Universitas Asing ‘Mengancam’ Kampus Lokal

Suko Widodo

Surabaya, Bhirawa
Rencana Kemenristek Dikti membuka kran universitas asing masuk ke Indonesia menarik perhatian sejumlah kalangan dari perguruan tinggi. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) menganggap kebijakan ini akan mengancam keberadaan lembaga pendidikan tinggi lokal yang sudah ada.
Terkait hal itu, APTISI akan segera melakukan pembahasan melalui rapat pleno. Ketua Aptisi Wilayah VII, Suko Wiyono menjelaskan, pemberian izin perguruan tinggi asing beroperasi di Indonesia akan mengancam keberadaan lembaga pendidikan tinggi yang sudah ada. Sehingga pihak Aptisi akan membicarakan perihal tersebut dalam rapat Pleno 8 sampai 10 Februari mendatang.
“Dampak positifnya jelas, anak-anak Indonesia tidak perlu jauh-jauh menghabiskan biaya hidup untuk mendapatkan pendidikan berkualitas setara dengan luar negeri. Tetapi kalau mereka cuma numpang lahan di Indonesia, PTS akan kalah bersaing,”lanjutnya.
Menuurtnya harus ada kebijakan yang mengharuskan perguruan tinggi asing memberikan kesempatan PTS untuk mengadopsi etos kerja kurikulumnya. “Di Malaysia sistem seperti ini juga banyak, tapi yaa harus ada adopsi pembelajaran,jangan cuma jadi lahan,”pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga (Unair) Dr Suko Widodo menuturkan, dalam konteks globalisasi kerjasama internasional kian terbuka. Karena itu, tidak bisa sekedar menolak kehadiran lembaga asing di negeri sendiri. Menurutnya, penting bagi pemerintah untuk cermat terhadap perizinan yang diberikan kepada kampus asing.
“Misalnya tentang persyaratan yang harus ditetapkan. Setidaknya para dosen harus bisa bahasa Indonesia. Jika kita dituntut TOEFL mereka juga harus bisa berbahasa Indonesia,” tutur Suko Widodo dihubungi saat berada di Meltwater, Singapura. Persyaratan izin, lanjut dia, juga bisa diberlakukan berdasarkan kebutuhan jurusan dalam pendidikan tinggi. Misalnya hanya untuk jurusan yang tidak ada di Indonesia.
“Tidak ada alasan untuk menolak kampus asing, tapi harus tetap dibatasi. Kita jangan puritan, kehadiran perguruan tinggi asing harusnya membuat kita berintrospeksi diri,” tandasnya.
Suko Widodo menuturkan, keberadaan kampus asing tidak selamanya berdampak buruk bagi perguruan tinggi lokal. Sebab, dengan adanya kampus asing maka akan menjadi keniscayaan bagi kampus dalam negeri untuk berbenah diri. “Kan sekolah dari Indonesia juga sudah ada yang berdiri di luar negeri. Saya di Singapura baru saja menemui Gedung Muhammadiyah yang berisi lembaga pendidikan TK, Madrasah dan pusat kajian,” pungkas dia. [tam]

Tags: