Untung Tanpa Pamrih, Cerdaskan Warga Batang-Batang

Sosok guru inspiratif bernama Untung dari Batang-Batang Sumenep foto bersama dengan Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar usai menerima penghargaan.

Raih Darma Pengabdian Unesa atas 26 Tahun Dedikasi untuk Pendidikan
Kota Surabaya, Bhirawa
Tanpa pamrih. Begitulah sosok yang menggambarkan kepribadian Untung. Putra asli Batang-Batang Sumenep ini sudah mengabdikan diri cukup lama menjadi seorang guru. Terhitung selama 26 tahun dia berkomitmen untuk mencerdaskan warga masyarakat di sekitar lingkungannya.
Pada, Senin 24 Desember 2019 lalu, mungkin menjadi haru bersejarah bagi Untung. Untuk pertama kalinya ia mendapat penghargaan dan apresiasi dari konsistensinya dalam kemajuan pendidikan di daerah Batang-Batang Sumenep. Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar dalam puncak Lustrum XI dan Dies Natalies ke-55 Universiras Negeri Surabaya (Unesa). Dalam penghargaan tersebut tak henti-hentinya ia mengucap syukur dan terimakasih karena telah mengapresiasi dedikasi yang dia lakukan di pendidikan.
“Alhamdulillah, saya berterimakasih pada semua pihak yang telah memperhatikan dan mengapresiasi dedikasi saya. Keterbatasan ini tidak menghalangi saya untuk terus berperan mengabdi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Terutama di daerah saya Batang-Batang. Penghargaan ini juga menjadi mensupport bagi saya untuk lebih mementingkan pendidikan,” ujar pria kelahiran Sumenep 28 Juni 1970.
Untung mengaku menjadi guru di tengah keterbatasnnya merupakan cita-citanya sejak kecil. Hal utu semkain kuat tatkala ia melihat warga sekitar di daerahnya banyak yang tertinggal secara pendidikan. Terlebih untuk pendidikan agama.
“Karena itu saya juga termotivasi untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya pendidikn kepada masyarakat. Karena melalui pendidikan itu yang bisa memajukan bangsa,” ujar pria dua orang anak ini.
Selain menjadi guru, Untung juga mengajar ngaji di daerah tempat tinggalnya. Ya, dengan upah mengajar sebesar Rp600 ribu yang didapat dari upah guru MI dan MTs, ia harus pintar-pintar dalam mengelola keuangannya. Meskipun terbatas secara fisik dan ekonomi, Untuk bisa berbangga hati karena ia juga mampu menyekolahkan putri pertamanya hingga sarjana. Sedangkan putri keduanya masih duduk dibangku kelas 7 MTs.
“Kalau dipikir-pikir ya memang ndak cukup (upahnya) untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi alhamdulillah saya dibantu istri jualan pentol. Dirumah saya juga ngajar mengaji, jualan love bird dan ternak ayam untuk memenuhi kebutuhan dan biaya pendidikan anak-anak,” tutur guru Al-Quran dan Hadist di salah satu MTs Batang-Batang ini.
Untung sendiri merupakan guru difabel yang tidak mempunyai kedua lengan tangan. Kendati begitu semangat dan kerja kerasnya mampu menginspirasi banyak orang. Bagi putrinya, Untung merupakan sosok yang sangat dikagumi dan menjadi panutan. Hal tersebut dikatakan langsung oleh Fatimatuz Zahro (13) putri kedua Untung ini juga merasa bangga dan harus atas penghargaan yang didapatkan oleh ayahnya.
“Alhamdulillah saya senang dengan apa yang didapatkan sama bapak. Karena mengabdi cukup lama, semangat dan cita-citanya untuk mencerdaskan anak bangsa patut dicontoh terutama bagi saya,” ungkap dia.
Sementara itu, Humas Unesa Vinda Maya Setianingrum menuturkan penilaian penghargaan Darma Pengabdian Unesa sendiri didasarkan ada loyalitas, masa pengabdian dan dedikasi dalam bidang pendidikan. Terpilihnya Untung dalam memperoleh penghargana tersebut juga merupakan hasil musyawarah dan masukan dari ikatan alumni Unesa se Jatim.
“(Penghargaan) yang paling memenuhi kualifikasi pak Untung. Dari segi loyalitas, dedikasi, dan tanpa pamrih dengan gaji yang diterima perbulan sekitar Rp 600 rb dengan masa pengabdian 20 tahun lebih di bidang pendidikan. Apalagi Unesa sendiri juga konsern terhadap penyandang difabel dan disabilitas. [Diana Rahmatus S]

Tags: