Upaya PJT1 Selamatkan dan Sediakan Air Baku

Prosesi pengangkatan sampah di Bendungan Sengguruh dengan menggunakan alat berat. [anas bahtiar]

Ingin Kebutuhan Air Terpenuhi, Selamatkan Kali Brantas dari Polusi
Kabupaten Malang, Bhirawa
Semakin besarnya kebutuhan masyarakat terhadap air bersih, semakin besar pula tingkat pencemaran air baku khususnya air di Wilayah Sungai (WS) Brantas. Akibatnya, untuk menyelamatkan kualitas air tak hanya mengajak instansi dan industri, tetapi generasi pemula yang masih duduk di bangku SD, SMP, dan SMA juga harus dilibatkan dan mulai berperan aktif menjaga kualitas air sungai.
Para kader peduli air sungai ini sekarang mulai dipersiapkan Perum Jasa Tirta 1 yang berkantor pusat di Jl Surabaya Kota Malang. “Kita buat jaring-jaring peduli air sungai dari para pelajar. Sedikitnya sudah ada 201 sekolah mulai SD, SMP, SMA yang sudah kita gandeng untuk peduli dengan sungai dan air di dalamnya,”ujar Kabiro Penelitian dan Pengembangan PJT1 Didik Ardianto saat menerima kedatangan Forum Jurnalis Kali Brantas (FJKB) akhir pekan kemarin.
Didik menjelaskan, ada hubungan antara kualitas hidup masyarakat dengan kualitas sanitasi dan air bersih. Semakin baik kualitas sanitasi, semakin terjamin pula kualitas kesehatan warga di sekitarnya. Dan Perum Jasa Tirta sebagai penyedia air baku (bahan baku air) untuk PDAM, juga memanfaatkan air sungai sebagai air baku.
Dengan latar belakang ini, PJT mengajak para pelajar untuk peduli dan menjaga kualitas air. Para pelajar diajak untuk melakukan penelitian kualitas air sungai yang ada di lingkungan sekolah masing-masing. Ketika pelajar tahu air tersebut yang bakal diolah menjadi air minum, tumbuh kesadaran dari mereka untuk lebih menjaga kualitas air.
“Para pelajar SD sekarang menjadi lebih sadar untuk tidak membuang sampah di sungai. Kalau anak SD saja sudah demikian, para orangtuanya akan malu pada anaknya untuk membuang sampah di sungai. Metode ini lebih mengena dan memberikan dampak positif dalam jangka panjang ke depan,”jelas Didik.
Para anggota FJKB yang mayoritas Warga Kota Surabaya tak menampik pentingnya kepedulian masyarakat menjaga air sungai. Apalagi kota ini juga memanfaatkan air Kali Surabaya untuk diolah menjadi air baku. Banyaknya pencemaran sungai membuat air Kali Surabaya berada pada kategori II bahkan terkadang kategori III. Pada kategori II, kondisi air masih bisa diolah untuk menjadi air baku. Namun untuk kategori III, kondisi air ini hanya layak dimanfaatkan untuk irigasi saja. Padahal kebutuhan air baku di Surabaya adalah yang terbesar ke dua secara nasional, di bawah Jakarta.
Kondisi ini memaksa PJT1 bekerja lebih keras untuk mengoptimalkan pengelolaan Sumber Daya Air (SDA). Mereka terus konsisten melakukan konservasi SDA, mulai dari perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, pengelolaan kualitas air, dan pengendalian pencemaran air. Di antaranya dengan melakukan penghijauan di Arboretum Sumber Brantas Kota Batu, pembibitan di beberapa WS Brantas, pembuatan resapan air, hingga melakukan patroli air di DAS Brantas.
“Patroli air ini juga penting dilakukan untuk menjaga kulitas air Sungai Brantas. Untuk itu kita juga beberapa kali ikut serta dalam patroli air ini,”ujar Kordinator FJKB Afrizal.
Fakta tingginya tingkat pencemaran air Sungai Brantas semakin tak terbantahkan ketika FJKB mendatangi Bendungan Sengguruh yang berada di Kepanjen Kabupaten Malang. Gunungan sampah berada di tepi bendungan yang dibangun pada 1982 ini. “Gunungan sampah di sungai itu kemudian mengumpul di Bendungan Sengguruh. Kita (pengelola Bendungan Sengguruh) terus melakukan pembersihan dengan mengangkat sampah-sampah yang ada di waduk ini,” ujar Pengatur Waduk Sengguruh Gunadi.
Tingginya volume sampah di waduk ini membuat PJT1 bersama Pengelola Waduk mendapatkan permasalahan terjadinya pendangkalan Waduk Sengguruh. Akibatnya, selain mengangkat materi sampah, mereka juga menyediakan dua kapal keruk untuk mengatasi pendangkalan ini. Dijelaskan Gunadi, kemampuan mesin pengangkat sampah yang ada di Bendungan Sengguruh adalah 100 rate, di mana setiap rate-nya berisi 5 meter kubik sampah. Memang volume sampah yang masuk ke bendungan ini terus mengalami fluktuasi. “Rata-rata sampah yang berhasil diangkat dari waduk ini adalah sebanyak 3 ton per hari,”jelas Gunadi.
Tak heran jika terdapat beberapa gunungan sampah di tepi waduk yang diresmikan (alm) Presiden Soeharto ini.
Meningkatnya pencemaran air Sungai Brantas, tak mengurangi besaran kebutuhan air warga beberapa Daerah di Jatim. Mayoritas kebutuhan air baku untuk diolah PDAM diambil dari air sungai. Karena itu bagi masyarakat yang ingin mengonsumsi air dengan kualitas terjamin, saatnya untuk menjaga kebersihan Sungai Brantas. [Anas Bahtiar]

Tags: