Unjuk Bakat Siswa dalam Festival Sinema Sekolah

Kepala UPT Tekkomdik Dindik Jatim Ema Sumiarti bersama 20 nominator FSS 2016 usai menerima pengahrgaan di berbagai kategori. [adit hananta utama]

Kepala UPT Tekkomdik Dindik Jatim Ema Sumiarti bersama 20 nominator FSS 2016 usai menerima pengahrgaan di berbagai kategori. [adit hananta utama]

Cerita Film Khas Pelajar, Produksi Gunakan Alat Seadanya
Kota Surabaya, Bhirawa
Ada banyak film yang menggunakan sekolah sebagai latar belakang cerita maupun tempat. Sayang, di antara sekian banyak film tentang pelajar yang menggambarkan kehidupan remaja itu, mayoritas justru tidak mendidik. Ceritanya lebih dominan soal cinta dan konflik di seputarnya. Jauh berbeda dengan film-film yang diproduksi sendiri oleh pelajar-pelajar yang menghiasi layar Festival Sinema Sekolah 2016 Jawa Timur.
Film berjudul Secercah Harapan adalah satu di antara 20 nominasi film pendek terbaik dalam FSS 2016 yang digelar UPT Tekomdik Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim. Sang sutradara, Anggi Denny Ramadhan menceritakan, film berdurasi sekitar 15 menit garapannya menceritakan tentang sosok pelajar yang punya semangat tinggi untuk bisa sekolah. Kendati sedang dihimpit masalah ekonomi, sang tokoh utama tetap berjuang agar bisa sekolah.
“Meskipun harus bekerja memungut sampah yang bisa didaur ulang,” tutur Denny yang merupakan perwakilan dari SMAN 1 Trenggalek ketika ditemui dalam penutupan FSS di eks gedung bioskop Mitra Surabaya, Sabtu (22/10).
Di akhir cerita, lanjut Denny, tokoh utama akhirnya bisa melanjutkan sekolah setelah diajak temannya membuka usaha percetakan digital.
Kendati mempunyai cerita yang sederhana, film tersebut diakuinya memiliki pesan yang jauh lebih penting daripada film remaja kebanyakan. Pertama, pesan tentang semangat belajar. Kedua, pesan tentang perkembangan teknologi yang jika dimanfaatkan secara bijak akan menjadi potensi yang luar biasa. “Meskipun film ini sederhana, bagi kami seorang pelajar cukup bangga bisa membuatnya. Apalagi dengan peralatan seadanya. Bahkan seharusnya bukan alat yang pas untuk membuat film,” kata dia.
Bersama enam rekannya satu sekolah, Denny membuat film menggunakan lensa DSLR dengan lensa fix 50 mm. Lensa teesebut seharusnya lebih tepat digunakan untuk memotret. “Tapi sekolah tidak punya alat untuk merekam video yang sesuai, jadi kita gunakan apa adanya,” kata dia.
Selain lensa, keterbatasan alat pencahayaan juga membuat hasil gambat kurang maksimal.
Kepala UPT Tekkomdik Dindik Jatim Ema Sumiarti menuturkan, ajang FSS ini merupakan wadah bagi siswa untuk mengekspresikan bakatnya dalam bidang multimedia. Di samping itu, metode lomba yang menggunakan aplikasi Youtube mendorong siswa lebih akrab dengan perkembangan teknologi informasi. “Film-film karya para pelajar ini akan menjadi media pembelajaran yang sehat untuk dikonsumsi anak-anak sekolah. Karena itu, karya terbaik dari 20 nominasi film ini akan kita rekomendasikan untuk ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional,” ungkap Ema.
Selain penghargaan yang diterima para pemenang, Dindik Jatim juga memberikan kesempatan bagi 20 nominator mengikuti bedah film yang difasilitasi oleh pakar ilmu komunikasi serta praktisi film. “Ini kesempatan bagi siswa untuk menilai kekurangan karya mereka sehingga bisa diperbaiki,” tutur Ema.
Salah satu narasumber yang juga juri dalam FSS 2016 Sukowidodo menerangkan, pada umumnya kualitas film karya pelajar ini lebih dari cukup. Beberapa hal yang menjadi catatannya seperti penggunaan bahasa dalam dialog, pemilihan judul serta teatrikal sudah cukup bagus. “Tapi yang perlu diingat casting itu penting. Minimal pemainnya pakai bedak dulu sebelum mengambil gambar,” tuturnya dengan nada bercanda.
Sukowidodo mengakui, dengan alat yang sederhana film para pelajar di FSS 2016 sudah cukup berkualitas. Karena itu, pria yang juga Ketua Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga (Unair) ini berjanji akan memberikan tanda penghargaan bagi 20 nominator yang terpilih. “Saya juga minta izin 20 film terbaik ini untuk diputar di radio streaming milik Unair,” pungkasnya lalu disambut tepuk tangan meriah para siswa. [Adit Hananta Utama]

Tags: