Usia Senja dan Keterbatasan Fisik Tak Jadi Penghalang, Bisa Lulus Tepat Waktu

Diwisuda diusia 78 tahun, Chamimah mendapat apresiasi dan penghargaan dari Rektor UM Surabaya Sukadiono.

Cerita Inspiratif Dua Wisudawan UM Surabaya
Kota Surabaya, Bhirawa
Rasa bangga dan pantang menyerah terlihat dalam benak dua wisudawan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Mereka adalah Chamimah, adik kandung dari Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) ke-VI, Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno ini menjadi mahasiswa tertua yang di wisuda diusia hampir 80 tahun. Selain itu ada juga Abdul Halim yang merupakan mahasiswa penyandang disabilitas. Lalu seperti apa kisah perjuangan keduanya?.
Siang itu, Selasa (24/11), prosesi wisuda ke 46 UM Surabaya gelombang kedua dilaksanakan. Perhelatan diselenggarajan secara luring dan daring di Gedung At-Tauhid Tower, dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Dari puluhan wisudawan yang hadir, Chamimah wisudawan berusia 78 tahun mencuri perhatian. Sebab, diusia senjanya tersebut ia sukses menyelesaikan Strata-1 PG PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) lewat Tugas Akhir berjudul “Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini Kelompok A TK Masa Putra Bhakti Surabaya Tahun Pelajaran 2019-2020”.
“Semangat belajar dan kepatriotan turun dari kakak saya, sehingga Alhamdulillah saya menamatkan studi di PG PAUD UM Surabaya,” ungkap dia.
Wanita yang lahir pada 1 September 1942 itu menuturkan, salah satu faktor penting yang membuatnya dapat menyelesaikan studi dalam waktu empat tahun adalah proses belajar mengajar yang nyaman. Di samping itu juga ditunjang dengan sarana-prasarana yang mendukung serta pengajar yang siap mendampingi dengan sabar, ulet, dan memotivasi.
“Sehingga saat proses perkuliahan saya tidak pernah membolos. Seandainya tidak hadir pun, ya karena faktor tidak enak badan. Saya juga punya banyak teman yang mungkin usianya seperti anak dan cucu saya, namun justru mereka yang memotivasi saya untuk terus belajar dan menyelesaikan studi tepat waktu,” ceritanya.
Chamimah yang telah mengajar di TK Masa Putra Bhakti Surabaya sejak tahun 1963, bersyukur mampu menyelesaikan studi di usia senja. “Tidak ada kata terlambat selama kita bertekat bersungguh-sungguh untuk belajar,” ujarnya.
Selain Chamimah, kisah perjuangan juga datang dari Abdul Halim. Penyandang difabel tuna daksa asal Sumenep ini patut berbangga diri karena kerja kerasnya selama menempuh pendidikan Fakultas Hukum UM Surabaya penyandang disabilitas di UM Surabaya hingga mendapat beasiswa difabel pertama akhirnya tuntas.
Diceritakan Halim, hari-harinya di Surabaya selain dihabiskan untuk aktivitas perkuliahan, juga aktif dalam aktivitas sosial seperti memberi pembelajaran secara gratis terhadap amak yang kurang mampu yang merupakan masyarakat binaan mahasiswa di Keputih Timur. Tak hanya itu, berbagai aktifitas lain juga dilakukan oleh Halim. “Alhamdulillah senang bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu,” ucapnya.
Selama menempuh pendidikan di Surabaya, Halim tinggal di Asrama Mahasiswa. Bagi Halim pilihan merantau merupakan pilihan berat. Kendati begitu, dengan tekad dan keinginan gigih untuk merubah nasib dan meraih cita-cita menjadikannya sosok yang kuat.
“Diawal kuliah dulu saya sempat minder karena keterbatasan fisik. Tapi seiring berjalannya waktu, perasaan itu hilang bahkan keterbatasan itu justru menjadi semangat bagi saya. Teman-teman disini juga memperlakukan saya seperti yang lain. Awalnya sih minder tapi lama-lama terbiasa,” jabar dia.
Menyandang sarjana hukum, Halim bercita-cita ingin mengaplikasikan ilmu selama menempuh studi 4 tahun, yakni menjadi pengacara. Selain itu, ia juga ingin meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Kalau bisa Insha Allah pengacara. Rencana juga ingin meneruskan S2 di kampus yang unggul,” imbuhnya.
Sementara itu Rektor UM Surabaya Sukadiono menyatakan bahwa kampusnya secara inklusif membuka kesempatan belajar bagi siapapun selama memiliki tekad dan ikhtiar yang kuat dalam menuntut ilmu.
“Ditunjang dengan dosen-dosen yang seperti teman diskusi, serta sarana dan prasarana yang mendukung, kami rasa semua kelompok usia termasuk yang kategori lanjut usia dapat belajar dengan nyaman dan senang di UM Surabaya,” ujarnya.
Tak hanya itu, dikatakan Sukadiomo jika pihaknya mempunyai komitmen terhadap mahasiswa yang kurang beruntung, mungkin dari sisi keterbatasan organ tubuh. Menurutnya, dibalik keterbatasan fisik, para penyandang disabilitas memiliki potensi yang luar biasa, terutama secara intelektual mereka sama dengan yang lain. “Potensi inilah yang sangat kita hargai kemudian kita berikan beasiswa penuh itu,” kata dia. [Diana Rahmatus S]

Tags: