Update Isu Terbaru Perbankan Plus Pertajam Materi Pemberitaan

Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Komda Malang Raya Dr Puji Handayani saat menyampaikan materinya kepada peserta Lokakarya Akuntansi dan Keuangan di Mata Jurnalis di Aula Bank Indonesia Malang, Sabtu (5/8) kemarin.

BI dan IAI Bersinergi Bekali Wartawan Materi Akuntansi dan Keuangan
Wahyu Kuncoro, Harian Bhirawa
Menjadi wartawan dituntut untuk bisa mengerti dan memahami beragam disiplin ilmu. Mulai dari masalah politik, pendidikan, seni budaya, hukum hingga ekonomi. Sayangnya, tidak semua media membekali wartawannya dengan pendidikan dan pelatihan yang cukup untuk bisa menulis beragam liputan.
“Menulis berita di pos hukum/kriminal dan ekonomi memerlukan keahlian  khusus karena harus mengerti beragam istilah,” tutur Ervan Cholis peserta lokakarya Akuntansi  dan Keuangan di Mata Jurnalis yang digelar Ikatan Akuntan Indonesia (AIA) Komda Malang Raya bekerja sama dengan Bank Indonesia wilayah Malang, Sabtu (5/8) kemarin.
Menurut Cholis, saat dirinya awal ditugaskan untuk meliput berita ekonomi, salah satu kesulitan yang dihadapinya adalah banyaknya istilah-istilah ekonomi yang tidak dipahami.
“Lha kalau istilahnya saja tidak paham bagaimana akan bisa menuliskan beritanya dengan baik. Alih-alih bisa menulis berita yang tajam dan dalam, bisa menulis berita dengan benar saja sudah bersyukur,” aku Cholis yang juga salah satu wartawan lokal yang bertugas di Kota Kediri ini. Oleh karena itu, begitu dirinya ditawari Bank Indonesia Kediri untuk mengikuti acara lokakarya soal akuntansi dan keuangan jelas Cholis, dirinya langsung menyatakan kesanggupannya.
“Bukan hanya isu-isu terbaru soal perbankan, tetapi materi tentang tata cara penganggaran juga saya dapatkan di acara ini,” kata Cholis lagi.
Hal senada juga diungkapkan wartawan media online Times Indonesia Tika. Menurut jurnalis yang bertugas di wilayah Kabupaten Malang ini, isu-isu tentang keuangan dan penganggaran menjadi topik yang menarik untuk diungkapkan.
“Kasus korupsi, penyimpangan  Dana Desa atau penyusunan  APBD jelas menjadi materi yang seksi untuk ditulis,” kata Tika lagi.
Secara khusus, Tika juga mengakui selama ini ketika menuliskan kasus tentang penyimpangan anggaran lebih banyak merupakan hasil pengungkapan pihak kepolisian atau kejaksaan.
“Wartawan jarang menulis kasus penyimpangan anggaran karena hasil investigasinya sendiri,” kata Tika lagi. Oleh karena itu, materi  yang diterima selama mengikuti lokakarya ini akan menjadi bekal  untuk mengungkap kasus-kasus pengelolaan anggaran.
“Kalaupun toh tidak sampai mengungkap, tapi setidaknya kita bisa punya bahan untuk bertanya yang lebih tajam dan dalam lagi,” kata wartawan yang masih lajang ini.
Ditemui disela-sela acara Ketua IAI Komda Malang Raya Dr Puji Handayani mengatakan kegiatan lokakarya tentang akuntansi dan keuangan bagi wartawan dilatari oleh keinginan agar keberadaan IAI mampu memberi manfaat bagi masyarakat, termasuk kalangan waratwan.
“Wartawan memiliki peran strategis dalam memberikan kontrol. Nah kalau wartawan kita bekali ilmunya maka nantinya materi yang akan diberitakan juga lebih bisa tepat dan tajam,” jelas Doktor yang sehari-hari Kaprodi S2 Akuntansi  di Universitas Negeri Malang ini.  Menurut Puji, banyak hal yang sebenarnya harus dikritisi para wartawan dalam setiap menulis pemberitaannya.
“Kasus-kasus penyimpangan anggaran atau sekadar pengelolaan aset perlu disajikan lebih dalam dan tajam. Harapannya agar para pihak yang berkaitan dengan anggaran  maupun aset bisa juga belajar dan hati-hati,” ‘kata Puji lagi.  Ketika ditanyakan terkait banyaknya kasus aset yang menjadi ganjalan dalam pelaporan keuangan daerah, Puji menilai itu merupakan harga yang harus dibayar dari pengelolaan administrasi keuangan yang amburadul.
“Banyak lahan dan gedung-gedung milik desa atau milik pemerintah yang tidak jelas sertifikatnya. Imbasnya, terjadi saling rebut dan klaim kepemilikannya,” kata Puji lagi. Oleh karena itu, Puji menyarankan agar kasus tersebut segera diselesaikan dengan mendasarkan pada regulasi yang berlaku.
“Banyak gedung Sekolah yang tiba-tiba harus ditutup hanya gara-gara rebutan status gedung dan lahan. Apa dampaknya? Tidak lain adalah para siswa sekolah yang harus dikorbankan,” tegas Puji mengingatkan.
Senada dengan Puji, nara sumber yang lain Dr Ana Sopanah mengaku kadang gemes dengan pemberitaan wartawan yang kurang tepat dan tajam dalam mengungkap kasus anggaran.
“Saya kadang gemes membaca berita tentang anggaran yang hanya dipermukaan saja. Namun saya bisa mengerti karena memang rtidak semua wartawan menguasai teknik dan penyusunan anggaran,” kata Ana yang juga Kaprodi Akuntansi Universitas Widya Gama (UWG) Malang ini.
Menurut Ana, topik menarik yang saat ini mendapat perhatian wartawan adalah misalnya persoalan dana desa.
“Saat ini semua pihak sedang melihat ke desa. Mengapa? Tidak lain karena pengucuran dana ke desa yang miliaran rupiah itu tidak disertai dengan kesiapan aparat di desa untuk mengelolanya,” kata Ana.  Implikasinya, banyak aparat desa dengan  yang kebingungan dalam mengelola dana desa. Dampak berikutnya mereka akan tawan terkena jerat hukum.
“Ingat, mereka terseret hukum dana desa bisa jadi bukan karena ingin korupsi tetapi tidak tahu bagaimana mengelola dana desa yang baik,” tutur Ana prihatin. Untuk mencegah agar tidak semakin banyak aparat desa yang terjerat hukum, IAI secara aktif melakukan pembekalan pengeloaan keuangan bagi jajaran aparat desa.
Selain menghadirkan kalangan profesional dari IAI sebagai narasumber, Lokakarya  juga menghadirkan Ketua Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) Malang, Jaka Setyawan dan Peneliti Senior di Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Joko Budi Santoso, untuk yang ikut memberikan materi terkait update isu-isu terbaru di sektor perbankan. Dengan demikian, 45 wartawan yang mengikuti lokakarya bukan saja bisa meng up date informasi terkait isu-isu perbankan terbaru, tetapi juga memiliki bekal pemahaman baru untuk menajamkan materi pemberitaaan utamanya untuk liputan anggaran dan keuangan.
Menariknya lagi, peserta lokakarya juga diberi kesempatan untuk memenang lomba karya jurnalistik yang digelar panitia lokakarya seusai lokakarya.
“Seusai lokakarya ini, para jurnalis langsung bisa mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya untuk meliput ke wilayah masing-masing. Nah, bagi karya terbaik akan mendapatkan hadiah uang dan berkesempatan hadir di forum nasional IAI yang digelar akhir September mendatang di Jember,” kata Ana Sopanah saat menjelaskan teknis lomba sebelum penutupan acara Lokakarya.  [wahyu kuncoro]

Tags: