Upal Hantui Jasa Penukaran Uang Baru

Contoh uang baru di gantung ditali untuk menarik perhatian pembeli.

Contoh uang baru di gantung ditali untuk menarik perhatian pembeli.

Tulungagung, Bhirawa
Sebagian besar jasa penukar uang baru yang kini sudah marak di Kota Tulungagung merasa tidak khawatir jika dirazia oleh kepolisian setempat, mereka justru takut dengan uang palsu (upal) yang terselip dan sengaja dijadikan alat tukar oleh pembeli.
Hadi Purnomo, salah seorang penjaja uang baru di Jl Basuki Rahmad Kota Tulungagung mengungkapkan tahun lalu dia sempat rugi ratusan ribu akibat menerima upal dari pembelinya. “Biasanya terselip. Dalam uang yang ditukar Rp 10 juta terkadang ada Rp 500 ribu yang palsu,” ujarnya pada Bhirawa, kemarin.
Pemuda asal Blitar ini baru tahu jika uang hasil jasa tukar uang barunya tersebut palsu setelah tiba di rumahnya. “Adanya uang palsu itu membuat keuntungan berkurang. Dan sekarang membuat saya lebih hati-hati,” bebernya.
Hadi Purnomo tidak memungkiri jika para pembeli uang barunya juga merasa curiga dengannya. Dia menjamin uang baru yang dijajakan asli. Karena itu dia tidak merasa kahawatir sedikit pun jika tiba-tiba dirazia oleh polisi. “Yang saya takutkan sekarang justru uang palsu dari pembeli. Bukan razia polisi,” tandasnya.
Ketika ditanya apakah telah mempersiapkan alat khusus untuk mendeteksi keaslian uang dari pembeli, Hadi Purnomo hanya menggelengkan kepala. Dia kini yakin dengan hanya mengandalkan jemari tangannya dapat mendeteksi keberadaan upal. “Dengan meraba dan merasa bisa ketahuan itu (uang) yang palsu,” tegasnya lebih meyakinkan.
Di antara risiko mendapat upal dari pembeli, menurut Hadi Purnomo, jasa penukaran uang baru memang cukup menjanjikan bagi penjajanya. Ia mengaku sudah tujuh tahun menggeluti usaha tersebut. “Dalam sehari bisa Rp 30 juta uang baru yang terjual. Mendekati lebaran semakin banyak yang mencari uang baru,” tuturnya.
Hal yang sama diungkapkan Sumini. Penjaja uang baru di Jl A Yani Timur Kota Tulungagung ini mengatakan tidak sampai sebulan tahun lalu bisa menjajakan uang barunya sampai Rp 300 juta. “Tapi untuk hari-hari sekarang masih relatif sepi. Baru nanti setelah puasa mencapai likuran (bilangan hari 20 keatas) baru ramai. Banyak yang menukar uang baru,” paparnya.
Saat ini para penjaja uang baru di Kota Tulungagung masih menerapkan nilai tukar yang relatif murah. Untuk Rp 100 ribu mereka mengambil keuntungan antara Rp 7.000 sampai 10.000. Namun jika sudah semakin mendekati lebaran nilai tukarnya semakin tinggi. Para penjaja uang baru rata-rata mematok nilai Rp 125 ribu per 100 ribu yang diminta pembeli.
Di Tulungagung, penjaja jasa uang baru lebih banyak membuka lapak di seputaran Jl P Antasari, Jl Basuki Rahmad dan Jl A Yani Timur. Mereka sudah terlihat menjajakan sejak sepekan sebelum Ramadan lalu. [wed]

Rate this article!
Tags: