Urgensi Nilai Kesejarahan Membentuk Peradaban Bangsa

Oleh :
Ahmad Muhli Junaidi
Guru Sejarah di SMA 3 Annuqayah dan anggota aktif MGMP Sejarah Kabupaten Sumenep
Tak membutuhkan waktu lebih setengah bulan dari perhelatan Seminar Hasil Penelitian Arkeologi Tim Balar DI Yogyakarta (3/12/2019) dan dimuat di Harian Bhirawa (18/12/2019). Tanggal 17/12/2019 lalu, diadakan juga Seminar Museum dengan tema ”Peran Museum Sebagai Media Edukasi Kultural Bagi Civitas Pendidikan”.
Sasarannya sama, yakni para guru sejarah se-Kabupaten Sumenep. Yang berbeda, cuma narasumber. Seminar pertama dihelat oleh Tim Balar dengan narasumber dari Tim Balar itu sendiri, seminar kedua diinisiasi oleh Dinas Pariwisata dengan mengundang pembicara dari ahli permuseuman Museum Mpu Tantular Surabaya, Ketua Cagar Budaya Sumenep, dan Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur.
Sedangkan lembaga pemerintah yang terlibat seminar pertama ada empat lembaga, yaitu Cabdin Pendidikan, Dinas Infokom, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan Tim Balar itu sendiri. Adapun seminar kedua, hanya digagas oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, serta bekerja sama dengan MGMP Sejarah Kabupaten Sumenep.
Secara substantif, kedua seminar mempunyai sasaran sangat tepat dengan mengundang guru sejarah yang tugasnya memberikan pembelajaran dan memompa stimulus peserta didik bagaimana mereka bisa mencintai sejarah dan peninggalan-peninggalannya berupa nilai-nilai kebudayaan; artefak, ekofak, fosil, prasasti, dokumen, dan lain-lain.
Penulis sebagai anggota MGMP Sejarah dan hadir dikeduanya, memandang dua kegiatan ini dengan cukup gembira. Namun masih menyisakan tanda tanya, yakni mengapa baru tahun ini peninggalan sejarah dangat diperhatikan oleh pemerintah melalui dinas terkaitnya? Mengapa tidak dari dulu-dulunya dinas terkait mengajak MGMP Sejarah mengadakan acara yang pada hakikatnya bermanfaat bukan hanya bagi guru sejarah dan peserta didik, tapi juga masyarakat secara keseluruhan?
Pada mulanya, yang konsisten mengadakan seminar tanpa dukungan dinas-dinas terkait hanya MGMP Sejarah. Penulis mencatat hasil seminar yang diadakan di Gedung Perpusda Sumenep dan dimuat di JPRM beberapa bulan yang lalu dengan mendatangkan seorang ahli arsitektur bangunan kuno Keraton Sumenep. Namun, guru sejarah yang tergabung di MGMP Sejarah patut bergembira, sebab rupanya pemerintah melalui dinas-dinas terkait mulai memperhatikan perjuangan guru sejarah selama ini. MGMP Sejarah tak akan merasa berjalan sendirian dalam memperhatikan, merawat dan menanamkan peninggalan sejarah.
Hemat penulis, dukungan yang amat besar diberikan oleh Cabdin Jawa Timur di Sumenep dalam program MGMP Sejarah, tidak ada lain karena kepala Kantor Cabdin merupakan mantan guru sejarah dan mengajar sejarah lebih dari 17 tahun di SMAN 1 Situbondo. Atas peranan beliau, dapat menghubungkan ke dinas-dinas lainnya, dan instruksinya dapat dijalankan oleh MKKS se-Kabupaten Sumenep untuk mengundang para guru sejarah di seluruh sekolah yang ada di Sumenep.
Tepat sekali, dan memang seharusnya, misalkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang membawahi Museum Keraton Sumenep melibatkan MGMP Sejarah. Adanya dukungan guru-guru sejarah, Museum Keraton Sumenep akan tetap ramai sebab para guru itu akan membawa peserta didiknya meneliti peninggalan para penguasa Sumenep yang terdapat di keraton Sumenep.
Harapan penulis, pengembangan kebudayaan melalui MGMP Sejarah yang terkoneksi kepada museum akan berjalan secara simultan dengan kegiatan pembelajaran lainnya. Tidak hanya Pendidikan Sejarah, namun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pun ikut berkembang. Bahkan pembelajaran Agama pun merasakan manfaat adanya simultanitas ini.
Khusus guru sejarah, lebih-lebih yang tergabung dengan MGMP Sejarah saatnyalah mengadakan tindak lanjut atas pendedahan Tim Balar. Sebagaimana himbauan dan dukungan dari Cabdin Pendidikan Jawa Timur di Sumenep yang terlontar di kedua seminar di atas, bahwa para guru sejarah jangan terpaku kepada buku-buku yang ada di sekolah. Saatnya mereka mengadakan penelitian secara langsung atas peninggalan-peninggalan yang ada di Kangean, misalnya.
Rupanya, harapan dan dukungan dari Cabdin agar anggota MGMP Sejarah terjun langsung di lapangan sejalan dengan program yang dicanangkan oleh pengurus organisasi profesi tersebut. Rencananya, dalam waktu dekat akan mengadakan lawatan kesejarahan dengan meneliti tempat-tempat yang ada di Sangiran, Wajak, Trowulan, dan Tulungagung. Setelah program pertama ini berjalan, MGMP Sejarah akan meninjau hasil pemelitian Tim Balar di Kepulauan Kangean. Unjuk kerja ini membutuhkan pembiayaan yang sangat besar. Tak cukup mengandalkan iuran anggota MGMP Sejarah tiap bulan hanya Rp 15.000. Oleh karenanya, para anggota mengadakan sumbangan sebesar Rp 100.000 bagi ASN tersertifikasi, dan Rp 50.000 bagi ASN dan guru swasta tersertifikasi tiap bulan selama 3 bulan. Dengan swadaya tersebut diharapkan bisa segera mengadakan penelitian lapangan terkait peninggalan kesejarahan dan kebudayaannya yang ada di Jawa Timur.
Rupanya, sinyal adanya dorongan dan bantuan baik secara moral dan material bisa berharap kepada Cabdin Pendidikan itu sendiri. Akan tetapi, dinas-dinas terkait, misalnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, pemuda dan Olah raga, serta Dinas Infokom kabupten Sumenep dapat pula diharapkan. Bila seluruh steackholder yang ada di Kabupaten Sumenep melibatkan diri secara langsung atas kegiatan kesejarahan di kabupaten ini, nilai-nilai kesejarahan dan kebudayaannya semakin tertanam di generasi selanjutnya dengan lebih baik.
———- *** ————

Tags: