Usung Gaya City Car, Buat Penumpang Lebih Nyaman

Aan Sugeng, Ketua tim pembuata mobil listrik 'Kunthing Sakti' mencoba performa karyanya di halaman kampus Untag 1945 Surabaya. [adit hananta utama/bhirawa]

Aan Sugeng, Ketua tim pembuata mobil listrik ‘Kunthing Sakti’ mencoba performa karyanya di halaman kampus Untag 1945 Surabaya. [adit hananta utama/bhirawa]

(Kunthing Sakti, Mobil Listrik Karya Mahasiswa Untag Surabaya)
Surabaya, Bhirawa
Riset dan pengembangan mobil listrik tetap menjadi project yang menarik di dunia pendidikan. Tak ayal, berbagai perguruan tinggi terus berpacu menciptakan kendaraan nol emisi ini. Selain ramah lingkungan, keberadaanya di Indonesia juga masih jarang ditemui.
Salah satu karya mobil listrik terbaru datang dari Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Kampus yang berlokasi di Jalan Semolowaru 45 Surabaya ini sukses menelorkan ‘Kunthing Sakti’. Salah satu tokoh pewayangan itu dipakai sebagai nama mobil listrik besutan 14 mahasiswa Fakultas Teknik Mesin ini.
“Selama empat bulan, sejak Desember lalu kita mulai merancang. Dan sekarang hasilnya sudah bisa kita fungsikan dengan baik,” tutur ketua tim pembuatan Kunthing Sakti Aan Sugeng Irianto saat ditemui kemarin, Rabu (20/4).
Tahap-tahap pembuatan mobil ini dibeberkan Aan, mulai dari perencanaan, penentuan spesifikasi, sampai perancangan desain. Belum selesai, tahap berikutnya masih ada fabrikasi, assembling sistem mekanik dan elektronik hingga finishing sistem dan modul.
“Seratus persen body mobil kita buat sendiri menggunakan plat galvanis dan acrilic. Sedangkan untuk spare part seperti mesin, roda dan lampu masih mengandalkan pabrikan,” kata Aan.
Meski baru berbentuk prototype, Aan dan timnya berusaha tetap menjaga kenyamanan bagi pengemudi. Karena itu, desain mobil dibuat dengan gaya city car berkapasitas dua orang. Secara spesifik, lanjut dia, mobil itu bisa digunakan untuk melaju hingga 40 Km per jam. Dengan kapasitas 850 watt – 60 volt, batray bisa bertahan hingga tiga jam untuk melaju.
“Kita pasang lima batray portable yang mudah dilepas untuk diisi ulang. Jadi, mobilnya tidak perlu dibawa kemana-mana kalau mau isi ulang,” tambahnya. Jika ingin bertahan lebih lama, batray bisa diganti dengan yang berkapasitas hingga 3 ribu watt.
Dosen pembimbing pembuatan Kunthing Sakti, Sugeng Priandoko menambahkan, karya mahasiswa sengaja dibuat dengan biaya semurah mungkin. Total anggaran yang dihabiskan hanya sekitar Rp50 juta. “Itu sudah murah, karena produksi mobil listrik sebenarnya butuh biaya cukup mahal,” kata dia.
Biaya yang mahal itu utamanya karena mesin mobil masih harus impor. Sehingga demi efisiensi, beberapa spare part harus diakali agar lebih hemat. Misalnya untuk transmisi, Sugeng memilih rantai dari pada menggunakan gir. Selain murah, rantai juga mudah diganti jika ada kerusakan. “tidak hanya itu, kendaraan juga lebih ringan tanpa gir,” tandasnya.
Soal nama, Sugeng punya alasan tersendiri kenapa memilihnya dari tokoh pewayangan. Raden Setyaki yang merupakan nama asli Kunthing merupakan sosok kecil namun lincah nan kuat seperti Bima. Dari sifat itulah mobil itu dinamakan. “Mobil ini kecil, lincah dan kuat, tapi tetap nyaman. Meskipun prototype, kita tidak membuat seperti gokart yang pengemudinya harus selonjoran,” pungkas Sugeng. [tam]

Tags: