Urgensi Pendidikan Profetik

Moh Mahrus HasanOleh:
Moh. Mahrus Hasan
Guru MAN Bondowoso dan Pengurus PP. Nurul Ma’rifah Poncogati Bondowoso          

Berbicara tentang pendidikan profetik(pendidikan bervisi kenabian) tidak bisa dilepaskan dari penggagasnya, yakni Prof. Kuntowijoyo. Seseorang dengan beragam predikat: Cendekiawan Muslim, sejarawan, dan budayawan. Gagasan dan pemikiran bernas tokoh yang lahir di Bantul Yogyakarta, 18-9-1943 dan wafat 22-2-2005 ini, telah mewarnai dan memperkaya khazanah keilmuan bangsa ini. Ilmu Sosial Profetik (ISP) adalah satu di antara sekian banyak gagasannya yang dirasa masih sangat relevan hingga saat ini.
Ada tiga poin pokok dalam ISP-mengutip QS. Ali Imron: 110-yangsangat layak untuk dikaji dan diterapkan di dunia pendidikan, yaitu amar ma’ruf (humanisasi), nahi munkar (liberasi), dan transendental (membawa manusia kepada Tuhan).Ketiganya disebut dengan Visi Profetik, yaitu tugas kenabian (prophetic) dan kemanusiaan kita.
Pertama, humanisasi (memanusiakan manusia). Pendidikan diharapkan memberi wawasan dan cara pandang pada anak didik bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dan Allah memuliakan bani Adam (anak-cucu Adam). (QS. Al-Isro’: 80). Maka, dengan alasan apakah kita-selakusesama makhluk-Nya-merendahkanharkat dan martabat manusia lainnya?
Dengan humanisasi, anak didik belajar akan pengakuan dan perlindungan  hak  asasi manusia serta menoleransi kemajemukan. Karena merupakan sunnatullah dan “keputusan Ilahi”  bahwa manusia diciptakan berbeda; Laki-Perempuan (gender), suku dan bangsa dengan tujuan agar saling mengenal (ta’aruf). Hanya ketaqwaan yang menentukan ranking manusia di hadapan Allah (QS. Al-Hujurat:13). Dan merupakan sebagian tanda kebesaran Allah adalah perbedaan bahasa dan warna kulit (QS. Ar-Rum: 22), bahkan agama dan kepercayaan. (QS. Al-Kafirun: 6).
Dalam sejaran kenabian, diterangkan bahwa  bahwa Rasulullah Muhammad-seorang manusia yang sangat memanusiakan manusia itu-sangatmemiliki kepekaan manusiawi, sekalipun pada anak kecil. Diriwayatkan, Rasul menegur keras seorang yang mengambil dengan kasar seorang bayi dari pangkuan Rasul hanya gara-gara si anak kecil itu-maaf -pipishingga membasahi pakaian Rasul. “Pakaian yang basah ini dapat dibersihkan oleh air, tetapi  apa yang dapat menghilangkan kekeruhan dalam jiwa sang anak akibat rengkuhanmu yang kasar itu?” demikian sabdanya.
Humanisasi bisa dilakukan dengan cara pemberdayaan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan. Dalam perspektif edukatif, setiap kualitas yang dimiliki seseorang melalui proses pendidikan akan berbanding lurus dengan derajat dan kehormatannya di masyarakat, terutama mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah. “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan yang mempunyai ilmu”. (QS. Al-Mujadalah: 11)
Kedua, liberasi (pembebasan). Pendidikan menjadi salah satu cara memberantas kebodohan dan kemiskinan. Karena seakan sudah menjadi rumus bahwa keduanya saling berkelindan sebagai sebab-akibat. Kebodohan penyebab kemiskinan atau karena miskin menjadi bodoh. Kebodohan dan kemiskinan harus menjadi musuh bersama. Kemiskinan yang berdaulat di atas kebodohan adalah sangat memprihatinkan. Ibaratnya, “Sudah jatuh tertimpa tangga.” Maka, harus digelorakan semangat melawan kemiskinan karena sangat menyengsarakan umat.
Kerapuhan ekonomi bisa menimbulkan beragam problem diri dan keluarga, bahkan cenderung kuat merobohkan keimanan seseorang. Pahamilah bahwa “Kefakiran bisa mendekatkan kepada kekufuran”. Perlu diberikan pemahaman bahwa doa Nabi untuk dihidupkan dalam keadaan miskin dan dikumpulkan (di akhirat) bersama orang-orang miskin harus dipahami sebagai pola hidup sederhana dan peduli kepada kaum fakir miskin.
Salah satu solusi mengurangi kebodohan dan kemiskinan itu adalah dengan pendidikan berbasis kompetensi dan keahlian (skill) peserta didik. Namun, perlu diingat bahwa pendidikan kecapakan hidup (life skills) dan pendidikan kewirausahaan (entreprenuership education) harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan lingkungannya serta memenuhi prinsip-prinsip pendidikan kecakapan hidup.
Prinsip-prinsip pendidikan kecakapan hidup itumewajibkan: 1. Tidak merubah sistem pendidikan yang telah berlaku. 2.  Tidak mengubah kurikulum, tetapi penyiasatan kurikulum yang berorientasi pada kecakapan hidup. 3. Pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup dengan etika sosio-religius bangsa. 4. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup diarahkan agar peserta didik: Menuju hidup yang sehat dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan yang luas, serta memiliki akses untuk memenuhi standar hidup secara layak. (M. Sulthon Masyhud, dkk.:2003). Dengan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang dikuasai individu, kesejahteraan hidup bisa dibangun dan dikembangkan.
Dan ketiga, transendental (membawa manusia kepada Tuhan). Pendidikan harus menjadi kawah candradimuka bagi para pegiat pendidikan-utamanya bagi peserta didik-agar mereka memiliki pemahaman dan perilaku keagamaan yang holistik, komprehensif, dan integratif serta berprinsip “Islam rahmatan lil ‘alamin”. Muaranya adalah terbentuknya insan yang memiliki kesholehan individu sekaligus kesholehan sosial.
Kehidupan kekinian disinyalir seringkali melupakan “kekuasaan langit” karena manusia dengan kepintarannya bersikap congkak dan angkuh sebagai “penguasa bumi”.Padahal, Islam menegaskan, “Dia (Allah)lah yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 5). Ilmuwan yang sejati adalah mereka yang dengan ilmu pengetahuannya semakin mengakui kebesaran Ilahi (QS. Faathir: 28).Rasulullah juga mengingatkan,”Siapa yang bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah hidayahnya, maka tidak akan bertambah dekat kepada Allahmelainkan semakin jauh.”
Harus diwaspadai edukasi yang hanya berorientasi duniawi. Orientasi yang mengasumsikan bahwa ketenangan dan kebahagiaan hidup hanya ditentukan oleh cukupnya harta benda.Padahal kenyataannya tidak selalu demikian, karena tidak ada kata cukup bagi orang yang tamak dan serakah.”Seandainya manusia diberi dualembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga,” demikian Rasulullah mengumpamakan.

                                                                          ——– *** ———

Rate this article!
Tags: