Usai Kukuhkan Guru Besar dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika

Guru Besar Termuda, Prof Suyanto (kanan), Rektor Ubaya Ir Benny Lianto dan Prof saat jumpa pers usar pengukuhan.

Ubaya Miliki 10 Professor
Surabaya, Bhirawa
Universitas Surabaya (Ubaya) miliki 10 professor usai mengukuhkan dua guru besar dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) yakni Prof Suyanto dan Prof Drs Ec Sujoko Efferin di kampus setempat, Selasa (10/12) kemarin.
Rektor Ubaya Ir Benny Lianto, MMBAT menuturkan, dikukuhkan kedua guru besar di bjdang ini semakin memperkokoh komitmen mutu kualitas dan eksistensi Ubaya, sesuai dengan tema strategis baru Ubaya yakni A New Leap Into the Future. Ubaya memberi dukungan penuh dengan mendorong dan mempercepat serta memfasilitasi para dosen dalam mencapai level profesionalitas tertingginya.
“Seorang Guru Besar bukan hanya dikaruniai ilmu pengetahuan pada level yang tertinggi, tetapi kepadanya juga dititipkan kharisma dan kapasitas yang lebih tinggi untuk menghasilkan karya, serta layanan akademik yang lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya.
Ir Benny berharap, dengan dikukuhkan dua profesor baru, kontribusi Universitas Surabaya dalam pembangunan bangsa dan negara akan semakin meningkat. Di kesempatan yang sama, Prof Suyanto sebagai Guru Besar termuda dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan sekaligus Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Ubaya menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul Potensi Penelitian Produktivitas Perusahaan Yang Bersumber Dari Penanaman Modal Asing: Sebuah Area Yang Mulai Diminati.
Menurut Ir Benny, kehadiran perusahaan asing memiliki dampak positif dalam meningkatkan produktivitas perusahaan lokal. Namun, akan menjadi negatif apabila perusahaan asing ‘mencuri’ pasar perusahaan lokal dan mendorongnya keluar dari pasar. ”Persoalan itu terjadi ketika skala produksi perusahaan lokal kecil memiliki biaya produkai marginal (marhinal costs) yang tinggi. Maka keberadaan perusahaan asing akan merugikan perusahaan lokal.
Justru sebaliknya, sambung dia, perusahaan lokal yang memiliki skala produksi efisien, serta marginal costs yang rendah akan mampu bersaing sehingga memperoleh manfaat berupa transfer pengetahuan dari perusahaan asing (MNCs). Tranfer pengetahuan ini dapat berupa pengetahuan managerial (efisiensi teknis), pengetahuan efisiensi biaya (skala efisiensi), dan pengetahuan peningkatan produksi (kemajuan teknologi).
“Dikarenakan dampaknya bisa negatif dan positif, kebijakan terkait PMA perlu dipastikan bahwa manfaat yang diperoleh melebihi biaya yang terjadi. Kebijakan yang diambil juga perlu selektif dengan memastikan jenis PMA yang masuk ke Indonesia adalah PMA yang memberikan transfer pengetahuan, bukan ‘mencuri’ pasar perusahaan lokal,” kata lulusan Doktor bidang Economics and Finance di Curtin University, Australia itu.
Sementara itu, Prof Drs Ec Sujoko Efferin, sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Akuntansi mengangkat penelitian berjudul Membangun Dunia Yang Lebih Baik: Dari Akuntansi Menuju Akuntabilitas dan Spiritualitas. Dalam paparannya menjelaskan, bisnis bukan sekedar alat untuk mengakumulasi kapital ke dalam entitas berdasarkan kapitalisme dan prinsip ekonomi sempit belaka.
“Bisnis memiliki nafas spiritualitas untuk membangun dunia yang lebih baik. Tanpa spiritualitas, bisnis hanya melahirkan kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan hidup, konflik sosial, terorisme, pemusnahan, dan penderitaan mental seperti ketamakan, ketakutan, kekuatiran, kemarahan, kebencian dan kekosongan hidup,” tuturnya.
Berdasarkan hasil penelitiannya, dosen lulusan Doktor bidang Accounting di The University of Manchester, Inggris ini menekankan bahwa akuntansi hanyalah salah satu sistem pelaporan yang merupakan salah satu aspek dari akuntabilitas. Di mana pemaknaan dan pengembangan literatur akuntansi perlu diperluas menjadi akuntabilitas. Akuntabilitas akan berjalan beriringan dengan spiritualitas. Saat spiritualitas bertumbuh, maka transformasi bisnis secara lebih luas akan terjadi, dan pilar ekonomi global yang baru akan muncul.
“Bisnis dan organisasi yang dikelola dengan berbasiskan spiritualitas akan menciptakan komitmen organisasi yang tinggi, kinerja yang lebih unggul, kerja sama, kebahagiaan di tempat kerja, kreativitas/inovasi, dan konflik yang berkurang. Spiritualitas akan memberikan hubungan timbal balik yang lebih positif antara organisasi dengan anggotanya, sekaligus antara bisnis dengan stakeholders-nya,” ucap Sujoko. [ina]

Tags: