Valentines-day Tak Bermakna

Karikatur KorupsiAkhir pekan (14 Pebruari) tanpa valentine’s day, tetap saja membahagiakan. Keluarga berkumpul dengan kasih sayang, seperti biasa setiap hari. Lebih lagi menghadapi SNMPTN. Remaja pelajar lebih memilih sibuk mencermati program studi di PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Atau berkelompok dalam istighotsah, tetap intens belajar. Karena itu setiap sekolah di Surabaya mengimbau agar anak didik tidak turut memperingati valentine’s day.
Valentine’s-day, sebelumnya tak pernah dikenal di Indonesia sampai awal abad ini (2001). Hanya sepuluh tahun terakhir beberapa pelajar (tingkat SMP sampai mahasiswa) mulai merayakan dengan membagikan bunga. Namun mayoritas keluarga di Indonesia tidak merespons valentine’s day. Karena sudah banyak “hari kasih sayang” yang lebih meng-akar. Misalnya, hari ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember.
Di beberapa kota di Indonesia, perayaan valentine’s day diselewengkan sebagai ajang human trafficiking, penjajan perempuan. Pada situs di internet, diumumkan akan digelar fantasi dalam hubungan seks. Rencananya akan digelar di apartemen di Jakarta. Namun karena mem-bludaknya pendaftar, maka penyelenggaraannya dipindah ke hotel. Namun pasti, akan berhubungan dengan kepolisian, karena tergolong tindak perdagangan orang.
Valentine’s-day diseluruh dunia memang sudah melenceng dari budaya positif. Sejak awal valentine-day diarahkan sebagai “hari seks” oleh komunitas samen lifen (hidup bersama tanpa ikatan pernikahan, kumpul kebo). Di Asia, valentine’s-day cukup ramai diselenggarakan di Beijing, Taiwan, serta Tokyo. Selebihnya, mayoritas keluarga di metropolitan “mengutuk” valentine’s day. Misalnya, di India, jazirah Arab dan Korea Selatan.
Pada akhir abad ke-5, Paus Gelasius I menetapkan tanggal 14 Pebruari sebagai hari peringatan gugurnya Santo Valentinus. Sisi paling menonjol pada ajaran Valentinus (calon uskup Roma, tahun 143 M), adalah penebusan dosa (apolytrosis), dan ranjang pelaminan! Walau disadari konsep itu tidak lumrah.
Catatan awal yang menghubungkan hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis, ditemukan pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis. Yakni, bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Ini berdasar pada tulisan sastrawan Inggris pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Tulisannya yang sangat terkenal berjudul, “Parlement of Foules” (Percakapan Burung-Burung).
Ia menulis, For this was sent on Seynt Valentyne’s day (Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus) – When every foul cometh there to choose his mate (Ketika semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya). Namun yang dengan kiriman, adalah paket bunga atau kartu ucapan kasih sayang kepada pasangan.
Di Jepang, hari Valentine’s muncul berkat di-propaganda besar-besaran. Misinya, sebagai hari di mana para wanita memberi permen cokelat kepada laki-laki. Hal itu nyaris dianggap kewajiban, terutama kalangan pekerja di kantor-kantor.  Kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu karena propaganda besar-besaran pula, muncul sebuah hari balasan, disebut “hari putih” (white day) muncul (14 Maret).
Di Taiwan, selain hari Valentine’s day dan “white-day,” masih ada satu hari raya lainnya. Yakni “hari raya anak perempuan” (Qi Xi), semacam ruwatan khusus untuk anak gadis. Hari tersebut diselenggarakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender adat budaya Tionghoa. Setiap anak gadis boleh “meminta” pesta, atau diperkenalkan kepada keluarga besar dari kedua orangtuanya.
Indonesia telah meratifikasi konvensi segala bentuk tindakan diskriminasi terhadap perempuan ((Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women). Lalu terbit pula UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Dus pemerintah berkewajiban mencegah dan memberantas segala bentuk perdagangan orang.

                                                                                                    ———- 000 ———–

Rate this article!
Tags: