Upaya Mencetak Pegiat Literasi di Indonesia

Oleh :
Suhairi
Penulis adalah dosen IAIN Madura, Jawa Timur
Semangat untuk menumbuhkembangkan kegiatan literasi di negeri ini masih terbilang rendah. Masyarakat kelas bawah—baik secara ekonomi maupun secara keilmuan– belum memiliki kepedulian yang tinggi terhadap dunia literasi. Sedangkan masyarakat kelas menengah ke atas hanya sebagian kecil yang bergelut dengan dunia literasi.
Merupakan langkah strategis ketika Harian Umum Rakyat Sumbar dan PT Semen Padang menggelar sayembara menulis. Upaya ini sebagai pemantik untuk meningkatkan semangat literasi di kalangan masyarakat. Upaya ini bukan sekadar ditujukan kepada masyarakat Sumatera Barat, masyarakat secara umum harus memiliki kepedulian terhadap dunia literasi.
Kualitas peradaban suatu bangsa diketahui dari tingkat kepedulian masyarakat terhadap dunia literasi. Kegiatan membangkitkan dunia literasi di antaranya adalah melalui kegiatan membaca dan menulis. Dua hal ini selalu berkelitkelindan, bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Harian Umum Rakyat Sumbar yang memiliki komitmen untuk mengembangan serta meningkatkan literasi membaca dan menulis kepada masyarakat perlu mendapat apresiasi positif. Apalagi, tahun 2019, harian ini memperoleh Anugerah Literasi Sumatera Barat untuk kategori Media. Ini menandakan bahwa harian ini ikut memikirkan kemajuan bangsa. Sebagai media massa, Harian Umum Rakyat Sumbar memiliki peranan penting terhadap dunia literasi.
Rasanya, tidak keliru ketika harian tersebut menggandeng PT Semen Padang dalam meningkatan dunia literasi di negeri ini. Dalam usianya ke-110 PT Semen Padang, perusahaan ini terus berkomitmen membangun bangsa dengan caranya sendiri, salah satunya dengan cara memantik masyarakat agar mencintai dunia literasi. Sebab, dunia literasi akan menentukan kondisi suatu bangsa. Maka tidak heran jika PT Semen Padang ingin berbuat baik kepada masyarakat, juga kepada bangsa. Apalagi, perusahaan ini memiliki motto : Kami Telah Berbuat Sebelum yang Lain Memikirkan. Motto tersebut menandakan bahwa perusahaan ini bukan sekadar bisa berbuat baik kepada dirinya sendiri, tetapi ada hasrat baik untuk memperbaiki kondisi bangsa.
Sukses itu ketika kita menjadi baik dan membuat orang lain menjadi baik dan bahagia. Itulah salah satu konsep yang cocok ditujukan kepada Harian Rakyat Sumbar dan PT Semen Padang. Konsep yang disodorkan Tasaro GK, penulis novel Sembilu, memiliki filosofi yang sangat mendalam. Hidup yang indah bukan sekadar diri ini menikmati perjalanan hidup seorang diri, tetapi bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Sayembara menulis yang diadakan dua perusahaan tersebut sebagai upaya untuk memantik semangat masyarakat dalam dunia literasi. Selama ini, kegiatan menulis belum diimbangi dengan kegiatan membaca. Atau sebaliknya, kegiatan membaca belum diimbangi dengan kegiatan menulis. Diharapkan, pasca diadakannya sayembara menulis, akan lahir kader-kader militan di dunia literasi; rajin membaca dan aktif menulis.
Sebuah pernyataan menggelitik yang hingga kini masih menghantui calon penulis adalah bahwa kegiatan menulis tidak memiliki arti apa-apa. Padahal, sebuah peradaban antara sejarah dan prasejarah memiliki perbedaan dari segi tulisan. Sebuah pradaban yang mengenal tulisan adalah peradaban yang sudah diakui daripada peradaban yang belum mengenal tulisan. Ketika kita ingin abadi maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah menulis. Tetapi, kegiatan menulis selalu berhubungan erat dengan kegiatan membaca; membaca teks atau membaca konteks.
Dua kegiatan ini masih belum familiar bagi kebanyakan orang. Dampaknya, proses kaderisasi penulis menjadi sangat berat. Seribu orang yang digembleng untuk menjadi penulis, belum tentu melahirkan seratus penulis. Sebab, konsisten menulis dan berbagi itu bukan hal yang ringan. Menulis memiliki tantangan tersendiri, sebagai profesi dokter, pengacara, guru, dosen, dll, yang memiliki tatangan berbeda pula.
Ketika saya satu acara dengan Tasaro GK di awal tahun 2020 ini, ia memberi asupan semangat literasi agar masyarakat mampu mengabadikan peradaban pada zamannya. Pada waktu itu, Tasaro GK langsung membuka wawasan masyarakat bahwa banyak sekali hal yang bisa ditulis, mulai dari politik, sosial budaya, ekonomi, bahkan tata cara memasak atau yang lainnya. Penulis novel Tetralogi Muhammad ini ingin membukakan wawasan masyarakat bahwa menulis itu bukan sekadar kegiatan ecek-ecek untuk mengisi waktu senggang. Kegiatan menulis bisa mengubah kehidupan orang lain, bahkan bisa memperbaiki kondisi bangsa.
Menjaga spirit di dunia literasi memang tidak mudah. Ini membutuhkan kepedulian semua belah pihak. Langkah Harian Umum Rakyat Sumbar dan PT Semen Padang dalam menyelenggarakan sayembara menulis merupakan langkah yang sangat tepat. Ini perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat secara umum. Bahkan, para penulis pun perlu memberikan perhatian lebih terhadap upaya peningkatan kegiatan literasi. Diharapkan, kader-kader pegiat literasi akan lahir pasca sayembara kepenulisan ini. Oleh karena itu, saya perlu mengacungkan dua jempol kepada Harian Rakyat Sumbar dan PT Semen Padang. Semoga bermanfaat. Amin !
————– *** ————–

Tags: