Bupati Pacitan Pasrahi 20 Hektar Lahan Tandus

Bupati-Pacitan-dan-Rektor-Untag-Surabaya-membahas-rencana-program-kerjasama-untuk-pengembangan-lahan-tandus-seluar-20-hektar-di-Pacitan. [adit/bhirawa]

Bupati-Pacitan-dan-Rektor-Untag-Surabaya-membahas-rencana-program-kerjasama-untuk-pengembangan-lahan-tandus-seluar-20-hektar-di-Pacitan. [adit/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Kabupaten Pacitan memiliki masalah yang cukup serius dengan sumber daya alam. Selain kerap terjadi bencana, sejumlah wilayah merupakan lahan kritis yang tidak produktif. Persoalan itu kini tidak hanya jadi milik kota 1001 goa itu. Sebab, Bupati Pacitan telah memasrahkan lahan seluas 20 hektar ke Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya.
Lahan tersebut nantinya akan dikelola untuk pengembangan energi dan sumber daya air. Selain itu, tanah yang terletak di desa Nglurah Wonodadi Kulon,  kecamatan Ngadirojo itu juga akan menjadi pusat penelitian untuk penanggulangan bencana alam. Daerah tersebut merupakan daerah tandus dan terletak di dataran yang sangat tinggi.
“Secara geografis,  Pacitan berupa pegunungan kering,  air bersih susah. Kerjasama ini tepat guna, kami harap meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tahun ini tingkat kemiskinannya turun 2 %, dari tahun lalu 19 % jadi 17%” ungkap Bupati Pacitan Indartato usai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Gedung Graha Wiyata, Untag Surabaya, Senin (23/3).
Indarto mengungkapkan, kerjasama ini sebenarnya sudah dilakukan sejak setahun lalu. Namun, secara resmi baru ditandatangani saat ini. Dia mengapresiasi seluruh usaha yang telah dilakukan Untag selama ini. Sejumlah penelitian sudah dilakukan. Seperti teknologi tepat guna untuk mengangkat air dengan hydran dari kedalaman 100 meter.
“Sekarang ada program penangkapab kabut yang dibuat mahasiswa Untag untuk menampung air dari embun pagi yang dihasilkan gunung. Air tersebut selanjutnya dipakai untuk pengairan, ” kata Indarto.
Tidak hanya teknologi tepat guna, Kepala Balitbang dan Statistik Kabupaten Pacitan Cipto Yuwono mengatakan, pengembangan sumber daya masyarakat juga akan digarap. Sehingga saat mahasiswa Untag selesai praktik, masyarakat sekitar bisa mengelola itu secara mandiri. Sementara,  alat yang akan disumbangkan untuk daerah Pacitan itu berasal dari dana Dikti dan Yayasan untag.
Sementara itu, Rektor Untag Surabaya Prof Ida Ayu Brahmasari mengtakan, tanah ini dipasrahkan  ke Untag untuk diolah sehingga dapat difungsikan kembali. Setelah berfungsi baik, akan dikembalikan lagi ke masyarakat. Bisa untuk bertani atau kegiatan lainnya.
“Ini merupakan wujud tridharma perguruan tinggi. Kita tidak mungkin hanya fokus pada pendidikan saja,” tutur Ida.
Kerjasama ini akan dialakasanakan selama empat tahun sampai 2019. Ada dua program besar yang akan menjadi unggulan, yakni pengembangan teknologi tepat guna penangkapan kabut dan program gasifikasi. “Gasifikasi ini akan memanfaatkan sampah sebagai energi berbentuk bahan bakar gas,” pungkas dia.[tam]

Tags: