Ustad Ahmad Afandi Imam Sholat Jenazah Covid-19

Ustad Ahmad Afandi menjadi imam salat jenazah pasien Covid-19 di RSUD dr Mohamad Saleh. [wiwit agus pribadi]

Utamakan Kepentingan Umat dan Rutin Minum Air Rebusan Bawang Putih
Probolinggo, Bhirawa
Rasa khawatir saat menjadi imam jenazah pasien Covid-19 pasti ada. Namun, hal itu terkikis dengan rasa kemanusiaan di hati. Maka, Ustad Ahmad Baharmus pun rela menjadi imam jenazah Covid-19 di RSUD dr Mohamad Saleh Kota Probolinggo.
Menjadi imam jenazah pasien Covid-19 bukan perkara mudah. Ahmad Baharmus harus menghadapi beragam imej negatif pada dirinya. Belum lagi perasaan yang dirasakan keluarga. Namun, ada satu hal yang membuat Ahmad mantap menjadi imam jenazah Covid-19. Syariat Islam mengajarkan bahwa menyalati jenazah adalah kewajiban muslim yang hidup.
Ustad Ahmad -sapaannya-, tidak sendirian menjadi imam jenazah pasien Covid-19. Awalnya, warga Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo itu menjalaninya bergantian dengan dua rekannya. Seiring bertambahnya jumlah pasien Covid-19 yang meninggal, pihak RSUD menambah lantas dua imam lagi. Sehingga total ada lima orang.
“Kami berlima gantian menjadi imam. Kadang-kadang sehari satu kali. Tapi kalau dalam satu hari banyak yang meninggal, maka kami berlima di hari yang sama dan beda di jam saja, ” terang lelaki yang juga anggota Komisi Dakwah MUI Kota Probolinggo itu, Selasa (9/2).
Saat awal menjadi imam salat jenazah pasien Covid-19, memang ada rasa waswas, terutama keluarga yang khawatir. Namun, setelah dibicarakan akhirnya keluarga memahami.
Di sisi lain menurutnya, keikhlasan sangat penting. Ikhlas dalam menjalankan amanah. Sebab tanpa ikhlas, semua tugas akan terasa berat. Selain itu ia bersama imam lainnya melakukan ini untuk kepentingan umat.
Tak jarang ia melakukan tugasnya pada malam maupun dini hari.. “Dulu kami yang harus datang malam atau dini hari. Tapi, saat ini kalau meninggal malam atau dini hari, maka jenazah disalatkan pagi sekitar pukul 07.00 atau 08.00, ” katanya.
Selama menjadi imam salat jenazah pasien Covid-19, Ustad Imam mengaku tidak menggunakan APD lengkap. Demikian juga imam yang lain. Mereka hanya menggunakan masker. Sebab, jenazah sudah disucikan dan dimasukkan ke dalam peti.
“Jadi kondisinya aman. Petinya juga tidak dibuka. Karena itu, kami hanya menggunakan masker saat salat jenazah, “lanjutnya.
Berbeda dengan petugas pemulasaraan jenazah, mereka menurut Ahmad menggunakan APD lengkap. Sebab petugas ini kan bersentuhan langsung dengan jenazah. Kalau kami hanya menyalatkan tanpa pengawasan apapun, “katanya.
Kendati demikian, Ahmad menjaga imunitas tubuh agar tetap sehat. Dia pun rutin meminum air rebusan bawang putih. “Ini saya lakukan untuk menjaga imun tubuh,” terang bapak tiga anak ini.
Hal senada diungakapkan oleh Ustad Ahmad Afandi yang juga menjadi imam salat jenazah pasien Covid-19 di RSUD dr. Mohamad Saleh. Ia bersedia menjadi imam karena niat membantu. Dengan niat itu, maka semangat positif akan terasa dan dengan sendiri dapat meningkatkan imun.
“Salah satu hal yang dapat meningkatkan imun adalah pikiran yang tenang dan tidak stres. Maka imun pun akan meningkat, “lanjutnya.
Namun, jika ada pihak keluarga yang mendukung menyalati pasien di rumah juga tak masalah. Hanya saja, di RSUD salat jenazah tetap dilakukan. “Jadi kewajiban kami menyalati jenazah pasien Covid-19 di rumah sakit. Perkara di rumah duka disalati lagi juga tidak masalah, “papar pria empat anak itu.
Meski demikian, tidak semua keluarga menyalati jenazah di rumah duka. Bahkan, menurutnya ada salat jenazah pasien Covid-19 yang tidak dihadiri keluarga. Alasannya takut tertular, “tutur warga Jl KH Hasan Gang Banyusari 5, Kebonsari Wetan, Kecamatan Kanigaran itu.
Sama dengan Ahmad, Afandi pun punya kebiasaan khusus untuk menjaga imun tubuh. Yaitu. Menghirup minyak kayu putih. “Biasanya masker saya kasih minyak kayu putih. Bahkan tak jarang saya campur dengan minuman. Tapi dan banyak. Paling tiga tetes, “tambahnya. [Wiwit Agus Pribadi]

Tags: