak usah ikut KKN dan akan saya beri nilai A. Rapotnya akan dinilai langsung oleh rektor selama satu tahun melakukan pendampingan,” tuturnya. Apresiasi ini dinilai cukup setimpal dengan usaha mereka selama ini. Apalagi tahun lalu, dari 15 anjal, kakak pendamping ini berhasil menyelamatkan 14 anak. Mereka selanjutnya mau kembali melanjutkan sekolah.
Koordinator CSR Unitomo Yogi P rasetyo menuturkan, banyak pengalaman yang diperoleh selama dua tahun ini melakukan pendampingan. Sebab proses ini tidak dimulai dengan mudah. “Dari mulai verifikasi data, sudah muncul kesulitannya. Seperti alamat dari Dinsos tidak sesuai dengan lapangan,” kata dia.
Mahasiswa semeter 6 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unitomo ini mengaku, tak jarang diminta orang tua wali untuk tidak melanjutkan pendampingannya. Hal ini lantaran anak sulit diajak kerjasama. “Tapi kita sudah terlanjur terjun. Jadi ya harus tetap fight,” tukasnya.
Ada berbagai macam hal yang melatar belakangi adik-adik binaannya putus sekolah. Diantaranya ialah faktor ekonomi, faktor keluarga atau faktor lingkungan. “Kalau faktor ekonomi ini agak susah. Karena mereka umumnya sudah biasa cari uang dan akan sulit kalau diajak kembali ke sekolah,” pungkas dia. [tam]

Tags: