Urgensi Pendidikan Sejarah Semenjak Usia Dini

Oleh :
Lumiyati
Founder Lembaga PAUD AN-NAJA Surabaya, Peminat Masalah Sejarah

Sejarah adalah kerja mencari kebenaran. Demikian perkataan sejarawan Islam Ibnu Khladun dalam buku yang terkenal Muqaddimah (Maarif, 1996). Melihat akan urgennya sejarah guna mencari kebenaran bagi manusia, Sehingga dipandang perlu menjadi mata pelajaran wajib bagi pelajar di seluruh jenjang pendidikan di Indoensia. Tapi apa yang terjadi dengan adanya isu dihapuskannya pelajaran sejarah SMA sederajat dari mata pelajaran wajib seperti termuat dalam dokumen ‘Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum Asesmen Nasional’ Tertanggal 25 Agustus 2020 itu. Membuat guru menjadi was-was dan kawatir dengan pengetahuan sejarah bangsa para siswa nantinya. Sehingga memunculkan Petisi atas nama Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) berjudul ‘Kembalikan Posisi Mata Pelajaran Sejarah sebagai mata ajaran Wajib bagi seluruh Anak Bangsa, yang ditujukan kepada Presiden Jokowi, dimana sampai Jumat 18 September 2020 telah terkumpul 10. 473 tanda tangan (news.detik,18/9/20).

Walaupun wacana ini masih dalam wacana internal sebagaimana dikatakan Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Maman Fathurrohman (news.detik,18/9/20). Namun wacana ini sunguh-sunguh membuat dunia pendidikan Indonesia menjadi tidak jelas, seandainya rencana penghapusan pelajaran sejarah benar-benar terjadi. Mau di bawa kemana anak-didik nantinya jika mereka buta akan sejarah bangsanya sendiri. Mereka akan dibuat ahistoris dengan sejarah perjuangan bangsanya dan tokoh-tokah yang mendirikan bangsa Indonesia. Mereka yang akan menjadi penerus pemimpin bangsa menjadi tidak paham akan bangsa sendiri. Justru mungkin bangga dengan sejarah bangsa luar yang belum tentu baik bagi mereka. Apalagi sekarang era globalisasi harusnya bekal sejarah bangsa adalah mutlak dimiliki generasi penerus untuk menangkal pengaruh negatif dari efek samping globalisasi.

Akibat Pragmatisme Pendidikan

Pelajaran sejarah dari dulu dan sekarang mungkin seperti pelajaran yang dianaktirikan. Mungkin Pada masa Orde Baru pelajaran sejarah memperoleh tempat yang bagus, walaupun sebenarnya dijadikan alat indoktrinasi. Pada masa itu ada pelajaran pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai patriotisme dan semangat 45 kepada generasi penerus bangsa. Sehingga pada masa Orde Baru itu lalu menjadi pelajaran wajib. Selanjutnya setelah terjadi reformasi 1998 pelajaran tersebut dihapus. Kemudian dilebur masuk ke dalam pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial (IPS). Sebagaimana diamanatkan UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 ayat (1) dan penjelasannya dikatakan bahwa sejarah adalah bagian dari ilmu pengetahuan Sosial. Yang diajarkan mulai SD sampai SMA tapi dilebur kedalam mata pelajaran IPS. Dimana tanggung jawab pengembangan Kurikulum adalah tanggung jawab pihak sekolah.

Sedangkan pada kurikulum terbaru kurikum 2013 (K13) pelajaran sejarah masuk Ilmu pengetahuan Sosial secara tematik. Jadi tidak ada mata pelajaran Khusus sejarah dari SD sampai SMA. Sehingga kelihatan sekali bahwa makin lama pelajaran sejarah semakin dinilai tidak penting dan dipinggirkan. Karena acuannya adalah Kompetensi siswa. Sehingga kini lahir pragmatisme pendidikan dimana pendidikan hanya diarahkan untuk melahirkan tenaga kerja siap pakai yang kompeten dalam bidangnya. Sekarang ini sebagaimana dikatakan Samsul Arifin (2020) bahwa keberhasilan pendidikan diukur dari manfaatnya yang bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Kemanfaatan yang paling nyata adalah lulusan pendidikan mudah mendapatkan pekerjaan dengan masa tunggu yang tidak terlalu lama. Sehingga pelajaran sejarah dianggap tidak urgen pada kurikulum pendidikan yang katanya untuk beradaptasi dengan perubahan dunia yang mengedepankan teknologi informasi dan revolusi Industri era 4.0. seperti sekarang ini. Apalagi di era Pandemi Covid -19 ini kurikulum perlu dirampingkan sehingga bisa menjadi alasan untuk menghilangkan pelajaran Sejarah di sekolah. Sungguh munculnya ide ini pun sebenarnya sudah menjadi kontroversi apalagi kalau hal tersebut terjadi sungguh menjadi “Tragedi Pendidikan” yang akan berakibat jangka panjang.

Tanamkan Sejarah Sejak Dini

Indonesia kalau mau menjadi bangsa yang besar harusnya pelajaran sejarah menjadi pelajaran wajib mulai sejak dini, ketika anak memasuki jenjang Pendidikan Usia Dini (PAUD). Sehingga sejak kecil anak-anak sudah dikenalkan dengan sejarah bangsanya sedari kecil hingga SMA dan sederajat. Sehingga sangat membekas ketika mereka besar dan terjun ke masyarakat. Dengan bekal sejarah bangsa yang diketahuinya maka dia akan memimpin dengan sepenuh hati. Tidak akan menjadi “agen asing” atau menjual negaranya demi keuntungan pribadi dan kelompoknya.

Harus diakui bahwa pembelajaran Sejarah di sekolah PAUD belum menggembirakan. Pelajaran sejarah belum menjadi pelajaran tersendiri dan sistematis. Pelajaran itu diajarkan secara tematik pada tema-tema tertentu. Akibatnya kurang membekas pada memori siswa. Selanjutnya apabila mereka menjadi pemimpin negeri kadang berbicara yang bisa memancing reaksi yang kurang bagus dari masyarakat. Itu Karena mereka kurang memahami sejarah atau tidak membaca sejarah, Hal itu seperti pernah dikatakan oleh prof Salim Said.

Sehingga mata ajaran sejarah ini tidak hanya perlu bagi siswa sekolah tapi juga pemimpin bangsa ini juga perlu memahami sejarah bangsanya. Sehingga kalaupun akan berbicara dan membuat kebijakan selalu berpegang pada sejarah bangsa, sehingga bisa menghindari kesalahan dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Seperti dikatakan oleh Profesor Salim Said dalam suatu acara Talk Show yang terkenal di sebuah TV Swasta tertanggal 3 September 2019 yang berkata: “Seandainya Pemimpin kita mengerti sejarah Indonesia banyak kesalahan yang bisa dihindari”.

Semoga Perkataan Pakar sejarah Prof. Salim Said tersebut jadi bahan renungan kepada para pembuat rancangan kurikulum baru bahwa sejarah itu penting dan sangat berperan dalam membantu dalam kepemimpinan Indonesia. Sehingga rencana penghapusan pelajaran sejarah di sekolah semoga tidak terjadi di waktu yang akan datang.

———– *** ————

Tags: