Ustadz Edipur dan Ustadzah Aliyah Wakil Kepala SD Mudipat Surabaya

Ustadz M Ridwan menyerahkan SK Pengangkatan Wakil Kepala Sekolah kepada Ustadz Edi Purnomo disaksikan Ustadz M Jemadi dan Ustadz Aliyatuz Zakiyyah Darwati.

Dilantik Bersama Enam Kaur Melengkapi Kepemimpinan Ustadz Eddy Susanto
Surabaya, Bhirawa
SD Muhammadiyah 4 (SD Mudipat) Pucang Surabaya, Selasa (28/6) kemarin menggelar pelantikan Ustadz Edi Purnomo SAg MPsi dan Ustadzah Aliyatuz Zakiyyah Darmawati SSi SPd sebagai Wakil Kepala (Waka) Periode 2022 – 2026.
Selain itu, juga dilantik para Kepala Urusan (Kaur) SD Mudipat oleh Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel. Yakni: Kaur Sumber Daya Insani (SDI): Ustadz Ahmad Busairi MPdI, Kaur Kurikulum: Ustadz Fimas Maulana Al-Jufri SPsi MPd, Kaur Kesiswaan: Nur Fuad SfilI, Kaur Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK): Ustadz Luqman Nuryadin SpdI, Kaur Hubungan masyarakat (Humas): Ustadz Farid Firmansyah Spsi, dan Kaur Sarana dan Prasarana (Sarpras): Ustadz Tajuzzaqi SSos untuk tahun pelajaran 2022/2023.
Pelantikan Waka oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya, di Auditorium TMB Mudipat Surabaya, diikuti seluruh guru dan karyawan sekolah. Hadir melantik Ustadz Dr M Ridwan MPd (ketua majelis) dan Ustadz M Jemadi MA (sekretaris majelis). Turut hadir Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel, Surabaya, Ustadz Achmad Zaini MPd beserta Pengurus Majelis Dikdasmen PCM Ngagel.
Menurut Kepala SD Mudipat Surabaya,Ustadz Eddy Susanto SPd MPd, dengan dilantiknya Waka dan Kaur diharapkan SD Mudipat siap menghadapi tantangan ke depannya,sebab tantangannya lebih berat dengan adanya kurikulum baru, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pasca Pandemi Covid 19, dan banyaknya sekolah swasta maupun sekolah negeri sudah berbenah. Maka SD Mudipat Surabaya harus melakukan pembenahan dan penyegaran dalam kepemimpinan agar lebih siap dalam menghadapi tantangan.
“Dengan adanya kurikulum baru, globalisasi, semaraknya para orang tua dalam pendidikan anaknya, dan pemerintah yang kini sudah membenahi sekolah – sekolah negeri. Kalau kita tidak siap maka sekolah kita akan tersingkirkan, sebab bagaimanapun SD Mudipat terlanjur menjadi besar dan dipercaya masyarakat, hal ini dibuktikan dengan jumlah siswa yang telah mencapai 1.432 siswa. Bahkan In Sya Allah tahun depan bakal lebih banyak lagi karena PPDB belum selesai karena masih banyak mutasi dari sekolah lain di luar Kota Surabaya, bahkan di tingkat nasional karena dari berbagai provinsi di Indonesia karena perpindahan tugas para orang tua wali murid,” jelas Ustadz Eddy.
Ustadz Eddy menjelaskan, kuncinya dalam mengelolah sekolah ini harus kerja sama yang kuat diantara Tim SD Mudipat Surabaya, dikuatkan soliditas internal dan harus satu visi, harus mampu beradaptasi dengan lingkungan, harus mampu mengembangkan inovasi, juga harus menguatkan keunggulan – keunggulan yang sudah ada. Misalnya, SD Mudipat Surabaya itu keunggulannya itu terbanyak gurunya mencetak matematika hebat, IPA atau Science hebat, berakhalak baik, bacaan Alqurannya bagus, serta mempunyai adab yang baik juga. Maka disitulah keunggulan – keunggulan selain yang sudah unggul dikuatkan dan menciptakan keunggulan baru.
“Jadi tidak bisa hanya mengandalkan keunggulan yang sudah ada dan berhenti sampai disitu, artinya puas hanya sampai disitu saja, karena kita harus memperbaiki diri. Jadi tidak ada kepuasan dalam membangun pendidikan berkemajuan itu, harus tetap berevaluasi. Bagaimana evaluasinya, ya dengan cara meminta masukan dari para guru, meminta masukan dari Pengurus Muhammadiyah, meminta masukan dari para orang tua dan masyarakat. Maka kita harus terbuka, artinya kita terbuka di era digital ini, selain penguasaan materi IT (Informasi Tehnologi) tetapi pemikirannya juga harus terbuka. Buat apa orangnya pintar IT tetapi pemikirannya tertutup, hal ini harus menjadi perhatian kita semua dalam mengelolah SD Mudipat ini,” tandas Ustadz Eddy.
Sementara itu, Kepala Dikdasmen Kota Surabaya, Ustadz Dr M Ridwan MPd menambahkan, dalam mengelolah sekolah ini harus tim work maka tim ini tidak boleh ada yang lemah, jadi tim ini harus bekerja sesuai dengan Tugas dan Fungsinya (Tusi). Seperti pelantikan dua Waka dan Enam Kaur ini, tetapi jenderalnya itu tetap Kepala Sekolah dan satu komando. Jadi tidak boleh ada Kaur yang komandonya ada yang lain, maka diharapkan masing – masing pengurus ini harus saling suport dan tidak boleh jalan sendiri – sendiri.
“Jadi semua pengurus itu harus saling suport. Misalnya, Kaur Humas itu tetap butuh Kaur Sarpras. Bagaimana Humas menyampaikan informasi tentang Sarpras kepada masyarakat atau orang tua wali murid bila tidak didukung informasi dari Sarpras. Begitu juga bagaimana Kaur Humas bila akan menyampaikan informasi tentang kurikulum sekolah kalau tidak didukung Kaur Kurikulum. Maka semua Kaur harus saling suport dan tetap satu komando yakni dikomandoi Kepala Sekolah,” tegas Ustadz Ridwan. [fen]

Tags: