Surabaya, Bhirawa
Ratusan umat Tri Dharma dan Khonghucu berdatangan di Klenteng Hong San Ko Tee (biasa dikenal dengan Klenteng Cokro) Jl HOS Cokroaminoto Surabaya untuk merayakan Imlek 2566, Kamis (19/2). Ditemani asap Yusua dan temaram cahaya lilin merah, mereka memanjatkan doa berharap berkah di tahun baru.
“Yang penting sembahyang dulu. Memohon berkah untuk tahun baru ini. Kelimpahan rezeki, kesehatan, dan kesejahteraan buat seluruh keluarga. Semalam sudah sembahyang tapi bersama keluarga di rumah. Pagi ini ke klenteng berdoa kepada Tuhan dan untuk leluhur. Semoga tahun depan tetap sehat, sejatera,” kata Oeng Hian Lim, warga Siwalankerto usai sembahyang.
Mengenakan baju bernuansa warna merah, Oeng Hian Lim yang datang bersama Istri dan anak-anaknya, menganggap Imlek itu identik dengan berdoa bersama keluarga. “Setelah sembahyang, kami mengunjungi saudara-saudara yang lebih tua. Biasanya makan bersama,” tambah Oeng Hian Lim.
Tak hanya dikunjungi etnis Thionghoa yang hendak bersembahyang. Tetapi warga setempat juga memadati klenteng tersebut untuk mendapat angpao dari umat usai sembahyang. ” Saya berharap dapat angpao dari mereka usai sembahyang. Biasanya mereka bagi-bagi angpau usai sembahyang,” kata Gita (9), salah satu warga setempat yang mengaku datang bersama teman-temannya.
Berbeda dengan Insiyah (34) warga Kejambon, menurutnya, dia datang ke klenteng karena ajakan anaknya yang ingin menonton tarian barongsai.” Aku teko bareng anakku (Saya datang bersama anak), hanya pengen nonton barongsai aja,” akunya.
Pantauan Bhirawa di lokasi, sejak pagi masyarakat Tionghoa mulai memadati Klenteng Hong San Koe Tee. Sebagian besar, mereka menggunakan pakaian berwarna merah, ada juga pakaian tradisional khas negeri Tiongkok yakni Cheongsam. [geh]