Upaya Perguruan Tinggi Menuju Society 5.0

Oleh:
Ahmad Fatoni
Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab FAI-UMM

KINI dunia pendidikan sedang mengalami masalah yang serius. Perubahan teknologi yang bergerak cepat telah menghadirkan kompleksitas. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan otomatisasi di hampir semua bidang. Ini sebagai akibat bergulirnya era revolusi Industry 4.0.

Berdasarkan riset World Economic Forum (WEF) 2020, terdapat sepuluh keahlian utama yang paling dibutuhkan pada era Revolusi Industri 4.0, yaitu mampu mampu menyelesaikan persoalan yang rumit, mampu berpikir secara kritis, memiliki daya kreativitas yang tinggi, sanggup memimpin orang lain, dapat bekerja sama dengan orang lain, memiliki kecerdasan emosi, mampu membuat keputusan yang benar dan tepat, mau membantu orang lain, handal bernegosiasi dan mempengaruhi orang lain, serta dapat bersikap fleksibel dan adaptif.

Sepuluh keahlian tersebut juga relevan untuk menyongsong era Society 5.0. Society 5.0 dibuat sebagai solusi dari Revolusi 4.0 yang dikuatirkan dapat mendegradasi karakter umat manusia. Di era Society 5.0 ini nilai karakter harus dikembangkan, empati dan toleransi harus dipelihara seiring dengan perkembangan kompetensi yang berfikir kritis, inovatif, dan kreatif. Tujuan Society 5.0 sebetulnya ingin mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik menjadi satu sehingga semua hal menjadi mudah dengan dilengkapi artificial intelegent.

Tak dapat dimungkiri, selama ini teknologi informasi dan komunikasi telah menggeser banyak peran manusia. Tak pelak, pergeseran yang serba gegas itu menuntut para pengelola pendidikan agar lebih siap menghadapi suatu perubahan non-linear secara bijak dan matang. Hal ini tidak terlepas dari teknologi robotisasi, kecerdasan artifisial dan internet of think yang sebagian telah membuat resah masyarakat.

Indonesia sendiri yang masih dalam tahap revolusi Industry 4.0, tiba-tiba dikejutkan dengan hadirnya Society 5.0 yang digagas oleh Jepang. Saat Indonesia masih sibuk dengan revolusi Industry 4.0, namun Jepang sudah mengambil langkah ke depan dengan Society 5.0.

Society 5.0 adalah cerminan masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi Industry 4.0 seperti internet on things (internet untuk segala sesuatu), artificial intelligence (kecerdasan buatan), big data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Society 5.0 merupakan a New Humanism yang menawarkan model baru dalam memecahkan persoalan-persoalan sosial untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).

Jepang sebagai salah satu negara pelopor Society 5.0 mulai memperkenalkan teknologi digital diaplikasikan pada kehidupan manusia. Konsep ini sebetulnya tidak jauh beda dengan Industry 4.0. Hanya saja dalam Society 5.0 lebih mempersiapkan kompetensi manusia sebagai penetralisir atas tantangan yang diberikan Industry 4.0 yang kemudian melahirkan berbagai inovasi.

Kendati Indonesia belum menerapkan Society 5.0, tetapi tetap saja perlu mempersiapkan masyarakatnya agar bisa beradaptasi dengan peradaban yang baru. Untuk mencegah berbagai risiko yang akan muncul dalam masalah sosial, maka ada beberapa komponen untuk diterapkan dalam pendidikan. Komponen tersebut ialah menyiapkan kompetensi peserta didik dalam menyongsong Society 5.0.

Dalam forum ekonomi dunia dirumuskan sepuluh kemampuan yang harus dimiliki guna menghadapi super smart society tersebut. Tiga kemampuan tertinggi yang dibutuhkan adalah kemampuan memecahkan masalah kompleks, berpikir kritis, dan kreativitas. Penguasaan ketiga kemampuan utama yang dibutuhkan tersebut menjadi tanggung jawab dunia pendidikan, termasuk di dalamnya perguruan tinggi.

Peserta didik perguruan tinggi yang kini duduk di bangku kuliah merupakan bagian dari pemilik masa depan tersebut. Sementara masa depan dengan konstruksi Society 5.0 diprediksi akan penuh gejolak, rumit, dan serba kabur. Itu sebabnya, para pemegang masa depan tersebut tidak cukup dibekali dengan timbunan ilmu pengetahuan, tetapi juga cara berpikir.

Upaya Perguruan Tinggi

Peran perguruan tinggi dalam menghadapi Society 5.0 perlu dikembangkan beberapa komponen, antara lain, cara berpikir yang harus selalu diperkenalkan adalah cara berpikir untuk beradaptasi di masa depan, yaitu analitis, kritis, dan kreatif. Cara berpikir itulah yang disebut cara berpikir tingkat tinggi (HOTS: Higher Order Thinking Skills). Berpikir ala HOTS bukanlah berpikir biasa-biasa saja, namun berpikir secara kompleks, berjenjang, dan sistematis.

Kedua, pembaruan orientasi pembelajaran. Perguruan tinggi senyatanya bercorak futuristic, mengenalkan pembelajaran yang tidak hanya pada penguasaan materi namun juga perlu menghubungkannya dengan pemanfaatan untuk kemajuan masyarakat. Ketiga, pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk memberi ruang kepada perserta didik dalam menemukan konsep pengetahuan dan kreativitas. Pengajar boleh memilih berbagai model pembelajaran seperti discovery learning, project based learning, problem based learning, dan inquiry learning.

Keempat, peningkatan kompetensi pengajar. Kompetensi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik di kalangan pengajar perguruan tinggi juga perlu ditingkatkan agar mampu beradaptasi dengan Industry 4.0 dan Society 5.0 melalui wawasan keilmuan, sikap maupun ketrampilan.

Kelima, penyediaan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang futuristic sesuai kebutuhan berupa smart building berbasis IT berupa ruang pembelajaran, perpustakaan, dan laboratorium yang didukung fasilitas IoT dan AI yang menopang sumber belajar dan media belajar peserta didik.

Menghadapi kondisi pergerakan dari era Industry 4.0 menuju era Society 5.0, perguruan tinggi harus siap mengantisipasi dan mengatasi setiap perubahan. Melalui konsep dan sistem pendidikan yang tepat, lulusan perguruan tinggi akan sanggup bersaing dan menerima peluang yang terjadi di era Industry 4.0 dan Society 5.0. Tak pelak, peran perguruan tinggi sangat strategis dalam menyiapkan lulusannya agar kompeten dan mampu memasuki lapangan kerja yang dibutuhkan dunia saat ini.

Langkah yang seharusnya dilakukan perguruan tinggi dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, selain memperkuat kualitas pendidikan dan kompetensi bagi mahasiswa, keterlibatan dari berbagai pihak sangat diperlukan. Dalam menyiapkan SDM unggul dan berdaya saing di era Society 5.0 akan sulit terwujud jika hanya mengandalkan lembaga pendidikan saja. Elemen masyarakat dan pemangku kepentingan harus terlibat di dalamnya mulai dari pemerintah pusat dan daerah, organisasi nirlaba, dan masyarakat.

———- *** ————

Tags: