Urgensi Pendidikan Akhlak bagi Remaja

Ahmad FatoniOleh :
Ahmad Fatoni
Pengajar Pendidikan Bahasa Arab UMM

Berulang kali kita saksikan kenakalan remaja semakin mengkhawatirkan. Di sana-sini kita dengar aksi tawuran antarpelajar, keterlibatan remaja dalam pergaulan bebas, pornografi, prostitusi, penyalahgunaan narkotika, pencurian, dan pembunuhan. Tidak sedikit pula remaja yang kehilangan semangat belajar, mereka lebih senang main video game/play station dibanding menghafal pelajaran, bahkan mereka berani membangkang dan durhaka kepada orangtuanya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedikit atau banyak telah memengaruhi sendi-sendi kehidupan remaja. Demikian pula pengaruh globasasi saat ini sulit dihindari kaum remaja yang belum memiliki kepribadian yang matang. Mereka tampak rapuh dan mudah terkontaminasi oleh budaya-budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia.
Dampak negatif modernisasi dan teknologi mulai menggerogoti masa depan para remaja, yang terkadang berkekuatan dahsyat untuk melemahkan daya mental dan spiritual remaja yang sedang menjadi identitas dan jati dirinya. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang di kalangan remaja.
Fenomena penyimpangan akhlak remaja di atas telah menyita perhatian berbagai pihak. Pertanyaannya, apa yang menyebabkan para remaja melakukan pelanggaran etika dan agama? Bagaimana solusi menghadapi kenakalan remaja? Seberapa jauh pengaruh pendidikan keluarga dalam pembentukan akhlak remaja? Untuk menjawab pertanyaan tersebut banyak tokoh, pemikir, dan pakar dari aneka disiplin ilmu memberikan upaya penyelesaiannya.
Problematika Kehidupan Remaja
Saat seorang anak mulai tumbuh dan berkembang menuju tahap remaja, ia sedang mengalami perubahan status sosial dari anak menjadi remaja. Pada perubahan setatus itulah seorang remaja mengalami krisis identitas sehingga mudah sekali terinfeksi oleh berbagai virus informasi yang ada di sekitarnya. Tidak jadi soal bila informasi yang diterimanya bersifat positif, namun yang sering terjadi adanya informasi negatif yang diserap kaum remaja sehingga mendorong melakukan perbuatan yang justru membahayakan dirinya, seperti pacaran yang kelewat batas, mengonsumsi narkoba, kebut-kebutan, menonton film porno dan perilaku tak pantas lainnya. Keadaan ini akan semakin parah jika para remaja kurang mendapat perhatian penuh dari orangtuanya.
Kenakalan remaja senyatanya bukanlah suatu problem sosial yang hadir di ruang hampa, akan tetapi timbul karena beberapa kondisi yang berkaitan, bahkan mendukung kenakalan tersebut. Di antaranya, kehidupan keluarga yang broken home dan tidak harmonis memberi dorongan kuat sehingga anak mejadi nakal.  Selain itu, kondisi lembaga pendidikan formal yang buruk juga berpengaruh terhadap terjadinya kenakalan remaja.
Pada lembaga-lembaga pendidikan formal, terdapat anak-anak baik kemudian menjadi nakal karena pengaruh teman-teman di sekolah yang memang sudah nakal duluan. Demikian pula keadaan lingkungan dengan kondisi negatif akan memicu proses terjadinya kenakalan remaja. Anak-anak dikatakan nakal apabila melakukan tindakan tercela yang bertentangan dengan nilai-nilai susila dan agama.
Solusi Mengatasi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja apa pun bentuknya mempunyai dampak negatif, baik bagi masa depan remaja itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Karena itu, setelah diketahui bentuk-bentuk kenakalan remaja dan faktor penyebabnya, langkah yang tepat selanjutnya adalah mencari cara terbaik untuk menemukan jalan keluarnya.
Ada tiga tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, yaitu: (1) Tindakan preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan remaja. Usaha-usaha yang dilakukan bisa melalui pendidikan informal (keluarga) seperti menanamkan pendidikan agama sejak dini  sesuai dengan tingkat perkembangan anak, pendidikan formal (sekolah) seperti pelaksanaan kurikulum yang memerhatikan keseimbangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, atau juga melalui pendidikan nonformal seperti mengisi waktu senggang dengan aktivitas yang bermanfaat.
(2) Tindakan represif, yakni tindakan untuk menindak kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan remaja yang lebih berat. Tindakan represif ini ditujukan kepada remaja yang melakukan kenakalan dan melanggar hukum, atau orang yang secara langsung membantunya, atau menjadi penyebab sehingga remaja berbuat pelanggaran.
(3) Tindakan kuratif, yakni melakukan rehabilitasi akibat perbuatan nakal, terutama indvidu yang telah melakukan pelanggaran. Tindakan ini merupakan pembinaan khusus untuk menanggulangi problem kenakalan remaja sembari memberikan fasilitas agar remaja tersebut dapat kembali bersikap secara wajar dan memeroleh kedudukannya yang layak di tengah pergaulan sosial.
Tanggungjawab Keluarga
Mengutip Zakiah Dadjat (1997), terdapat tiga lingkungan yang bertanggungjawab dalam membangun karakter remaja, yaitu keluarga (orangtua), sekolah (guru), dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tetapi dari ketiganya, lingkungan keluarga memiliki tanggungjawab yang utama dan pertama terhadap pendidikan akhlak remaja.
Dalam perspektif Islam, keluarga merupakan tempat yang strategis dalam pembinaan akhlak anak. Hitam putihnya anak sangat bergantung pada baik buruknya pelaksanaan pendidikan di keluarga. Dengan kata lain, keluarga menjadi sarana yang paling menentukan, apakah seorang anak akan tumbuh menjadi remaja yang bermanfaat atau tidak bagi masyarakat.
Keluarga adalah lingkungan pertama tempat remaja melakukan komunikasi dan sosialisasi dengan manusia lain selain dirinya. Di dalam keluarga pula, remaja untuk pertama kalinya dibentuk, baik sikap maupun kepribadiannya. Keluarga memang mempunyai fungsi yang sangat unik sekaligus dinamis, ia memiliki peran sosial, peran pendidikan, juga peran penanaman nilai-nilai keagamaan. Demi mengatasi kerusakan moral yang melanda sebagian besar kaum remaja diperlukan pembinaan yang intensif, salah satunya melalui pendidikan akhlak dalam keluarga.
Yang pasti, kondisi kenakalan remaja belakangan ini memerlukan penanggulangan secara serius. Berbagai pihak seperti orangtua, guru, pendidik dan siapa pun saling bersinergi dalam membentuk akhlak remaja hingga menjadi generasi yang cerdas otaknya dan cerdas budi pekertinya. Tanpa sinergitas semua pihak, sulit dibayangkan begaimana kondisi remaja mendatang sebagai pengganti orangtua sekarang. Bahkan jika kondisi remaja selama ini dibiarkan, harapan akan lahirnya remaja ideal yang kelak mampu memimpin bangsa tampaknya hanya utopis belaka.

                                                                                                             ———- *** ———–

Rate this article!
Tags: