Virliana Mahasiswi Probolinggo Pulang dari Tiongkok

Virliana Yuniar bersama kedua orang tuanya. [wiwit agus pribadi]

Tingginya Tiket Pulang Membuat Mahasiwa Pilih Bertahan
Probolinggo, Bhirawa
Mahasiswa asal Probolinggo yang kuliah di Tiongkok, mulai berdatangan ke tanah air. Mereka pulang karena khawatir penyebaran Virus Corona di Tiongkok. Salah satunya, Virliana Yuniar, 20, warga Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo. Namun biaya pulang mahal sehingga banyak mahasiwa Probolinggo pilih bertahan di Tiongkok.
Virliana tiba di Kota Probolinggo Selasa (28/1) malam. Putri pasangan Muhammad Erjik dan Purwati itu diminta pulang orang tuanya lantaran di Tiongkok mewabah Virus Corona. Virliana kuliah di Universitas Fuzhou, Kota Fuzhou, Provinsi Fujian, Tiongkok.
Menurut Virliana, wabah Virus Corona di Fuzhou belum separah di Wuhan. Jarak dari Fuzhou ke Wuhan yakni 13 jam dengan menggunakan kereta cepat. Kondisi di Fuzhou masih stabil, bahkan hasil pemeriksaan sementara, di kampusnya tidak ada warga yang terdampak Virus Corona.
“Entah ditutupi atau tidak. Namun yang jelas, yang saya pahami, Virus Corona itu tidak sampai ke kampus kami. Bahkan, tidak ada mahasiswa yang terdampak,” beber mahasiswi semester III Jurusan Bisnis dan Ekonomi Internasional ini.
Virliana mengaku sangat beruntung bisa pulang. Meskipun atas desakan orang tua. Mengingat, Bandara Internasional di Tiongkok tutup pada 31 Januari. Otomatis warga asing yang berada di Tiongkok, tidak bisa pulang ke kampung halaman. Semua transportasi di Wuhan juga telah diberhentikan sementara,” katanya.
Virliana membeli tiket tanggal (27/1) dan tanggal (28/1) sampai di tanah air. Dia pulang setelah orang tuanya mentransfer uang untuk tiket pesawat. Hal ini dibenarkan Erjik, ayah dari Virlia. mengaku sangat cemas dengan penyebaran Virus Corona. Sehingga, ia bersama istrinya memutuskan untuk memulangkan anak sulungnya itu.
Pokoknya harus pulang dulu. Entah darimana uangnya, yang penting saya segera transfer uang agar anak saya bisa pulang. Sebetulnya, menurut Erjik, putrinya baru pulang Bulan Juni atau Juli. Namun, karena ada virus ini, dia pun memulangkan putrinya.
Erjik berharap, Pemerintah Indonesia bisa memfasilitasi warganya yang tertahan dan tidak bisa pulang. Sehingga, keluarga yang ada di Probolinggo tidak khawatir. ”Saya mewakili orang tua lainnya yang anaknya tidak bisa pulang, berharap bisa difasilitasi pemerintah,” harapnya.
Didik R Windarto, Kepala SMA Nurul Jadid Paiton, Kamis (30/1) menuturkan, dari Probolinggo, khususnya dari SMA Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo, saja diprediksi setidaknya ada sebanyak 50 lebih alumni SMA Nurul Jadid yang tengah menempuh studi di Tiongkok. Sebagian dari mereka, masih belum pulang ke Indonesia.
Mereka memilih bertahan dengan beragam alasan. Selain karena transportasi dari Tiongkok dinonaktifkan, mereka memilih bertahan karena ongkos pulang memang tak murah. Hanya saja, semua alumni SMA Nurul Jadid itu kondisinya semua sehat. Sejauh ini mereka juga masih bisa melakukan komunikasi dengan keluarga, maupun lembaga sekolah.
Alumni Nurul Jadid yang kuliah di Tiongkok. Lokasi kampusnya pun berbeda – beda dan hampir semuanya di luar Wuhan. ”Sebagian sudah pulang karena memang sekarang masuk liburan sementar. Alhamdulillah, kondisi mereka yang di Tiongkok semua sehat dan baik,” ujarnya.
Pihak Nurul Jadid terus berusaha berkomunikasi dan mencari perkembangan informasi yang dialami para alumninya. Termasuk menghubungi beberapa orang tua alumni Nurul Jadid untuk memastikan kondisinya. ”Alhamdulillah, semua dalam kondisi baik. Kami terus pantau perkembangan informasinya. Kabar baik juga, ternyata kondisi di Tiongkok terus membaik,” tuturnya.
Yang sudah pulang di saat mewabahnya Virus Corona hingga kini ada dua orang yakni Lailatul Qomariyah Sa’adah, 20, mahasiswa jurusan Ilmu Bisnis asal Desa Sumberkedawung, Kecamatan Leces dan Virliana Yuniar. Hanya saja untuk bisa pulang, harus merogoh kocek hingga Rp10 juta. Karena kepulangan ke Indonesia, pakai dana pribadi.
“Kalau pulang karena keinginan pribadi, biayanya ditanggung sendiri. Biayanya lebih mahal, bisa sampai tiga kali lipat, Mas. Anak saya pulang tiketnya sampai Rp10 juta,” kata Mugiantono, orang tua Lailatul Qomariyah Sa’adah.
Mugiantono sempat panik saat melihat pemberitaan karena kondisi penyeberan Virus Corona. Akhirnya, anaknya diputuskan untuk pulang. ”Anak saya tadi pagi sudah tiba di Jakarta. Tapi saya dengar, nanti di Jakarta sekitar lima hari,” tambahnya. [wap]

Tags: