Upaya Atasi Sampah Menumpuk Launching Dua Unit Compactor Truk Sampah

Walikota Rukmini launching dua unut compactor truk sampah.(Wap)

Pemkot Probolinggo, Bhirawa
Wali Kota Probolinggo Rukmini melaunching dua unit compactor truk sampah milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di halaman Mako Pemadam Kebakaran. Diharapkan dua compactor ini menjadi ujung tombak kebersihan yang ada di wilayah Kota Probolinggo.
“Dengan adanya tambahan armada ini bisa diharapkan dapat meningkatkan upaya kebersihan lingkungan di Kota Probolinggo. Bisa menyelesaikan sampah dengan baik. Kedepannya Kota Probolinggo semakin bersih dan semakin luar biasa,” hal ini diungkapkan, Wali kota Rukmini, Rabu (2/1).
Launching pagi itu ditandai pemecahan kendi oleh Wali Kota Rukmini didampingi Wawali terpilih Moch Soufis Subri, para asisten dan kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Tidak hanya launching, senam bersama Satpol PP Kota Probolinggo bersama Linmas dan Damkar pun diikuti wali kota.
Jumlah sampah yang dihasilkan warga Kota Probolinggo diperkirakan mencapai 170 ton per hari. Namun, dari jumlah itu hanya sekitar 40 persen atau 58 ton sampah per hari yang masuk Tempat Pembungan Akhir (TPA) Bestari Kota Probolinggo, katanya.
Karenanya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Probolinggo mengkaji alur pembuangan sampah yang dihasilkan warga. Kajian ini dilakukan untuk memastikan ke mana sampah yang dihasilkan warga itu dibuang.
“Tahun ini kami mengkaji alur pembuangan sampah dari masyarakat. Ini, karena diperkirakan hanya 40 persen sampah yang dihasilkan warga Kota Probolinggo yang masuk ke TPA. Bisa saja dibuang ke sungai, dibakar, atau malah mengalir ke laut. Karena sampah yang dibuang ke sungai pasti muaranya ke laut,” ujarnya.
Untuk mengetahui arah pembuangan sampah yang tidak diketahui pembuangannya itu, dilakukan kajian. Tujuannya, mengetahui alur pembuangan sampah dari masyarakat. “Padahal, sampah di setiap TPS (tempat pembuangan sementara) sudah diangkut. Tapi, ternyata ada sampah yang tidak diketahui dibuang ke mana oleh masyarakat,” jelasnya.
“Dengan jumlah penduduk Kota Probolinggo 240 ribu, maka sampah yang dihasilkan diperkirakan mencapai 170 ton per hari. Itu, hitungan estimasi sampah yang dihasilkan warga. Sedangkan, sampah yang masuk ke TPA Kota Probolinggo ada 58 ton per hari,” lanjutnya.
Sehingga, ada sampah-sampah yang tidak masuk ke TPA. Bila per hari dihasilkan 170 ton sampah, kemudian dikurangi 58 ton yang masuk TPA, artinya masih ada sekitar 112 ton sampah yang tidak masuk TPA. “Bisa jadi dibuang ke sungai atau ke pekarangan. Kalau ke sungi biasanya bermuara ke laut. Bisa juga dari sampah yang tidak terkelola,” ungkapnya.
Lebih lanjut Rukmini mengatakan, Probolinggo bukanlah hanya kota sedang dikawasan pesisir utara jawa melainkan merupakan salah satu kota sedang peraih ADIPURA 10 kali, tentunya prestasi tersebut bukanlah hal yang mudah untuk diraih betapa banyak biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan.
Namun justru dilapangan berkata lain dimana masih banak warga ang suka membuang sampah sembarangan dan bahkan tidak segan segan mereka membawa anak-anak mereka sehingga akan muncul pendapat bahwa membuang sampah sembarangan itu tidak masalah sehingga mereka dapat dikatakan terbiasa melakukan hal tersebut, tandasnya.
Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo telah membuat beberapa program inofatif bagi warga kota Probolinggo agar termotivasi untuk mencintai dan menjaga lingkungan dikota Probolinggo. Banyak kita ketahui BLH kota Probolinggo telah memiliki beberapa bidang dan UPT yang mana fokus terhadap pengelolaan lingkungan hidup dikota probolinggo.
Produk inofatif yang telah dihasilkan oleh BLH kota probolinggo tanpa kita sadari telah kita nikmati dengan gembira seperti halnya kita menikmati nikmat tuhan yang telah diberikan secara gratis kepada kita hamban-Nya akankah kita merawatnya atau sebaliknya itulah pernyataan yang dinilai efektif untuk para perusak lingkungan, tambahnya.(Wap)

Tags: