Virus Sembuh Sendiri

Keyakinan terhadap kesembuhan gejala penyakit oleh virus corona, ternyata benar. Maka pneumonia baru (paru-paru basah disebabkan oleh virus) dengan gejala mirip flu dan batuk, tidak perlu dicemaskan benar. Berbagai belahan dunia telah melaporkan kesembuhan dari serangan CoViD-19. Termasuk kota Wuhan, di Tiongkok, sebagai “sumber” awal pandemi global, kini telah bangkit. Walau masih banyak kantor berita level dunia masih memberitakan “seram-nya” CoViD-19.
Di China, sebanyak 11 rumah sakit (RS) khusus virus corona telah ditutup. Kini hanya tersisa 3 RS. Serta berbagai rumah sakit umum di China telah bisa menangani CoViD-19 lebih efektif. “Kebangkitan” China juga menjadi pengharapan negara-negara sedunia. Bahkan kini RRC telah mengirim bantuan tenaga medis, obat-obatan, dan peralatan kesehatan ke berbagai negara. Terutama ke Iran, dan Italia.
Otoritas Kesehatan Korea Selatan, menyatakan, dalam sehari sebanyak 177 suspect corona, telah sembuh, dan dipulangkan. Sehingga telah sebanyak 510 pasien dipulangkan. Padahal Korea, menjadi negeri di luar Tiongkok yang paling parah terdampak CoViD-19. Pernyataan pemerintah Korea Selatan itu, bersamaan dengan pernyataan WHO (World Health Organisastion), menetapkan CoViD-19 sebagai pandemi global.
Saat ini terdapat 134.800 orang diduga terinfeksi CoViD-19, di 128 negara sejak akhir tahun 2019. Tetapi menurut catatan Worldmeter, angka kesembuhan juga terus tumbuh. Saat ini yang tercatat telah sembuh telah sebanyak 70.400-an. Prevalensinya 52,225%. Sedangkan angka kematian, konon, mencapai 4.984 orang (hanya 3,6%). Artinya, angka kesembuhan 14,5 kali lebih banyak dibanding angka kematian.
Begitu pula tingkat kesembuhan di Indonesia terus berkembang pesat. Termasuk kesembuhan pasien 01 dan 02 yang dianggap sebagai awal endemi (setelah perayaan Valentine-day), juga akan dipulangkan. Dibutuhkan kerjasama pencegahan dan penanggulangan sistem pandemi. Termasuk penanangan psikologi masa melalui kejujuran jusnalisme media masa. Beberapa gambar di media masa (cetak dan elektronika, serta online), ternyata dipalsukan.
Misalnya, gambar Ka’bah yang sepi, diberi narasi ditutup untuk kegiatan ritual thawaf (berjalan cepat mengelilingi Ka’bah, sebagai rukun umroh). Padahal gambar yang ditayangkan, telah diterbitkan sejak September 2018. Itu kegiatan rutin “pencucian,” dan kadang penggantian Kiswah (kain hitam penutup Ka’bah). Jauh sebelum pe-wabah-an virus corona. Realitanya memang, Arab Saudi membatasi (sementara) kunjungan umroh.
Namun setiap saat, jamaah umroh masih bisa thawaf di lantai dua Masjidil Haram. Seluruh jamaah yang thawaf, hampir seluruhnya 99,9% tidak mengenakan masker. Artinya, virus corona tidak pernah di-cemas-kan benar. Karena setiap “penyusupan” CoViD-19, bisa terdeteksi. Pemerintah Arab Saudi, dan negara-negara muslim lainnya (termasuk Indonesia), juga telah memiliki protokol (prosedur) penanganan wabah penyakit.
Kini, seluruh media yang meng-informasi-kan sebaran CoViD-19, tidak dipercaya lagi. Bahkan Presiden Irak, pemimpin tertinggi Iran, juga Perdana Menteri seantero jazirah Arab, tidak pernah meng-konfirmasi secara resmi pandemi CoViD-19. Seluruh pemberitaan hanya berdasar pengamatan media masa berlevel internasional. Ditambah pernyataan oposisi.
Media masa di Tiongkok, dapat dianggap sebagai “peredam” maraknya pemberitaan virus corona. Media China (terutama televisi) memberitakan sisi humanitas, perjuangan tenaga medis (dan masyarakat) bersama menghadapi CoViD-19. Realitanya, banyak pasin yang sembuh. Risiko kematian jau lebih kecil dibanding angka kesembuhan. Hikmah-nya, pandemi CoViD-19, membangun harapan, bahwa pandemi (oleh virus) bisa dikendalikan!
Tetapi pemberitaan di Eropa, dan Amerika, masih sibuk dengan ancaman virus. Tak jarang, pemberitaan CoViD-19 ditujukan menghantam pemerintah. Pada tataran nasional, beberapa daerah melakukan lockdown terbatas. Yakni, berupa social distancing (merenggangkan jarak sosial), pembatasan kumpulan orang.
——— 000 ———

Rate this article!
Virus Sembuh Sendiri,5 / 5 ( 1votes )
Tags: