Upaya Jemput Bola Memperkenalkan Jatim di Ibukota Negara

Pintu masuk Anjungan Jawa Timur di TMII Jakarta.

Melihat Lebih Dekat Anjungan Jawa Timur di TMII (1-bersambung)

Pemprov Jatim, Bhirawa
Sore itu, awan mendung menyelimuti langit di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Tetesan gerimisnya seolah ingin membuat malas orang untuk beranjak beraktivitas. Namun tidak bagi empat perempuan yang tengah bereda di panggung Anjungan Jawa Timur. Mereka tetap terlihat semangat bergerak, melenggak-lenggokan tubuhnya dan memainkan selendangnya untuk belajar salah satu tarian khas Jawa Timur.
Pemandangan di atas panggung semacam itu hampir tiap hari terlihat di Anjungan Jawa Timur. Gerakannya, musiknya hingga nuansa panggungnya membuat orang yang melihat seolah lupa, jika di kawasan seluas satu hektare itu berada di Ibukota Jakarta.
Hampir setiap hari, khususnya pada waktu sore banyak pelajar yang berdatangan ke Anjungan Jawa Timur di TMII. Mereka belajar banyak hal tentang Jatim, salah satunya adalah soal keseniannya. Tak hanya ingin tahu, mereka secara khusus juga mempraktikkannya, dengan belajar tari-tarian khas Jatim.
Dengan banyaknya animo masyarakat DKI Jakarta yang ingin belajar tentang kesenian Jatim, pengelola Anjungan Jawa Timur yang merupakan bagian dari Badan Penghubung Daerah Provinsi Jatim di Jakarta, lantas membuka Pusat Latihan Tari Jawa Timuran di Anjungan Jawa Timur.
Menurut Kasubid Pengelolaan Anjungan Jawa Timur di TMII, Samad Widodo, saat ini terdapat 306 siswa yang terdaftar secara aktif belajar tari-tarian khas Jawa Timuran. Diklat tari ini terbuka untuk umum dengan kategori kelas Indria atau pemula untuk usia 6-10 tahun sebanyak 45 siswa, dan kelas A1 atau madya untuk usia 10-12 tahun sebanyak 25 siwa.
Lalu untuk kelas A2 atau mahir untuk usia 12-15 tahun sebanyak 20 siswa, dan kelas B atau professional untuk usia 15 tahun ke atas jumlah siswanya sebanyak 25 orang. “Latihan digelar setiap Rabu dan Kamis pukul 15.30-17.30. Tari tradisi Jawa Timuran yang dipejaari adalah Remo, Jejer, Topeng Malangan. Kemudian tari kreasi Jawa Timuran seperti Banyuwangian, Madura, Surabaya, Malang dan lain-lain,” kata Samad, saat ditemui di Anjungan Jawa Timur di TMII, akhir pekan lalu.
Berbicara kesenian, Anjungan Jawa Timur memiliki banyak agenda pagelaran kesenian daerah. Pagelaran itu dilaksanakan setiap hari Munggi disepanjang 2017, dan menjadi agenda regular mingguan. Contohnya pada Minggu 12 Maret 2017 menampilkan kesenian Kota Kediri dengan menampilkan pagelaran lawak, musik campursari, tari daerah dan fragmen tari dengan cerita ‘Songgolangit Patemboyo’.
Kemudian pada Minggu 16 Juli 2017 pagelaran kesenian Kabupaten Banyuwangi yang menggelar aneka lagu-lagu kendhang kempul, tari daerah dan dramatari dengan cerita ‘Tutur Ki Wongsokaryo’. Sementara pada 12 November 2017 Kota Blitar mempersembahkan pagelaran tari daerah, musik campursari, lawak guyon maton dan seni pertunjukan dengan cerita ‘Drian Sambernyawa’, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 1945.
“Dari semua Anjungan yang ada di TMII, Anjungan Jawa Timur yang paling ramai. Pengelola TMII bahkan menyebut kalau Anjungan Jawa Timur punya gawe, TMII pasti macet. Bahkan pernah macet sampai 3 jam mobil tidak bisa bergerak. Kami harus menyiapkan sepeda motor untuk menjemput tamu VIP,” kata Kepala Badan Penghubung Daerah Provinsi Jatim di Jakarta, Dwi Suyanto.
Saat Bhirawa menyempatkan diri keliling TMII yang dibangun atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, istri Presiden ke-2 RI, Soeharto, Anjungan Jawa Timur merupakan anjungan terbaik dan paling banyak dikunjungi wisatawan lokal dan asing. Setiap hari, selalu ada pengunjung yang datang ke Anjungan Jawa Timur ketika berkunjung ke TMII.
Pengunjung itu tidak saja dari masyarakat Jatim yang tinggal di DKI Jakarta dan 38 kabupaten/kota di Jatim yang menyempatkan diri mampir ke anjungan ketika berwisata ke TMII. Diantara ratusan pengunjung itu, juga berasal dari luar negeri.
“Dari data kami, setiap minggu ada 250-350 orang yang datang ke Anjungan Jawa Timur. Tahun depan diharapkan kunjungan wisatawan ke anjungan Jatim lebih meningkat lagi. Sebab kami telah menyiapkan banyak agenda besar, termasuk menambah agenda Pesona Budaya Jatim dari satu kali menjadi dua kali dalam setahun,” kata Dwi.
Saat even Pesona Budaya Jatim, kata Dwi, dihadiri para duta besar negara sahabat di Jakarta. Antusias warga negara asing (WNA) terhadap kesenian, makanan, dan produk unggulan Jatim cukup besar. Mereka tertarik melihat beragam kebudayaaan Jatim yang tak pernah dijumpai di negaranya masing-masing.
“Dalam mempromosikan Jatim, kami juga menggunakan cara jemput bola dengan mengundang perwakilan negara-negara sahabat yang ada di Jakarta. Dari pengalaman, 90 persen wisatawan yang diundang hadir di even yang kita gelar disini,” ungkapnya.
Kehadiran turis asing di anjungan Jatim tersebut, sekaligus membantu upaya pemprov Jatim meningkatkan jumlah turis asing yang berkunjung ke Jatim. Targetnya, pada 2019 jumlah jumlah turis asing yang berkunjung ke Jatim sebanyak satu juta orang. [Zainal Ibad]

Tags: